Senin, 29 April 2013

Sendiri

Apa yang salah dengan sendiri? bukankah kita awalnya lahir sendiri dan mati pun akan sendiri?
Oho!, tentu tidak ada yang salah dengan sendiri. Hanya saja kata yang satu itu benar-benar bisa mengusik gundah dalam hati ku. Membuatku tak tenang dan gelisah. Yup I don't like being alone. Aku takut sendiri.

Sebelum aku bercerita lebih jauh ingin kusampaikan terlebih dahulu kehidupan baruku di rumah baruku. Bukan rumah baru dalam arti yang sebenarnnya tentunya, namun lebih tepat jika dikatakan tempat tinggal baru.
Saat ini aku dan rekan-rekanku di al insan tinggal di Jl. Prof. Abdurrahman Basalamah 2 No. 31 Makassar. Jalan yang dulunya bernama Racing Center ini kini menjadi saksi bisu atas jejak langkah yang kupijakkan setiap harinya. Jalanan-nya sejuk, rindang meski banyak juga kendaraan yang lalu lalang di atasnya.

Alhamdulillah, beribu syukur kupanjatkan kepada Allah atas segala resky yang diberikanNya kepada kami, kami boleh dibilang tinggal di ruko ini secara cuma-cuma. Kok bisa? ya bisalah, apa sih yang ga bisa kalau Allah berkehendak. Ceritanya gini, Bu khadijah (pemilik ruko) mengelola sebuah tahfidzul Qur'an  sabtu-ahad. Beliau terendala dari segi pengelolaan dan tenaga pengajar. Ia pun menawarkan kepada kami untuk tinggal di rumahnya sembari menjadi tenaga pengajar di Tahfidz beliau. Saat itu kami memang berencana untuk pindah dari hartako, dan bingung mau pindah kemana. Maka jadilah kami berempat (aku, Ela, Yusma dan k Nahda) pindah kemari.

Kami berempat hidup dengan damai, mesi pada awalnya suasana dan lingkungan yang masih baru membuat kami agak sulit beradaptasi. Mulai dari mencari jalur pt2 yang paling efisien, lokasi pasar yang tidak sebaik di hartako, jarak kampus dan tempat kerja yang semakin jauh membuat kami sempat sedikit tidak puas dengan keputusan kami. Belum lagi ketika pertama kali menghadapi anak-anak tahfidz yang beraneka ragam. Namun setelah hampir sebulan tinggal bersama sedikit-sedikit rasa itu semakin pupus. Kami mulai betah tinggal di sini dan menganggap ruko ini sebagai rumah kami, tempat kami melepaskan segala kepenatan yang kami rasakan di luar, tempat kami berbagi suka maupun duka, tempat mengekpresikan diri yang tidak sempat terekspresikan di luar sana. Keramahan Ibu Khadijah juga menjadikan kami nyaman tinggal di sini. meski lelah karena sering berjalan jauh, namun jika mengingat nikmat Allah atas tempat tinggal yang nyaman dan gratis ini kami lantas berucap syukur yang tiada henti. khusunya diriku.

Sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Perlahan-lahan satu demi penghuni mulai jarang bermalam di rumah. Diawali dengan kak Nahdah yang berpikir untuk memaksimalkan tempat ini sebagai kantor. Ia meganggap jika ia tinggal di tempat ini maka ia hanya akan memberikan sisa-sisa waktunya saja, sehingga sulit untuk bisa mengembangkan tempat ini. Kakak yang satu ini memang suka berubah-ubah pikirannya, selalu meloncat-loncat dari satu hal ke hal lain, orangnya susah fokus, motonya: lebih baik tahu sedikit banyak hal dari pada tahu banyak sedikit hal. really not me. dengannya aku sering menemukan ketidak cocokan bahkan sering 'berantem'. Sikap ngototnya membuatku sering kesal.  tapi biar bagaimanapun dia masih punya segudang kebaikan yang nggak bisa disepelekan. love you sista, i'm sorry for everything. Akhirnya K Nahda resmi tidak menjadi penghuni ruko ini sejak bulan April, kini beliau tinggal di Antang, entah dengan siapa dan di mana tepatnya ia selalu merahasiakannya, kami adik2nya sulit mengerti tindakan yang ia lakukan namun kami tetap berusaha menerimanya.
Next
Setelah mulai bisa menerima 'hengkangnya' K Nahda dari kehidupan kami dan terbiasa menjalani hari-hari tanpa K Nahda di rumah ini, satu orang lagi mengambil langkah mundur bahkan tanpa membicarakannya lebih dulu dengan ku sebagai ketua pondokan mengenai rencananya. Ada sedikit rasa kecewa manakala kita merasa sangat bodoh karena tidak tahu apa-apa yang sedang terjadi. Seolah diri ini tidak berarti apa-apa bahkan untuk sekedar ukuran teman kost. Paling tidak ketika ingin pergi, kan bisa dia bilang "Kak mabit di rumahnya ka' sepupuku malam ini?" jadinya saya nggak perlu repot-repot menafsirkan kemana perginya dia? mau bilang apa saya sama Bu khadijah kalau ditanya.
Berbeda dengan kak Nahdah yang langsung mengatakan apa yang ada dihatinya atau yang dia lihat tanpa harus diminta tanggapan dan tanpa memperhatikan perasaan orang lain, Ela adalah tipe orang yang lebih sabar, lebih pendiam, lebih banyak nggak enaknya, dan tidak akan mengungkapkan perasaannnya kalau tidak ditanya. Ditanya pun belum tentu lengkap jawabanya, aku juga pernah menghadapi orang seperti ini sebelumnya. Aku mendapat Info dari Yusma yang juga serumahku, bahwa Ela selama satu atau dua bulan ini akan lebih banyak bermalam di Rumah sepupunya alasannya untuk menemani sepupunya ini karena pamannya sedang pergi KKN. 

