Senin, 29 April 2013

Sendiri

Apa yang salah dengan sendiri? bukankah kita awalnya lahir sendiri dan mati pun akan sendiri?
Oho!, tentu tidak ada yang salah dengan sendiri. Hanya saja kata yang satu itu benar-benar bisa mengusik gundah dalam hati ku. Membuatku tak tenang dan gelisah. Yup I don't like being alone. Aku takut sendiri.

Sebelum aku bercerita lebih jauh ingin kusampaikan terlebih dahulu kehidupan baruku di rumah baruku. Bukan rumah baru dalam arti yang sebenarnnya tentunya, namun lebih tepat jika dikatakan tempat tinggal baru.
Saat ini aku dan rekan-rekanku di al insan tinggal di Jl. Prof. Abdurrahman Basalamah 2 No. 31 Makassar. Jalan yang dulunya bernama Racing Center ini kini menjadi saksi bisu atas jejak langkah yang kupijakkan setiap harinya. Jalanan-nya sejuk, rindang meski banyak juga kendaraan yang lalu lalang di atasnya.

Alhamdulillah, beribu syukur kupanjatkan kepada Allah atas segala resky yang diberikanNya kepada kami, kami boleh dibilang tinggal di ruko ini secara cuma-cuma. Kok bisa? ya bisalah, apa sih yang ga bisa kalau Allah berkehendak. Ceritanya gini, Bu khadijah (pemilik ruko) mengelola sebuah tahfidzul Qur'an  sabtu-ahad. Beliau terendala dari segi pengelolaan dan tenaga pengajar. Ia pun menawarkan kepada kami untuk tinggal di rumahnya sembari menjadi tenaga pengajar di Tahfidz beliau. Saat itu kami memang berencana untuk pindah dari hartako, dan bingung mau pindah kemana. Maka jadilah kami berempat (aku, Ela, Yusma dan k Nahda) pindah kemari.

Kami berempat hidup dengan damai, mesi pada awalnya suasana dan lingkungan yang masih baru membuat kami agak sulit beradaptasi. Mulai dari mencari jalur pt2 yang paling efisien, lokasi pasar yang tidak sebaik di hartako, jarak kampus dan tempat kerja yang semakin jauh membuat kami sempat sedikit tidak puas dengan keputusan kami. Belum lagi ketika pertama kali menghadapi anak-anak tahfidz yang beraneka ragam. Namun setelah hampir sebulan tinggal bersama sedikit-sedikit rasa itu semakin pupus. Kami mulai betah tinggal di sini dan menganggap ruko ini sebagai rumah kami, tempat kami melepaskan segala kepenatan yang kami rasakan di luar, tempat kami berbagi suka maupun duka, tempat mengekpresikan diri yang tidak sempat terekspresikan di luar sana. Keramahan Ibu Khadijah juga menjadikan kami nyaman tinggal di sini. meski lelah karena sering berjalan jauh, namun jika mengingat nikmat Allah atas tempat tinggal yang nyaman dan gratis ini kami lantas berucap syukur yang tiada henti. khusunya diriku.

Sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Perlahan-lahan satu demi penghuni mulai jarang bermalam di rumah. Diawali dengan kak Nahdah yang berpikir untuk memaksimalkan tempat ini sebagai kantor. Ia meganggap jika ia tinggal di tempat ini maka ia hanya akan memberikan sisa-sisa waktunya saja, sehingga sulit untuk bisa mengembangkan tempat ini. Kakak yang satu ini memang suka berubah-ubah pikirannya, selalu meloncat-loncat dari satu hal ke hal lain, orangnya susah fokus, motonya: lebih baik tahu sedikit banyak hal dari pada tahu banyak sedikit hal. really not me. dengannya aku sering menemukan ketidak cocokan bahkan sering 'berantem'. Sikap ngototnya membuatku sering kesal.  tapi biar bagaimanapun dia masih punya segudang kebaikan yang nggak bisa disepelekan. love you sista, i'm sorry for everything. Akhirnya K Nahda resmi tidak menjadi penghuni ruko ini sejak bulan April, kini beliau tinggal di Antang, entah dengan siapa dan di mana tepatnya ia selalu merahasiakannya, kami adik2nya sulit mengerti tindakan yang ia lakukan namun kami tetap berusaha menerimanya.
Next
Setelah mulai bisa menerima 'hengkangnya' K Nahda dari kehidupan kami dan terbiasa menjalani hari-hari tanpa K Nahda di rumah ini, satu orang lagi mengambil langkah mundur bahkan tanpa membicarakannya lebih dulu dengan ku sebagai ketua pondokan mengenai rencananya. Ada sedikit rasa kecewa manakala kita merasa sangat bodoh karena tidak tahu apa-apa yang sedang terjadi. Seolah diri ini tidak berarti apa-apa bahkan untuk sekedar ukuran teman kost. Paling tidak ketika ingin pergi, kan bisa dia bilang "Kak mabit di rumahnya ka' sepupuku malam ini?" jadinya saya nggak perlu repot-repot menafsirkan kemana perginya dia? mau bilang apa saya sama Bu khadijah kalau ditanya.
Berbeda dengan kak Nahdah yang langsung mengatakan apa yang ada dihatinya atau yang dia lihat tanpa harus diminta tanggapan dan tanpa memperhatikan perasaan orang lain, Ela adalah tipe orang yang lebih sabar, lebih pendiam, lebih banyak nggak enaknya, dan tidak akan mengungkapkan perasaannnya kalau tidak ditanya. Ditanya pun belum tentu lengkap jawabanya, aku juga pernah menghadapi orang seperti ini sebelumnya. Aku mendapat Info dari Yusma yang juga serumahku, bahwa Ela selama satu atau dua bulan ini akan lebih banyak bermalam di Rumah sepupunya alasannya untuk menemani sepupunya ini karena pamannya sedang pergi KKN. 

Sebenarnya aku tidak akan pernah melarang, atau marah. Aku ini juga sangat pengertian meski kadang keras kepala. Aku sangat memahami mungkin ini yang terbaik untuk Ela, geraknya lebih leluasa karena ada motor di sana yang bisa ia gunakan untuk mengurusi skripsinya yang belum kelar juga. Hanya saja nggak ada salahnya kan kalau dikomunikasikan lebih awal biar kami juga nggak shock begini,  pembagian tugas rumah juga menjadi berantakan. 

