Sabtu, 22 Januari 2011

Menyibak Hujan (potongan Novel yg ga jadi-jadi)

Hujan terus saja turun di luar sana. Tita dan sari terjebak di ruang kelas di kampus mereka. Apa boleh buat mereka tidak membawa payung. Ini lah akibatnya kalau tidak sedia payung sbelum hujan. Benar kata pepatah sesal kemudian tak berguna.
“ gimana nih sar, hujan gak reda juga” suara tita memecah keheningan.
“gimana, yah. Kita tunggu aja sampai jam 5. Kalau nggak reda juga, apa boleh buat kita nekat aja pulang hujan-hujan. Anggap aja kita lagi main hujan kayak waktu kecil dulu.”
Tita mengangguk setuju, “kalau gitu kenapa nggak dari tadi aja?”
“maunya sih gitu. Tapi kalau sekarang masih terang. Tengsin lah diliatin ma banyak orang. Kita mesti jaga image donk. Masa’ cewek popular kayak kita pulang basah-basahan. Nggak lagi.” Kata Sari sambil mengibaskan rambutnya.
“popular? Alah.. gaya aja lo. Yang ada kita tuh adalah dua orang cupu. yang selalu dipandang dengan tatapan mata jijik dan benci oleh anak-anak di kampus kita ini. Secara Cuma kiita berdua khan yang nggak punya kendaraan pibadi. Aku heran kenapa kita bisa terhjebak di sini ya?”
“Maksudmu terjebak hujan atau terjebak kuliah di kampus ini?”
“ya terjebak di kampus ini lah, kalo terjebak hujan itu mah gara-gara kebegoan kita yang sok-sok ga bawa payung.” Jawab tita sambil menjitak kepala sari.
“ga papa deh. Meskipun kata orang kita cupu, miskin dan bego –bego dikit, yang penting kita selalu bersama, maka everything is ok. “
“yap, setuju. Kita akan ngadapin semuanya sama-sama . nggak peduli apa kata orang. Selama kita bersama semua akan baik-baik saja”
“Ok, kayaknya udah jam 5 . sok atuh kita kemon?”
“beneran nih mo main hujan? Nggak takut?”
“Hujan?! Siapa takut.” Belum selesai ia bicara, sari bicara, tita sudah basah kuyup di bawah guyuran hujan. “woi, tungguin donk!!!” seru Sari.

Hujan, Secangkir cokelat, dan dua potong roti.

Masih seputar hujan. Brrrrrr dingin banget.
Rasa dingin emang membuat kita cepat lapar, dengan malas ku langkahkan kaki ku ke dapur untuk menanak nasi di rice cooker. Kayaknya kalo nunggu nasi matang agak lama, aku pun berinisiatif keluar untuk cari cemilan, mumpung hujan lagi reda, kalo nggak pintar ambil kesempatan kita bakal terus-terusa terkurung di kamar. So harus cerdas.
Awalnya aku mo beli roti tawar, tapi nggak ada so cuman beli dua potong roti kemasan. Ga papalah. Pas banget ketika pintu kamar ku tutup hujan pun turun lagi langsung deras.
Aku segera memanaskan air, lalu menyeduh energen dan menghidangkannya di atas meja. Aku pun duduk dengan hikmatnya di depan meja. Menikmati secangkir energen cokelat panas dan dua potong roti cokelat wijen. Emmmm sedapnya……
Rinai hujan diluar sana menambah syahdunya kesendirian ku…