Sebenarnya aku tidak akan pernah melarang, atau marah. Aku ini juga sangat pengertian meski kadang keras kepala. Aku sangat memahami mungkin ini yang terbaik untuk Ela, geraknya lebih leluasa karena ada motor di sana yang bisa ia gunakan untuk mengurusi skripsinya yang belum kelar juga. Hanya saja nggak ada salahnya kan kalau dikomunikasikan lebih awal biar kami juga nggak shock begini,  pembagian tugas rumah juga menjadi berantakan. 

Setelah seminggu menghabiskan waktu berdua dengan Yusma, aku mulai berusaha menerima apa yang terjadi pada kami. Toh, Ela masih datang bermalam minggu untuk mengurusi Tahfidz. lumayanlah.
Hari ini tibalah saat yang aku cemaskan itu, saat-saat dimana semua orang menginggalkan aku. Tadi sore, Yusma menelponku dengan suara yang takut-takut penuh harap juga. "Kak, Afwan mo ka pulkam ini. libburka selasa rabu. Kamis balik ma kemakassar"

Keget? Tentu saja, Tapi, aku mo bilang apa? apa iya aku ngelarang dia buat pulkam? nggak mungkin kan... Aku mencoba untuk tegar merelakan 'ke-pul-kam-an' Yusma. Setidaknya Yusma sudah beritikad baik dengan menginfokan terlebih dahulu kepadaku, anak yang satu ini meski cukup rumit tapi kutahu dia sangat pengertian agak mirip dengan kareter ku, mungkin karena golongan darah kami sama. Nggak seperti dua orang sebelumnya yang nanti di tanya baru mengatakan keadaan yang sebenarnya.  yang satu  karena emang cuek, yang satu karena merasa nggak enak. 

Aku pasrah saja, mau bagaimana lagi. Kalo memang harus sendiri ya sendiri. Pasti ini yang terbaik menurut Allah. InsyaAllah. Mungkin ini juga merupakan kesempatan bagiku untuk introspeksi diri. Bertanya pada diriku sendiri mengapa orang-orang begitu mudah pergi meninggalkanku. Mungkin ada banyak sifat dan sikap ku yang membuat mereka tidak tahan hidup bersamaku. :(  

Sedih...jika mengingat keadaanku saat ini. Aku juga ingin pulkam, bertemu dengan Mama, Ayu, Ilham, om, Tante, sepupu-sepupu. Pengen makan langsat yang kata Ilham lagi banyak banget. Tapi segala urusan di sini memaksaku untuk tetap tinggal. Kadang aku ingin melepas semuanya dan membiarkan diri ini bebassssssssss tapi apakah aku akan bisa bahagi setelah semuanya hilang? TIDAK, mungkin saat ini aku sedih, tapi masih banyak kebahagiaan2 lain yang tetap bisa kurasakan ditengah-tengah aktifitas ku. Masih ada manis yang bisa kuteguk di antara sekian banyak pahit.. Setidaknya aku masih bisa tersenyum setiap kali  tangis  ku reda. Aku masih bertahan. bersabarlah Ega.... tinggal sedikit lagi.  Besar harapanku semoga rasa sedih yang kurasakan karena kesendirian ini akan digantikan Allah dengan kebahagiaan yang lain. Amiiin. 