Setelah seminggu menghabiskan waktu berdua dengan Yusma, aku mulai berusaha menerima apa yang terjadi pada kami. Toh, Ela masih datang bermalam minggu untuk mengurusi Tahfidz. lumayanlah.
Hari ini tibalah saat yang aku cemaskan itu, saat-saat dimana semua orang menginggalkan aku. Tadi sore, Yusma menelponku dengan suara yang takut-takut penuh harap juga. "Kak, Afwan mo ka pulkam ini. libburka selasa rabu. Kamis balik ma kemakassar"

Keget? Tentu saja, Tapi, aku mo bilang apa? apa iya aku ngelarang dia buat pulkam? nggak mungkin kan... Aku mencoba untuk tegar merelakan 'ke-pul-kam-an' Yusma. Setidaknya Yusma sudah beritikad baik dengan menginfokan terlebih dahulu kepadaku, anak yang satu ini meski cukup rumit tapi kutahu dia sangat pengertian agak mirip dengan kareter ku, mungkin karena golongan darah kami sama. Nggak seperti dua orang sebelumnya yang nanti di tanya baru mengatakan keadaan yang sebenarnya.  yang satu  karena emang cuek, yang satu karena merasa nggak enak. 

Aku pasrah saja, mau bagaimana lagi. Kalo memang harus sendiri ya sendiri. Pasti ini yang terbaik menurut Allah. InsyaAllah. Mungkin ini juga merupakan kesempatan bagiku untuk introspeksi diri. Bertanya pada diriku sendiri mengapa orang-orang begitu mudah pergi meninggalkanku. Mungkin ada banyak sifat dan sikap ku yang membuat mereka tidak tahan hidup bersamaku. :(  

Sedih...jika mengingat keadaanku saat ini. Aku juga ingin pulkam, bertemu dengan Mama, Ayu, Ilham, om, Tante, sepupu-sepupu. Pengen makan langsat yang kata Ilham lagi banyak banget. Tapi segala urusan di sini memaksaku untuk tetap tinggal. Kadang aku ingin melepas semuanya dan membiarkan diri ini bebassssssssss tapi apakah aku akan bisa bahagi setelah semuanya hilang? TIDAK, mungkin saat ini aku sedih, tapi masih banyak kebahagiaan2 lain yang tetap bisa kurasakan ditengah-tengah aktifitas ku. Masih ada manis yang bisa kuteguk di antara sekian banyak pahit.. Setidaknya aku masih bisa tersenyum setiap kali  tangis  ku reda. Aku masih bertahan. bersabarlah Ega.... tinggal sedikit lagi.  Besar harapanku semoga rasa sedih yang kurasakan karena kesendirian ini akan digantikan Allah dengan kebahagiaan yang lain. Amiiin. 

NB" belum selesai saya menulis note ini, mamanya Hilda yang tinggal di lantai 1 membawakan saya sayur sop dan Opor Ayam. wah.... Alhamdulillah... :)



Kamis, 29 November 2012

Sebuah Perenungan

28 November 2012

Pada tanggal yang sama dengan hari ini, 24 tahun yang lalu , ibu saya berjuang untuk menghadirkan saya di dunia ini. ibu bilang pada hari itu awan di langit tampak begitu indah, membiaskan cahaya matahari sore yang memukau. Karena itu beliau memberikan nama Megasari kepada saya. 

Setiap kali saya merenungi sejarah pemberian nama tersebut, membuat saya tersenyum sendiri. Mengingat betapa waktu kecil saya sering sekali  bertanya, menangis, dan selalu ingin menjadi nomor 1 membuat saya berpikir, apa kah ini ada hubungannya dengan nama saya? hm... jawabnya bisa iya, bisa juga tidak.
Saya mulai berpikir, mungkin salah satu alasan mengapa ibu saya memberi nama seperti itu adalah supaya saya juga bisa selalu memberikan kebahagiaan kepada ibu, dan orang-orang di sekitar saya, menjadi orang yang tidak sombong, memilki hati yang teduh dan cita-cita yang tinggi.

Sejak masih duduk di sekolah dasar sampai SMA saya selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik.Peluang-peluang beasiswa tak pernah saya biarkan lewat begitu saja. Karenanya belajar sungguh-sungguh adalah sebuah keharusan. Bersyukur karena saya merupakan tipe pebelajar, saya sangat menyukai belajar. Matematika, bahasa inggris, Kimia, Fisika, Komputer, dll merupakan teman baikku. Tapi jangan salah, saya juga tetap punya sahabat-sahabat. Saya tidak lantas menjadi orang yang hanya asyik dengan buku dan pelajaran, saya juga sangat senang dengan pertemanan. Bisa berbagi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan pandangan dan memilki selera humor yang lumayan gokil merupakan hal yang sangat saya syukuri dalam hidup ini. 

Jika mengingat bagaimana besarnya usaha dan semangat juang, serta cita-cita yang tinggi saat masih sekolah dulu, saya merasa terheran-heran sendiri. Bagaimana saya bisa begitu bersemangatnya di tengah kesulitan hidup saat itu? di tengah himpitan ekonomi yang tidak mudah, saya dengan percaya dirinya mengatakan pada diri saya, ibu saya dan orang-orang lain di sekitar saya, bahwa saya akan kuliah di Makassar, ibu kota Provinsi Sul-Sel. Padahal tentu bagi ibu saya yang saat itu belum berstatus PNS persoalan itu bukanlah hal yang mudah. Jangankan uang kuliah, ongkos berangkat saja belum tentu punya, belum lagi biaya hidup yang harus ditanggung nantinya. Waktu itu ibu sempat membuat keputusan bahwa saya hanya akan kuliah di daerah. masuk kebidanan. hal tersebut tidak mematahkan semangat saya untuk tetap belajar keras. Akan kubuktikan bahwa saya juga bisa seperti teman-teman yang lain. Saya ingin mengejar cita-cita saya, saya ingin melompat lebih jauh dari apa yang saya bisa. Masih Ada waktu! kata saya waktu itu, dan inilah saya saat ini, berhasil lulus tepat waktu (4 tahun) di Jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, dan sempat meraih gelar lulusan terbaik.

Namun, jika saya mecoba membandingkan, semangat juang saya waktu sekolah lebih kuat dibandingkan saat kuliah dan bekerja. Saya mulai merasa bosan dengan apa yang saya jalani. Menjalani aktivitas sehari-hari tanpa ambisi, tanpa tantangan, dan begitu-begitu saja. Jelas bosan dengan ritme yang selalu sama. Saya tanyakan kembali pada diri saya, mana semangat itu? apa sampai di sini saja perjuangan itu? sudah pantaskah saya untuk merasa puas dengan apa yang sudah saya capai saat ini? 

Jujur saya merasa, saya masih bisa lebih dari diri saya saat ini. Jika orang lain bisa kenapa saya tidak? lalu kenapa saya tidak berusaha mencoba? kenapa tidak saya kembali membangun cita-cita hidup saya? kalau dulu orientasi saya hanyalah dunia, maka saat ini saya harus melandaskan cita-cita saya pada pondasi yang kokoh, yakni keimanan kepada Allah, dan keinginan untuk meraih keridhaan-Nya. 