Teror di Tengah Hujan

Makassar lagi diguyur hujan abis-abisan. Bukan Cuma hujan tapi disertai pula dengan angin kencang atau anging ribut, kencang atau ribut ya? ah whateverlah yang jelas anginnya tuh kencang dan juga ribut. Aku sendiri berpendapat kalo ini bukan hujan biasa, tapi badai. Tadi saja salah satu terpal tetangga yang biasa dipasang di atap, terbang ke kost Flora dan nyangkut di atas bak penampungan air. Aku menjadi saksi mata kejadian ini.
Seumur-umur tinggal di Flora, musim hujan kali ini lah yang kurasakan paling dahsyat. Derasnya hujan yang turun berhari-hari tak terperikan (hahaha, syahdu banget sih bahasanya) sampai-sampai halaman yang biasa ditempati jemur pakaian tergenang air, “masyaallah, udah kayak kolam renang nih…” ucapku ketika iseng-iseng keluar kamar saat hujan lagi turun dengan derasnya.
Agak lama aku di berdiri di luar mengawasi hujan, layaknya mbah Marijan yang menjaga gunung merapi. Aku merasa sangat cemas. Sebagai informasi, aku paling takut sama hujan deras, angin kencang dan mati lampu. Nah inilah yang terjadi siang ini. Meskipun siang, kamar ku tetap gelap, karena matahari tertutupi oleh awan mendung. Namanya juga lagi hujan. Saat hujan seperti ini sangat rawan terjadi kejahatan.
Sekedar info untuk masyarkat Malengkeri, DG Tata & sekitarnya bahwa saudara/saudari diharapkan kalau keluar sekarang kudu hati-hati, Malengkeri & Dg tata Mulai jaga-jaga (waspada) Semalam sekitar pukul 20.00 WITA di tikungan Malengkeri Dg Tata dekat kampus UNM ditemukan korban MUTILASI yang bernama Marta. Marta ditemukan dengan kondisi fisik yang sudah terpotong menjadi 8 bagian, dia menjadi korban mutilasi yang diletakkan di dalam plastic, sungguh TRAGIS…..
Saat ini polisi sudah menemukan identitas Marta secara lengkap. Dan ternyata warga setempat biasa menyapanya dengan sebutan MARTABAK yang biasa limabelas ribu yang special duapuluh ribu. Mau pilih yang mana?
Hehehe..
Ya! Demikianlah laporan tentang hujan di Makassar hari ini, saya Megasari contributor kost flora melaporkan.
Makassar, 16 Januari 2011



NB: - INGAT pesan dari bang Napi “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat tapi juga karena ada kesempatan, jadi WASPADALAH!!!
- jangan lupa baca doa ketika turun hujan : Allahumma Shayyiban Naafia’an. (Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat (untuk manusia, tanaman dan binatang).

Shool again N Some People Leave Me

Hidup ini emang nggak bisa di tebak. Manusia hanya berencana dan Tuhan jualah yang menentukan. Awalnya aku berencana hanya tiga bulan saja mengajar di SMA Makassar Raya. Bulan januari pengen pulkam. Ninggalin anak2 yang bandel di sekolah. Tapi ternyata aku nggak lulus CPNS dan memutuskan untuk tetap tinggal di Makassar. Kontrakku pun diperpanjang karena ibu Hasmiah (guru bahasa inggris beneran) ga ada kabar sama sekali.
Hari senin tanggal 10 januari 2011 aku kembali masuk sekolah setelah libur semester selama 2 pekan. Aku terkejut karena salah seorang siswa ku yang bernama M. Jaya Saputra Paat akan pindah ke Jawa. Ia ikut tantenya. Ibunya ada di Menado, dan ayahnya entah di mana. itu yang kudengar dari bu Jo’.
Aku merasakan nyeri di dadaku. Aku…aku … merasa kehilangan. Ternyata siswa juga bisa membuatku merasa kehilangan. Siapa sih siswa itu sehingga bisa membuatku merasa nggak enak kayak gini.
M. Jaya Saputra Puat. Itu nama lengkapnya. Siswa kelas 1 SMA. Sekaligus ketua kelas. Anaknya sopan, baik, ga suka ribut, dan dia juga antusias megikuti pelajaran ku. Dia sering merasa kasihan kepadaku karena ulah temannya yang bernama Suparman yang suka berisik di kelas. Kalo Suparman lagi ribut teriak2, Jaya akan memandangku dengan tatapan yang dapat di artikan, “sabar ya bu’” dia malah pernah bilang, “kelas ini bakal tenang kalo Suparman udah ga ada”, aku tersenyum mendengarnya.
Jaya ngebet banget menyalami tangan ku, tapi tak pernah ku terima karena Jaya kan udah baligh. Udah nggak boleh lagi ku salami. Berkali2 ia curi kesempatan. Misallnya, ketika teman2 perempuannya pada menjabat tanganku, dia pun nyelipin tangannya di antara tangan anak2 perempuan. Tapu usahanya tak pernah berhasil, dia kesal sekali karena itu. Akhirnya pada suatu kesempatan sepulang sekolah aku mendudukannya di hadapanku dan menjelaskan kepadanya alasanku tak mau menjabat tangannya. Dia tidak begitu memahami penjelasanku, tapi sejak saat itu dia tidak lagi berusaha untuk menyalami ku.
Akan tetapi di hari senin, hari terakhirnya ke sekolah dia masuk ke ruang guru dengan maksud berpamitan kepada guru-guru, disalaminya Bu Jo’ kemudian dia menjulirkan tangannya kepadaku. Tapi seperti biasa aku tetap tidak menerima uluran tangannya hanya menelungkupkan kedua tanganku di dada begitu pula dengan Husni. Jaya tampak kecewa.
Maafin Ibu ya Jaya. Bukannya aku sombong dan tidak menyukaimu, hanya saja kamu bukan mahramku, aku takut dosa yang akan menimpaku maupun dirimu. Semoga suatu saat nanti kau bisa mengerti… Ya Allah berikanlah ia hidayah-Mu.
Aku sempat melihatnya pergi meninggalkan sekolah, rasanya pengen nangis, sedih…
Baik2 ya Jaya di Tanah Jawa…. SEMOGA SUKSES!