NB" belum selesai saya menulis note ini, mamanya Hilda yang tinggal di lantai 1 membawakan saya sayur sop dan Opor Ayam. wah.... Alhamdulillah... :)



Senin, 29 April 2013

Sendiri

Apa yang salah dengan sendiri? bukankah kita awalnya lahir sendiri dan mati pun akan sendiri?
Oho!, tentu tidak ada yang salah dengan sendiri. Hanya saja kata yang satu itu benar-benar bisa mengusik gundah dalam hati ku. Membuatku tak tenang dan gelisah. Yup I don't like being alone. Aku takut sendiri.

Sebelum aku bercerita lebih jauh ingin kusampaikan terlebih dahulu kehidupan baruku di rumah baruku. Bukan rumah baru dalam arti yang sebenarnnya tentunya, namun lebih tepat jika dikatakan tempat tinggal baru.
Saat ini aku dan rekan-rekanku di al insan tinggal di Jl. Prof. Abdurrahman Basalamah 2 No. 31 Makassar. Jalan yang dulunya bernama Racing Center ini kini menjadi saksi bisu atas jejak langkah yang kupijakkan setiap harinya. Jalanan-nya sejuk, rindang meski banyak juga kendaraan yang lalu lalang di atasnya.

Alhamdulillah, beribu syukur kupanjatkan kepada Allah atas segala resky yang diberikanNya kepada kami, kami boleh dibilang tinggal di ruko ini secara cuma-cuma. Kok bisa? ya bisalah, apa sih yang ga bisa kalau Allah berkehendak. Ceritanya gini, Bu khadijah (pemilik ruko) mengelola sebuah tahfidzul Qur'an  sabtu-ahad. Beliau terendala dari segi pengelolaan dan tenaga pengajar. Ia pun menawarkan kepada kami untuk tinggal di rumahnya sembari menjadi tenaga pengajar di Tahfidz beliau. Saat itu kami memang berencana untuk pindah dari hartako, dan bingung mau pindah kemana. Maka jadilah kami berempat (aku, Ela, Yusma dan k Nahda) pindah kemari.

Kami berempat hidup dengan damai, mesi pada awalnya suasana dan lingkungan yang masih baru membuat kami agak sulit beradaptasi. Mulai dari mencari jalur pt2 yang paling efisien, lokasi pasar yang tidak sebaik di hartako, jarak kampus dan tempat kerja yang semakin jauh membuat kami sempat sedikit tidak puas dengan keputusan kami. Belum lagi ketika pertama kali menghadapi anak-anak tahfidz yang beraneka ragam. Namun setelah hampir sebulan tinggal bersama sedikit-sedikit rasa itu semakin pupus. Kami mulai betah tinggal di sini dan menganggap ruko ini sebagai rumah kami, tempat kami melepaskan segala kepenatan yang kami rasakan di luar, tempat kami berbagi suka maupun duka, tempat mengekpresikan diri yang tidak sempat terekspresikan di luar sana. Keramahan Ibu Khadijah juga menjadikan kami nyaman tinggal di sini. meski lelah karena sering berjalan jauh, namun jika mengingat nikmat Allah atas tempat tinggal yang nyaman dan gratis ini kami lantas berucap syukur yang tiada henti. khusunya diriku.

Sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Perlahan-lahan satu demi penghuni mulai jarang bermalam di rumah. Diawali dengan kak Nahdah yang berpikir untuk memaksimalkan tempat ini sebagai kantor. Ia meganggap jika ia tinggal di tempat ini maka ia hanya akan memberikan sisa-sisa waktunya saja, sehingga sulit untuk bisa mengembangkan tempat ini. Kakak yang satu ini memang suka berubah-ubah pikirannya, selalu meloncat-loncat dari satu hal ke hal lain, orangnya susah fokus, motonya: lebih baik tahu sedikit banyak hal dari pada tahu banyak sedikit hal. really not me. dengannya aku sering menemukan ketidak cocokan bahkan sering 'berantem'. Sikap ngototnya membuatku sering kesal.  tapi biar bagaimanapun dia masih punya segudang kebaikan yang nggak bisa disepelekan. love you sista, i'm sorry for everything. Akhirnya K Nahda resmi tidak menjadi penghuni ruko ini sejak bulan April, kini beliau tinggal di Antang, entah dengan siapa dan di mana tepatnya ia selalu merahasiakannya, kami adik2nya sulit mengerti tindakan yang ia lakukan namun kami tetap berusaha menerimanya.
Next
Setelah mulai bisa menerima 'hengkangnya' K Nahda dari kehidupan kami dan terbiasa menjalani hari-hari tanpa K Nahda di rumah ini, satu orang lagi mengambil langkah mundur bahkan tanpa membicarakannya lebih dulu dengan ku sebagai ketua pondokan mengenai rencananya. Ada sedikit rasa kecewa manakala kita merasa sangat bodoh karena tidak tahu apa-apa yang sedang terjadi. Seolah diri ini tidak berarti apa-apa bahkan untuk sekedar ukuran teman kost. Paling tidak ketika ingin pergi, kan bisa dia bilang "Kak mabit di rumahnya ka' sepupuku malam ini?" jadinya saya nggak perlu repot-repot menafsirkan kemana perginya dia? mau bilang apa saya sama Bu khadijah kalau ditanya.
Berbeda dengan kak Nahdah yang langsung mengatakan apa yang ada dihatinya atau yang dia lihat tanpa harus diminta tanggapan dan tanpa memperhatikan perasaan orang lain, Ela adalah tipe orang yang lebih sabar, lebih pendiam, lebih banyak nggak enaknya, dan tidak akan mengungkapkan perasaannnya kalau tidak ditanya. Ditanya pun belum tentu lengkap jawabanya, aku juga pernah menghadapi orang seperti ini sebelumnya. Aku mendapat Info dari Yusma yang juga serumahku, bahwa Ela selama satu atau dua bulan ini akan lebih banyak bermalam di Rumah sepupunya alasannya untuk menemani sepupunya ini karena pamannya sedang pergi KKN. 