Perlahan saya mulai memungut kembali kepingan-kepingan impian saya yang pernah saya campakkan karena mengannggapnya mustahil. Beberapa orang yang ada di sekitar saya meyakinkan ku bahwa tidak ada yang mustahil jika kita benar-benar mengingikannya -tentunya atas kehendak Allah- dan berusaha mewujudkannya. Mereka membangkitkan rasa percaya diri saya, sikap optimis yang pernah pudar kini sedikit demi sedikit kembali cerah . Thanks for supporting me. Arigato minna ^_^

Ada rasa malu ketika menyadari di usia saya saat ini belum banyak yang saya bisa lakukan untuk diri saya, orang tua saya, keluarga saya, dan ummat ini. sungguh saya sangat  ingin dengan ilmu yang saya miliki saya bisa mengambil peran dalam membangun peradaban, mengembalikan kejayaan Islam. Saya ingin membuktikan pada dunia bahwa umat islam bukanlah orang yang terbelakang, bukanlah umat yang tidak punya cita-cita, namun mereka juga bisa maju, menggebrak dan menggenggam dunia. Namun bukan dunia semata  tujuan kami, melainkan kampung akhirat lah yang dituju. 

Karena itu, saya mengazzamkan diri untuk tidak berhenti bermimipi. Untuk terus bercita-cita yang tinggi. Menyusun bata-bata impian untuk menjadi bangunan yang kokoh di atas pondasi yang kuat.  Akan kusingkirkan segala hal (rasa takut, pesimis, ragu-ragu) yang bisa mengahalangi terwujudnya impian ini dan akan kuganti dengan optimisme yang didukung dengan iman, usaha, do'a dan tawakkal kepada Allah.

Saat kutatap semburat  jingga di langit sore ini, kubisikkan semangat pada diri ku
"ini belum selesai, semua belum berakhir. akan kukejar mimpi ku. takkan saya biarkan ia berlalu begitu saja. impian ini begitu indah, seindah lukisan mega di atas sana"



Megasari

cerita Lebaran ku...

Allahu Akbar.. Allahu Akbar…. Laa Ilaaha Illallahu Allahu Akbar .. Allahu Akbar ….Wa lillaah
Ilham…
Kumandang Takbir memenuhi seantero negeri khususnya di sini, aMakassar. Lebaran kali ini saya putuskan untuk tidak pulang kampung. Selain karena tidak ada libur, mahram ku sepertinya tidak sempat menjemput.
Alhamdulillah semua tidak seburuk yang saya bayangkan. Saya tidak sendiri di sini, ada Uni (teman serumah) yang tidak pulkam, dan seorang adik binaan saya di kampus. Kami bertiga menjalani lebaran kali ini dengan fun.
Sehari sebelumnya saya pergi berbelanja di supermarket dan pasar tradisional. Kami tidak ingin ketinggalan suasana lebaran meskipun berada jauh dari kampung sendiri. Suasana itu harus tetap terasa, bukankah Idul Adha adalah hari raya umat Islam yang harus disambut dengan penuh semangat?
Menu lebaran kali ini adalah sup ayam, dan ayam goreng kecap. Sebenarnya saya ingin sekali membuat puding, tapi lupa membeli bahannya. Namun yang namanya rezeky itu memang tidak kemana. Buktinya, ba’da Shalat ‘Id kami disuguhi puding cokelat di rumah salah seorang teman seperjuangan.Alhamdulillah….
kami melaksanakan Shalat ‘id di lapangan basket  FT UNM yang terletak di Parang Tambung. Shalat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan shalat idul fitri. Hall ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hikmahnya adalah karena ba’da shalat orang-orang akan menyembelih hewan kurban.  Suasana shalat berlangsung hikmat, ditambah dengan bacaan shalat yang dibawakan secara tartil hingga menyusup ke dalam hati membasahi jiwa-jiwa para jama’ah. tidak sedikit yang sampai meneteskan air mata.
Usai shalat dan khutbah para Jama’ah berdiri ada yang langsung pulang, ada juga yang masih tinggal untuk saling mengucapkan selamat hari raya antara satu dengan yang lainnya. Ucapan Taqabbalallahu minna wa minkum mewarnai amtmosfer di lapangan. Ku sempatkan diri menelpon keluarga di kampung, mulai dari mama, tante, adik, sepupu. hiks.. sedih juga sih tidak bisa berkumpul dengan keluarga di hari yang berbahagia ini. Padahal hari raya seperti inilah yang bisa mengumpulkan seluruh keluarga besar Simak Samad. Tapi tak apa, ini lah yang terbaik dari Allah. Harus tetap semangat, lagi pula di sini saya punya saudara-saudara seiman yang insyaAllah bisa menjadi pengobat rindu.
Memenuhi undangan salah seorang Akhawaat, kami pun berjalan menuju rumahnya. Di situlah kami disuguhi dengan beberapa jenis hidangan mulai dari puding cokelat fla, soto, sampai es buah. MasyaAllah ini baru satu rumah gimana dengan rumah yag lain. Dari situ kami pun melajutkan silaturahim ke rumah yang lain, hari itu ada 5 rumah yang kami kunjungi. Masing-masing menyuguhkan menu yang berbeda,, dan semua memaksa untuk memakan hidangannya. Ada kari ayam, kurma, mangga, bakso goreng, opor ayam, buras, es nutrijel. Wal hasil kami benar-benar kenyang, sampai-sampai makanan yang dirumah tidak tersentuh sama sekali.
Sore hari setelah istirahat siang dan shalat, kami pun melanjutkan kunjungan kami ke rumah salah seorang staff Al_insan. Saya memberanikan diri membawa motor, itu pun setelah dikompor-kompori oleh adik binaan saya. Alhamdulillah bisa sampai dengan selamat.
Malam hariya, barulah makanan yang kami siapkan sejak sore kemarin tersentuh. ternyata masakan kami nggak kalah enak dengan masakan di tempat lain. “mmmmm….Ayam goreng buatan kakak enak loh…”  seru Hilya. Syukran…. hehehe…
Melalui kesempatan ini saya  mengucapkan
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 10 DZULHIJJAH 1433 H. IED MUBARAK. TAQABBALALLALLAHU  MINNA WA MINKUM.

Jumat, 14 September 2012

assalamu'alaykum warahmatullahi wa barakatuh.
nggak terasa udah hampir setahun saya nggak buka blog ini dan nggak posting apa pun. ck..ck..ck... ini kah yang disebut cinta menulis? saya jadi ragu.
eits.. tunggu dulu, nggak ngeblog bukan berarti nggak suka nulis. toh saya masih sering nulis di diary walaupun nggak rutin. xixixixi.
Banyak sekali hal yang sudah terjadi dalam selang waktu setahun ini. Salah satunya adalah saya sudah pindah rumah lagi, nggak betah saya lama-lama tinggal di kost yang kemarin. sudah banyak kucing, panas, berisik dan deketan sama cowok. Nggak bisa bebas bergerak.
Impian-impian ku juga makin banyak, dan sekarang saya sedang berusaha untuk merintis jalan menuju ke sana. Beberapa buku dan novel yang saya baca membuat saya sadar tentang arti sebuah impian, dan jangan pernah menyepelakan impia n sekecil apa pun itu dan semustahil apa pun itu, karena kalau Allah menghendaki nggak ada yang mustahil.
nah karena makanan sudah terhidang, makan dulu ah...

Rabu, 02 November 2011

Selamat Jalan Pore

Akhirnya, setelah genap seminggu sakit, Pore pun menghembuskan nafas terakhirnya. Aku pikir dia bakal sembuh, soalnya kemarin dan tadi malam dia udah bisa makan dan ngejilat-jilat tubuhnya. Tadi pagi pun aku masih ngeliat dia di pintu kamar.
Hari ini aku seharian ful di rumah, Internetan sepuasnya mumpung masih ada bonus, dan emang nggak ada schedule di luar. So asyik browsing, danmendandani blog. Menjelang shalat Ashar, waktu mo pergi ambil wudhu, tiba-tiba aku teringat Pore, si kucing yang udah seminggu sakit. Aku nggak melihat dia dari tadi. Habis wudhu, barulah aku nyariin Pore. Dimana-mana kucari ngga ketemu. Akhirnya kunyalakan lampu kamar agar bisa leih leluasa melihat. Alangkah terkejutnya aku ketika kutemukan Pore di sudut kamar sudah tergeletak kaku tak bergerak dengan mata dan mulut yang terbuka.
"innalillah...Pore dah meninggal" tak dapat kupungkiri, aku sedih atas kematiannya. Ternyata cuma sampai hari ini aja batas hidup Pore. Dan tadi malam waktu dia masuk ke kelambu dan tidur di kasurku, itu adalah salam perpisahan terakhirnya.
Hiks.... nggak ada lagi kucing cantik yang menjadi kebanggan kami. Kucing yang paling rajin mandi, kucing yang paling keras ngeongannya. yang menjadi saingan Poro kalo mo makan.
Sekarang Anak kucing Jamesha tinggal 2, rasanya nggak complete, karena aku menjumpai mereka saat masih bertiga. dan bagiku mereka adalah satu kesatuan yang saling melengkapi.
Padahal Firah udah berusaha agar Pore sembuh, termasuk mengancam Pore, "Pore, kamu harus sembuh yah sebelum saya pulkam, kalo tidak nanti saya taruh di luar loh..."
Mungkin Pore ngerasa nggak kuat dan akhirnya memilih mati. hiks...
Selamat Jalan Pore. ..

Sampai saat aku nulis blog ini, Firah belum tahu kalo kucing cantiknya mati. Aku sendiri nggak berani mengangkat mayatnya. What should I do?

Selasa, 01 November 2011

Aku dan Tulisanku


Aku bukan penulis, tapi aku suka menulis, karena dengan menulislah aku bisa mengeluarkan unek-unek ku tentang apa saja Tentangku, sahabatku, kehidupanku, dan mimpi-mimpiku.

Sebenarnya, aku menulis hanya untuk diriku, tapi kalau itu dibaca sama orang lain nggak papa juga sih, asal jangan protes aja sama gaya menulisku yang nggak ngikutin tata bahasa kepenulisan. Maklumlah aku bukan sastrawan, atau jurnalis, or cerpenis melainkan seorang alumni jurusan Matematika.

Sejak kecil aku suka menulis ***selain membaca tentunya. Aku menuliskan perasaanku, pengalamanku atau khayalanku di dalam sebuah buku. Mungkin ini disebabkan karena sifatku yang pemalu dan nggak banyak omong (kecuali sama orang-orang tertentu). Disatu sisi aku sangat suka bercerita, sementara di sisi lain nggak selalu ada orang didekat ku yang bersedia mendengar cerita ku 24 jam, so jadilah menulis sebagai sarana yang tepat buatku untuk mengekspresikan diri. cieh..

Setelah keseringan menulis, aku menyadari bahwa ada banyak sekali kejadian di sekitar kita yang bisa diceritakan kembali dalam bentuk tulisan. Meskipun itu bukanlah sebuah tulisan yang bagus, never mind. Setiap dari kita punya hak untuk menyalurkan kebutuhannya, termasuk menulis. Karena nggak semua orang mampu mengutarakan apa yang dia rasakan lewat lisan. Seseorang mungkin butuh menulis supaya dia nggak stress karena banyak memendam masalah dan sebagainya. Yah... sepanjang hal itu nggak mengganggu orang lain, aku rasa nggak apa-apa.

Aku mengenal blog dari seorang teman kuliahku, Mardiyah. Thanks ya udah ngenalin aku sama dunia blogging. Blog ini bener-bener berguna. Jujur aku lebih suka nulis di blog dari pada di fb. Kalo di fb kan banyak teman-teman yang kenal sosok aku kayak apa, rasanya malu aja kalo mereka membaca tulisan aku. ***wah.... ga PD banget yah. Kalo di blog khan nggak ada yang kenal kecuali segelintir teman dekatku. Blog rasanya lebih nyaman. Seperti 'rumah sendiri', Lebih bebas berekspresi. hehehe...

Pelajaran Kesatu (Part 2#)

B. ......DE ........ DESU

Bentuk ini berfungsi untuk menghubungkan dua kata benda atau kalimat, Desu yang pertama, kita ganti dengan "de". Langsung ke contoh aja kali yah...
> Watashi wa Mega desu.
> Watashi wa Indonesia jin desu
= Watashi wa Mega de, Indonesia-jin desu

Gampang khan...
Ini aku kasih beberapa contoh lagi
> Anda tuan Tanaka, Orang Jepang = Anata wa Tanaka-san de, Nihon-jin desu
> Rita seorang perempuan, pegawai toko = Rita-san wa onna de, ten-in desu
> Ilham seorang laki-laki pegawai Bank = Ilham-san wa otoko de, ginko~in desu
> Kami guru, mereka dokter = watashi-tachi wa sensei de, anohito-tachi wa isha desu
> Ini Radio, itu Televisi = Kore wa rajio d , sore wa terebi
> Ini pensil, itu pulpen = kore wa empitsu de, sore wa mennenhitsu desu.

Tango (Kosa Kata)
Nihon = Jepang
Rajio = Rajio
Televisi = Terebi
Pensil = Empitsu
Pulpen = Mannenhitsu
Buku = hon
... - san = tuan/nona/saudara
... - tachi = bentuk jamak untuk orang
Isha = Dokter
Sensei = guru
Ten-in = pegawai toko
Ginko~in = Pegawai bank
Kore = ini
Sore = itu (dekat dengan lawan bicara).
Are = it (jauh dari keduanya)

Senin, 29 April 2013

Sendiri

Apa yang salah dengan sendiri? bukankah kita awalnya lahir sendiri dan mati pun akan sendiri?
Oho!, tentu tidak ada yang salah dengan sendiri. Hanya saja kata yang satu itu benar-benar bisa mengusik gundah dalam hati ku. Membuatku tak tenang dan gelisah. Yup I don't like being alone. Aku takut sendiri.