Sebenarnya aku tidak akan pernah melarang, atau marah. Aku ini juga sangat pengertian meski kadang keras kepala. Aku sangat memahami mungkin ini yang terbaik untuk Ela, geraknya lebih leluasa karena ada motor di sana yang bisa ia gunakan untuk mengurusi skripsinya yang belum kelar juga. Hanya saja nggak ada salahnya kan kalau dikomunikasikan lebih awal biar kami juga nggak shock begini,  pembagian tugas rumah juga menjadi berantakan. 

Setelah seminggu menghabiskan waktu berdua dengan Yusma, aku mulai berusaha menerima apa yang terjadi pada kami. Toh, Ela masih datang bermalam minggu untuk mengurusi Tahfidz. lumayanlah.
Hari ini tibalah saat yang aku cemaskan itu, saat-saat dimana semua orang menginggalkan aku. Tadi sore, Yusma menelponku dengan suara yang takut-takut penuh harap juga. "Kak, Afwan mo ka pulkam ini. libburka selasa rabu. Kamis balik ma kemakassar"

Keget? Tentu saja, Tapi, aku mo bilang apa? apa iya aku ngelarang dia buat pulkam? nggak mungkin kan... Aku mencoba untuk tegar merelakan 'ke-pul-kam-an' Yusma. Setidaknya Yusma sudah beritikad baik dengan menginfokan terlebih dahulu kepadaku, anak yang satu ini meski cukup rumit tapi kutahu dia sangat pengertian agak mirip dengan kareter ku, mungkin karena golongan darah kami sama. Nggak seperti dua orang sebelumnya yang nanti di tanya baru mengatakan keadaan yang sebenarnya.  yang satu  karena emang cuek, yang satu karena merasa nggak enak. 

Aku pasrah saja, mau bagaimana lagi. Kalo memang harus sendiri ya sendiri. Pasti ini yang terbaik menurut Allah. InsyaAllah. Mungkin ini juga merupakan kesempatan bagiku untuk introspeksi diri. Bertanya pada diriku sendiri mengapa orang-orang begitu mudah pergi meninggalkanku. Mungkin ada banyak sifat dan sikap ku yang membuat mereka tidak tahan hidup bersamaku. :(  

Sedih...jika mengingat keadaanku saat ini. Aku juga ingin pulkam, bertemu dengan Mama, Ayu, Ilham, om, Tante, sepupu-sepupu. Pengen makan langsat yang kata Ilham lagi banyak banget. Tapi segala urusan di sini memaksaku untuk tetap tinggal. Kadang aku ingin melepas semuanya dan membiarkan diri ini bebassssssssss tapi apakah aku akan bisa bahagi setelah semuanya hilang? TIDAK, mungkin saat ini aku sedih, tapi masih banyak kebahagiaan2 lain yang tetap bisa kurasakan ditengah-tengah aktifitas ku. Masih ada manis yang bisa kuteguk di antara sekian banyak pahit.. Setidaknya aku masih bisa tersenyum setiap kali  tangis  ku reda. Aku masih bertahan. bersabarlah Ega.... tinggal sedikit lagi.  Besar harapanku semoga rasa sedih yang kurasakan karena kesendirian ini akan digantikan Allah dengan kebahagiaan yang lain. Amiiin. 

NB" belum selesai saya menulis note ini, mamanya Hilda yang tinggal di lantai 1 membawakan saya sayur sop dan Opor Ayam. wah.... Alhamdulillah... :)