Sebelum aku bercerita lebih jauh ingin kusampaikan terlebih dahulu kehidupan baruku di rumah baruku. Bukan rumah baru dalam arti yang sebenarnnya tentunya, namun lebih tepat jika dikatakan tempat tinggal baru.
Saat ini aku dan rekan-rekanku di al insan tinggal di Jl. Prof. Abdurrahman Basalamah 2 No. 31 Makassar. Jalan yang dulunya bernama Racing Center ini kini menjadi saksi bisu atas jejak langkah yang kupijakkan setiap harinya. Jalanan-nya sejuk, rindang meski banyak juga kendaraan yang lalu lalang di atasnya.

Alhamdulillah, beribu syukur kupanjatkan kepada Allah atas segala resky yang diberikanNya kepada kami, kami boleh dibilang tinggal di ruko ini secara cuma-cuma. Kok bisa? ya bisalah, apa sih yang ga bisa kalau Allah berkehendak. Ceritanya gini, Bu khadijah (pemilik ruko) mengelola sebuah tahfidzul Qur'an  sabtu-ahad. Beliau terendala dari segi pengelolaan dan tenaga pengajar. Ia pun menawarkan kepada kami untuk tinggal di rumahnya sembari menjadi tenaga pengajar di Tahfidz beliau. Saat itu kami memang berencana untuk pindah dari hartako, dan bingung mau pindah kemana. Maka jadilah kami berempat (aku, Ela, Yusma dan k Nahda) pindah kemari.

Kami berempat hidup dengan damai, mesi pada awalnya suasana dan lingkungan yang masih baru membuat kami agak sulit beradaptasi. Mulai dari mencari jalur pt2 yang paling efisien, lokasi pasar yang tidak sebaik di hartako, jarak kampus dan tempat kerja yang semakin jauh membuat kami sempat sedikit tidak puas dengan keputusan kami. Belum lagi ketika pertama kali menghadapi anak-anak tahfidz yang beraneka ragam. Namun setelah hampir sebulan tinggal bersama sedikit-sedikit rasa itu semakin pupus. Kami mulai betah tinggal di sini dan menganggap ruko ini sebagai rumah kami, tempat kami melepaskan segala kepenatan yang kami rasakan di luar, tempat kami berbagi suka maupun duka, tempat mengekpresikan diri yang tidak sempat terekspresikan di luar sana. Keramahan Ibu Khadijah juga menjadikan kami nyaman tinggal di sini. meski lelah karena sering berjalan jauh, namun jika mengingat nikmat Allah atas tempat tinggal yang nyaman dan gratis ini kami lantas berucap syukur yang tiada henti. khusunya diriku.

Sayangnya kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Perlahan-lahan satu demi penghuni mulai jarang bermalam di rumah. Diawali dengan kak Nahdah yang berpikir untuk memaksimalkan tempat ini sebagai kantor. Ia meganggap jika ia tinggal di tempat ini maka ia hanya akan memberikan sisa-sisa waktunya saja, sehingga sulit untuk bisa mengembangkan tempat ini. Kakak yang satu ini memang suka berubah-ubah pikirannya, selalu meloncat-loncat dari satu hal ke hal lain, orangnya susah fokus, motonya: lebih baik tahu sedikit banyak hal dari pada tahu banyak sedikit hal. really not me. dengannya aku sering menemukan ketidak cocokan bahkan sering 'berantem'. Sikap ngototnya membuatku sering kesal.  tapi biar bagaimanapun dia masih punya segudang kebaikan yang nggak bisa disepelekan. love you sista, i'm sorry for everything. Akhirnya K Nahda resmi tidak menjadi penghuni ruko ini sejak bulan April, kini beliau tinggal di Antang, entah dengan siapa dan di mana tepatnya ia selalu merahasiakannya, kami adik2nya sulit mengerti tindakan yang ia lakukan namun kami tetap berusaha menerimanya.
Next
Setelah mulai bisa menerima 'hengkangnya' K Nahda dari kehidupan kami dan terbiasa menjalani hari-hari tanpa K Nahda di rumah ini, satu orang lagi mengambil langkah mundur bahkan tanpa membicarakannya lebih dulu dengan ku sebagai ketua pondokan mengenai rencananya. Ada sedikit rasa kecewa manakala kita merasa sangat bodoh karena tidak tahu apa-apa yang sedang terjadi. Seolah diri ini tidak berarti apa-apa bahkan untuk sekedar ukuran teman kost. Paling tidak ketika ingin pergi, kan bisa dia bilang "Kak mabit di rumahnya ka' sepupuku malam ini?" jadinya saya nggak perlu repot-repot menafsirkan kemana perginya dia? mau bilang apa saya sama Bu khadijah kalau ditanya.
Berbeda dengan kak Nahdah yang langsung mengatakan apa yang ada dihatinya atau yang dia lihat tanpa harus diminta tanggapan dan tanpa memperhatikan perasaan orang lain, Ela adalah tipe orang yang lebih sabar, lebih pendiam, lebih banyak nggak enaknya, dan tidak akan mengungkapkan perasaannnya kalau tidak ditanya. Ditanya pun belum tentu lengkap jawabanya, aku juga pernah menghadapi orang seperti ini sebelumnya. Aku mendapat Info dari Yusma yang juga serumahku, bahwa Ela selama satu atau dua bulan ini akan lebih banyak bermalam di Rumah sepupunya alasannya untuk menemani sepupunya ini karena pamannya sedang pergi KKN. 

Sebenarnya aku tidak akan pernah melarang, atau marah. Aku ini juga sangat pengertian meski kadang keras kepala. Aku sangat memahami mungkin ini yang terbaik untuk Ela, geraknya lebih leluasa karena ada motor di sana yang bisa ia gunakan untuk mengurusi skripsinya yang belum kelar juga. Hanya saja nggak ada salahnya kan kalau dikomunikasikan lebih awal biar kami juga nggak shock begini,  pembagian tugas rumah juga menjadi berantakan. 

Setelah seminggu menghabiskan waktu berdua dengan Yusma, aku mulai berusaha menerima apa yang terjadi pada kami. Toh, Ela masih datang bermalam minggu untuk mengurusi Tahfidz. lumayanlah.
Hari ini tibalah saat yang aku cemaskan itu, saat-saat dimana semua orang menginggalkan aku. Tadi sore, Yusma menelponku dengan suara yang takut-takut penuh harap juga. "Kak, Afwan mo ka pulkam ini. libburka selasa rabu. Kamis balik ma kemakassar"

Keget? Tentu saja, Tapi, aku mo bilang apa? apa iya aku ngelarang dia buat pulkam? nggak mungkin kan... Aku mencoba untuk tegar merelakan 'ke-pul-kam-an' Yusma. Setidaknya Yusma sudah beritikad baik dengan menginfokan terlebih dahulu kepadaku, anak yang satu ini meski cukup rumit tapi kutahu dia sangat pengertian agak mirip dengan kareter ku, mungkin karena golongan darah kami sama. Nggak seperti dua orang sebelumnya yang nanti di tanya baru mengatakan keadaan yang sebenarnya.  yang satu  karena emang cuek, yang satu karena merasa nggak enak. 

Aku pasrah saja, mau bagaimana lagi. Kalo memang harus sendiri ya sendiri. Pasti ini yang terbaik menurut Allah. InsyaAllah. Mungkin ini juga merupakan kesempatan bagiku untuk introspeksi diri. Bertanya pada diriku sendiri mengapa orang-orang begitu mudah pergi meninggalkanku. Mungkin ada banyak sifat dan sikap ku yang membuat mereka tidak tahan hidup bersamaku. :(  

Sedih...jika mengingat keadaanku saat ini. Aku juga ingin pulkam, bertemu dengan Mama, Ayu, Ilham, om, Tante, sepupu-sepupu. Pengen makan langsat yang kata Ilham lagi banyak banget. Tapi segala urusan di sini memaksaku untuk tetap tinggal. Kadang aku ingin melepas semuanya dan membiarkan diri ini bebassssssssss tapi apakah aku akan bisa bahagi setelah semuanya hilang? TIDAK, mungkin saat ini aku sedih, tapi masih banyak kebahagiaan2 lain yang tetap bisa kurasakan ditengah-tengah aktifitas ku. Masih ada manis yang bisa kuteguk di antara sekian banyak pahit.. Setidaknya aku masih bisa tersenyum setiap kali  tangis  ku reda. Aku masih bertahan. bersabarlah Ega.... tinggal sedikit lagi.  Besar harapanku semoga rasa sedih yang kurasakan karena kesendirian ini akan digantikan Allah dengan kebahagiaan yang lain. Amiiin. 

NB" belum selesai saya menulis note ini, mamanya Hilda yang tinggal di lantai 1 membawakan saya sayur sop dan Opor Ayam. wah.... Alhamdulillah... :)



Kamis, 29 November 2012

Sebuah Perenungan

28 November 2012

Pada tanggal yang sama dengan hari ini, 24 tahun yang lalu , ibu saya berjuang untuk menghadirkan saya di dunia ini. ibu bilang pada hari itu awan di langit tampak begitu indah, membiaskan cahaya matahari sore yang memukau. Karena itu beliau memberikan nama Megasari kepada saya. 

Setiap kali saya merenungi sejarah pemberian nama tersebut, membuat saya tersenyum sendiri. Mengingat betapa waktu kecil saya sering sekali  bertanya, menangis, dan selalu ingin menjadi nomor 1 membuat saya berpikir, apa kah ini ada hubungannya dengan nama saya? hm... jawabnya bisa iya, bisa juga tidak.
Saya mulai berpikir, mungkin salah satu alasan mengapa ibu saya memberi nama seperti itu adalah supaya saya juga bisa selalu memberikan kebahagiaan kepada ibu, dan orang-orang di sekitar saya, menjadi orang yang tidak sombong, memilki hati yang teduh dan cita-cita yang tinggi.

Sejak masih duduk di sekolah dasar sampai SMA saya selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik.Peluang-peluang beasiswa tak pernah saya biarkan lewat begitu saja. Karenanya belajar sungguh-sungguh adalah sebuah keharusan. Bersyukur karena saya merupakan tipe pebelajar, saya sangat menyukai belajar. Matematika, bahasa inggris, Kimia, Fisika, Komputer, dll merupakan teman baikku. Tapi jangan salah, saya juga tetap punya sahabat-sahabat. Saya tidak lantas menjadi orang yang hanya asyik dengan buku dan pelajaran, saya juga sangat senang dengan pertemanan. Bisa berbagi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan pandangan dan memilki selera humor yang lumayan gokil merupakan hal yang sangat saya syukuri dalam hidup ini. 

Jika mengingat bagaimana besarnya usaha dan semangat juang, serta cita-cita yang tinggi saat masih sekolah dulu, saya merasa terheran-heran sendiri. Bagaimana saya bisa begitu bersemangatnya di tengah kesulitan hidup saat itu? di tengah himpitan ekonomi yang tidak mudah, saya dengan percaya dirinya mengatakan pada diri saya, ibu saya dan orang-orang lain di sekitar saya, bahwa saya akan kuliah di Makassar, ibu kota Provinsi Sul-Sel. Padahal tentu bagi ibu saya yang saat itu belum berstatus PNS persoalan itu bukanlah hal yang mudah. Jangankan uang kuliah, ongkos berangkat saja belum tentu punya, belum lagi biaya hidup yang harus ditanggung nantinya. Waktu itu ibu sempat membuat keputusan bahwa saya hanya akan kuliah di daerah. masuk kebidanan. hal tersebut tidak mematahkan semangat saya untuk tetap belajar keras. Akan kubuktikan bahwa saya juga bisa seperti teman-teman yang lain. Saya ingin mengejar cita-cita saya, saya ingin melompat lebih jauh dari apa yang saya bisa. Masih Ada waktu! kata saya waktu itu, dan inilah saya saat ini, berhasil lulus tepat waktu (4 tahun) di Jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, dan sempat meraih gelar lulusan terbaik.

Namun, jika saya mecoba membandingkan, semangat juang saya waktu sekolah lebih kuat dibandingkan saat kuliah dan bekerja. Saya mulai merasa bosan dengan apa yang saya jalani. Menjalani aktivitas sehari-hari tanpa ambisi, tanpa tantangan, dan begitu-begitu saja. Jelas bosan dengan ritme yang selalu sama. Saya tanyakan kembali pada diri saya, mana semangat itu? apa sampai di sini saja perjuangan itu? sudah pantaskah saya untuk merasa puas dengan apa yang sudah saya capai saat ini? 

Jujur saya merasa, saya masih bisa lebih dari diri saya saat ini. Jika orang lain bisa kenapa saya tidak? lalu kenapa saya tidak berusaha mencoba? kenapa tidak saya kembali membangun cita-cita hidup saya? kalau dulu orientasi saya hanyalah dunia, maka saat ini saya harus melandaskan cita-cita saya pada pondasi yang kokoh, yakni keimanan kepada Allah, dan keinginan untuk meraih keridhaan-Nya. 

Perlahan saya mulai memungut kembali kepingan-kepingan impian saya yang pernah saya campakkan karena mengannggapnya mustahil. Beberapa orang yang ada di sekitar saya meyakinkan ku bahwa tidak ada yang mustahil jika kita benar-benar mengingikannya -tentunya atas kehendak Allah- dan berusaha mewujudkannya. Mereka membangkitkan rasa percaya diri saya, sikap optimis yang pernah pudar kini sedikit demi sedikit kembali cerah . Thanks for supporting me. Arigato minna ^_^

Ada rasa malu ketika menyadari di usia saya saat ini belum banyak yang saya bisa lakukan untuk diri saya, orang tua saya, keluarga saya, dan ummat ini. sungguh saya sangat  ingin dengan ilmu yang saya miliki saya bisa mengambil peran dalam membangun peradaban, mengembalikan kejayaan Islam. Saya ingin membuktikan pada dunia bahwa umat islam bukanlah orang yang terbelakang, bukanlah umat yang tidak punya cita-cita, namun mereka juga bisa maju, menggebrak dan menggenggam dunia. Namun bukan dunia semata  tujuan kami, melainkan kampung akhirat lah yang dituju. 

Karena itu, saya mengazzamkan diri untuk tidak berhenti bermimipi. Untuk terus bercita-cita yang tinggi. Menyusun bata-bata impian untuk menjadi bangunan yang kokoh di atas pondasi yang kuat.  Akan kusingkirkan segala hal (rasa takut, pesimis, ragu-ragu) yang bisa mengahalangi terwujudnya impian ini dan akan kuganti dengan optimisme yang didukung dengan iman, usaha, do'a dan tawakkal kepada Allah.

Saat kutatap semburat  jingga di langit sore ini, kubisikkan semangat pada diri ku
"ini belum selesai, semua belum berakhir. akan kukejar mimpi ku. takkan saya biarkan ia berlalu begitu saja. impian ini begitu indah, seindah lukisan mega di atas sana"



Megasari

cerita Lebaran ku...

Allahu Akbar.. Allahu Akbar…. Laa Ilaaha Illallahu Allahu Akbar .. Allahu Akbar ….Wa lillaah
Ilham…
Kumandang Takbir memenuhi seantero negeri khususnya di sini, aMakassar. Lebaran kali ini saya putuskan untuk tidak pulang kampung. Selain karena tidak ada libur, mahram ku sepertinya tidak sempat menjemput.
Alhamdulillah semua tidak seburuk yang saya bayangkan. Saya tidak sendiri di sini, ada Uni (teman serumah) yang tidak pulkam, dan seorang adik binaan saya di kampus. Kami bertiga menjalani lebaran kali ini dengan fun.
Sehari sebelumnya saya pergi berbelanja di supermarket dan pasar tradisional. Kami tidak ingin ketinggalan suasana lebaran meskipun berada jauh dari kampung sendiri. Suasana itu harus tetap terasa, bukankah Idul Adha adalah hari raya umat Islam yang harus disambut dengan penuh semangat?
Menu lebaran kali ini adalah sup ayam, dan ayam goreng kecap. Sebenarnya saya ingin sekali membuat puding, tapi lupa membeli bahannya. Namun yang namanya rezeky itu memang tidak kemana. Buktinya, ba’da Shalat ‘Id kami disuguhi puding cokelat di rumah salah seorang teman seperjuangan.Alhamdulillah….
kami melaksanakan Shalat ‘id di lapangan basket  FT UNM yang terletak di Parang Tambung. Shalat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan shalat idul fitri. Hall ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hikmahnya adalah karena ba’da shalat orang-orang akan menyembelih hewan kurban.  Suasana shalat berlangsung hikmat, ditambah dengan bacaan shalat yang dibawakan secara tartil hingga menyusup ke dalam hati membasahi jiwa-jiwa para jama’ah. tidak sedikit yang sampai meneteskan air mata.
Usai shalat dan khutbah para Jama’ah berdiri ada yang langsung pulang, ada juga yang masih tinggal untuk saling mengucapkan selamat hari raya antara satu dengan yang lainnya. Ucapan Taqabbalallahu minna wa minkum mewarnai amtmosfer di lapangan. Ku sempatkan diri menelpon keluarga di kampung, mulai dari mama, tante, adik, sepupu. hiks.. sedih juga sih tidak bisa berkumpul dengan keluarga di hari yang berbahagia ini. Padahal hari raya seperti inilah yang bisa mengumpulkan seluruh keluarga besar Simak Samad. Tapi tak apa, ini lah yang terbaik dari Allah. Harus tetap semangat, lagi pula di sini saya punya saudara-saudara seiman yang insyaAllah bisa menjadi pengobat rindu.
Memenuhi undangan salah seorang Akhawaat, kami pun berjalan menuju rumahnya. Di situlah kami disuguhi dengan beberapa jenis hidangan mulai dari puding cokelat fla, soto, sampai es buah. MasyaAllah ini baru satu rumah gimana dengan rumah yag lain. Dari situ kami pun melajutkan silaturahim ke rumah yang lain, hari itu ada 5 rumah yang kami kunjungi. Masing-masing menyuguhkan menu yang berbeda,, dan semua memaksa untuk memakan hidangannya. Ada kari ayam, kurma, mangga, bakso goreng, opor ayam, buras, es nutrijel. Wal hasil kami benar-benar kenyang, sampai-sampai makanan yang dirumah tidak tersentuh sama sekali.
Sore hari setelah istirahat siang dan shalat, kami pun melanjutkan kunjungan kami ke rumah salah seorang staff Al_insan. Saya memberanikan diri membawa motor, itu pun setelah dikompor-kompori oleh adik binaan saya. Alhamdulillah bisa sampai dengan selamat.
Malam hariya, barulah makanan yang kami siapkan sejak sore kemarin tersentuh. ternyata masakan kami nggak kalah enak dengan masakan di tempat lain. “mmmmm….Ayam goreng buatan kakak enak loh…”  seru Hilya. Syukran…. hehehe…
Melalui kesempatan ini saya  mengucapkan
SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA 10 DZULHIJJAH 1433 H. IED MUBARAK. TAQABBALALLALLAHU  MINNA WA MINKUM.

Jumat, 14 September 2012

assalamu'alaykum warahmatullahi wa barakatuh.
nggak terasa udah hampir setahun saya nggak buka blog ini dan nggak posting apa pun. ck..ck..ck... ini kah yang disebut cinta menulis? saya jadi ragu.
eits.. tunggu dulu, nggak ngeblog bukan berarti nggak suka nulis. toh saya masih sering nulis di diary walaupun nggak rutin. xixixixi.
Banyak sekali hal yang sudah terjadi dalam selang waktu setahun ini. Salah satunya adalah saya sudah pindah rumah lagi, nggak betah saya lama-lama tinggal di kost yang kemarin. sudah banyak kucing, panas, berisik dan deketan sama cowok. Nggak bisa bebas bergerak.
Impian-impian ku juga makin banyak, dan sekarang saya sedang berusaha untuk merintis jalan menuju ke sana. Beberapa buku dan novel yang saya baca membuat saya sadar tentang arti sebuah impian, dan jangan pernah menyepelakan impia n sekecil apa pun itu dan semustahil apa pun itu, karena kalau Allah menghendaki nggak ada yang mustahil.
nah karena makanan sudah terhidang, makan dulu ah...

Rabu, 02 November 2011

Selamat Jalan Pore

Akhirnya, setelah genap seminggu sakit, Pore pun menghembuskan nafas terakhirnya. Aku pikir dia bakal sembuh, soalnya kemarin dan tadi malam dia udah bisa makan dan ngejilat-jilat tubuhnya. Tadi pagi pun aku masih ngeliat dia di pintu kamar.
Hari ini aku seharian ful di rumah, Internetan sepuasnya mumpung masih ada bonus, dan emang nggak ada schedule di luar. So asyik browsing, danmendandani blog. Menjelang shalat Ashar, waktu mo pergi ambil wudhu, tiba-tiba aku teringat Pore, si kucing yang udah seminggu sakit. Aku nggak melihat dia dari tadi. Habis wudhu, barulah aku nyariin Pore. Dimana-mana kucari ngga ketemu. Akhirnya kunyalakan lampu kamar agar bisa leih leluasa melihat. Alangkah terkejutnya aku ketika kutemukan Pore di sudut kamar sudah tergeletak kaku tak bergerak dengan mata dan mulut yang terbuka.
"innalillah...Pore dah meninggal" tak dapat kupungkiri, aku sedih atas kematiannya. Ternyata cuma sampai hari ini aja batas hidup Pore. Dan tadi malam waktu dia masuk ke kelambu dan tidur di kasurku, itu adalah salam perpisahan terakhirnya.
Hiks.... nggak ada lagi kucing cantik yang menjadi kebanggan kami. Kucing yang paling rajin mandi, kucing yang paling keras ngeongannya. yang menjadi saingan Poro kalo mo makan.
Sekarang Anak kucing Jamesha tinggal 2, rasanya nggak complete, karena aku menjumpai mereka saat masih bertiga. dan bagiku mereka adalah satu kesatuan yang saling melengkapi.
Padahal Firah udah berusaha agar Pore sembuh, termasuk mengancam Pore, "Pore, kamu harus sembuh yah sebelum saya pulkam, kalo tidak nanti saya taruh di luar loh..."
Mungkin Pore ngerasa nggak kuat dan akhirnya memilih mati. hiks...
Selamat Jalan Pore. ..

Sampai saat aku nulis blog ini, Firah belum tahu kalo kucing cantiknya mati. Aku sendiri nggak berani mengangkat mayatnya. What should I do?

Selasa, 01 November 2011

Aku dan Tulisanku


Aku bukan penulis, tapi aku suka menulis, karena dengan menulislah aku bisa mengeluarkan unek-unek ku tentang apa saja Tentangku, sahabatku, kehidupanku, dan mimpi-mimpiku.

Sebenarnya, aku menulis hanya untuk diriku, tapi kalau itu dibaca sama orang lain nggak papa juga sih, asal jangan protes aja sama gaya menulisku yang nggak ngikutin tata bahasa kepenulisan. Maklumlah aku bukan sastrawan, atau jurnalis, or cerpenis melainkan seorang alumni jurusan Matematika.

Sejak kecil aku suka menulis ***selain membaca tentunya. Aku menuliskan perasaanku, pengalamanku atau khayalanku di dalam sebuah buku. Mungkin ini disebabkan karena sifatku yang pemalu dan nggak banyak omong (kecuali sama orang-orang tertentu). Disatu sisi aku sangat suka bercerita, sementara di sisi lain nggak selalu ada orang didekat ku yang bersedia mendengar cerita ku 24 jam, so jadilah menulis sebagai sarana yang tepat buatku untuk mengekspresikan diri. cieh..

Setelah keseringan menulis, aku menyadari bahwa ada banyak sekali kejadian di sekitar kita yang bisa diceritakan kembali dalam bentuk tulisan. Meskipun itu bukanlah sebuah tulisan yang bagus, never mind. Setiap dari kita punya hak untuk menyalurkan kebutuhannya, termasuk menulis. Karena nggak semua orang mampu mengutarakan apa yang dia rasakan lewat lisan. Seseorang mungkin butuh menulis supaya dia nggak stress karena banyak memendam masalah dan sebagainya. Yah... sepanjang hal itu nggak mengganggu orang lain, aku rasa nggak apa-apa.

Aku mengenal blog dari seorang teman kuliahku, Mardiyah. Thanks ya udah ngenalin aku sama dunia blogging. Blog ini bener-bener berguna. Jujur aku lebih suka nulis di blog dari pada di fb. Kalo di fb kan banyak teman-teman yang kenal sosok aku kayak apa, rasanya malu aja kalo mereka membaca tulisan aku. ***wah.... ga PD banget yah. Kalo di blog khan nggak ada yang kenal kecuali segelintir teman dekatku. Blog rasanya lebih nyaman. Seperti 'rumah sendiri', Lebih bebas berekspresi. hehehe...

Pelajaran Kesatu (Part 2#)

B. ......DE ........ DESU

Bentuk ini berfungsi untuk menghubungkan dua kata benda atau kalimat, Desu yang pertama, kita ganti dengan "de". Langsung ke contoh aja kali yah...
> Watashi wa Mega desu.
> Watashi wa Indonesia jin desu
= Watashi wa Mega de, Indonesia-jin desu

Gampang khan...
Ini aku kasih beberapa contoh lagi
> Anda tuan Tanaka, Orang Jepang = Anata wa Tanaka-san de, Nihon-jin desu
> Rita seorang perempuan, pegawai toko = Rita-san wa onna de, ten-in desu
> Ilham seorang laki-laki pegawai Bank = Ilham-san wa otoko de, ginko~in desu
> Kami guru, mereka dokter = watashi-tachi wa sensei de, anohito-tachi wa isha desu
> Ini Radio, itu Televisi = Kore wa rajio d , sore wa terebi
> Ini pensil, itu pulpen = kore wa empitsu de, sore wa mennenhitsu desu.

Tango (Kosa Kata)
Nihon = Jepang
Rajio = Rajio
Televisi = Terebi
Pensil = Empitsu
Pulpen = Mannenhitsu
Buku = hon
... - san = tuan/nona/saudara
... - tachi = bentuk jamak untuk orang
Isha = Dokter
Sensei = guru
Ten-in = pegawai toko
Ginko~in = Pegawai bank
Kore = ini
Sore = itu (dekat dengan lawan bicara).
Are = it (jauh dari keduanya)