NB: Suparman si biang kerok, ternyata juga pindah sekolah. Dan dia pindahnya ke Palopo, hahaha kasian banget guru di sekolah barunya itu. Jika aku sedih dengan pindahnya Jaya, lain halnya dengan Suparman. Aku sangat bahagia! I m so happy

Sabtu, 15 Januari 2011

Ical, Si Kecil yang Penuh Kejutan

Wah …. Lama banget nih ga nulis, sebenarnya ada banyak cerita yang terjadi selama 3 pekan terakhir ini. Hanya saja seabrek kegiatan dan job akhir-akhir ini betul-betul menyita waktu, tenaga dan perhatianku. Meskipun sekolah tempatku mengajar libur selama 2 pekan, namun hal itu tidak berlaku untukku. Karena selain mengajar bahasa inggris di SMA Makassar Raya , aku juga menjadi tentor di LBB Al-Insan dan mengambil job privat mat dan bahasa inggris untuk SD.
Aku mengajar privat di rumah salah seorang guru SMA Makassar Raya. Nama beliau adalah ibu Juariah tapi lebih akrab dipanggil bu Jo’. Beliau memintaku memberikan les matematika dan bahasa inggris kepada anak-anaknya, Fajrul (kelas 6 sd) dan Fatir (kelas 4 sd). Mereka yang menjadi focus utama privat ku. Tapi setiap kali pembelajaran berlangsung, si kecil Ical seringkali ikut nimbrung di antara ke dua kakaknya. Tidak hanya nimbrung, dia juga meminta buku dan pulpen kepada ibunya.
Ical, anak kecil yang usianya baru memasuki tahun ke 5. Sekarang lagi asyik2nya sekolah di tk. Dari sorot matanya, kelihatan kalo dia termasuk anak yang cerdas. Hanya dengan melihat 1 kali, dia sudah bisa menuliskannya di kertas.
Ical, nama lengkpnya sebenarnya Fahrizal Nur Islam. Anak kecil yang lucu. Punya kepekaan social yang tinggi. Ibunya kemarin cerita: Ical tuh kalo naik motor sama ayahnya terus ngeliat kakek-kakek di pinggir jalan yang minta-minta (pengemis) pasti nyruh ayahnya singgah dan bilang, “ayah, kasiannya itu kakek singgah dulu dong, kasi dia uang ayah” trus kalo kelewatan dia bakal maksa ayahnya untuk mutar balik motornya, “ayah! Balik lagi, ayah!” Lalu ayahnya memberikannya uang, dan Icallah yang turun ke jalan memberikan uang itu secara langsung.
Ical yang lucu, sering banget godain aku kalo lagi ngajar, mulai dari ikut-ikutan ngucapin apa yang aku ucapakan, ikut nunjuk2 papan tulis, sampai mengelus-ngelus kepalaku ala ibu-ibu yang menyayangi anaknya. Aku sering tercengang-cengang dibuatnya.
Nah, hal yang paling kocak terjadi ketika aku sudah mau pamit dari rumahnya, kucari sepatu ku, yang ada cuma sebelah kiri. sebelah kanannya manya ya? Oh… ternyata ia terlempar begitu jauh di depanku, meskipun masih dalam pagar. Aku pun berjalan tanpa sepatu menuju keberadaan sepatu kananku. Ketika aku berbalik untuk memasang sepatu kiri, Ical keburu ngambil sepatu kiriku dan membawanya berlari. Kencang……sekali. Ibunya dan anak2 di kompleks itu mengejarnya. Aku tak dapat berbuat apa2 selain tertawa terpingkal2 melihat ulah anak yang satu itu. Luar biasa ….
Kata bu Jo’, Ical emang kayak gitu kalo mo ngelarang kita pulang. It’s mean that dia nggak pengen aku ninggalin rumahnya. Matanya tampak berkaca-kaca ketika menyalamiku.
Jangan nagis dong. Ical… Insyaallah hari Rabu ketemu lagi.

Rara dan Seribu Rumus

Sejak tadi malam Rara belajar habis-habisan, oh salah. Bukan hanya sejak malam tapi sejak magrib ba’da shalat dia sudah bergulat dengan buku Kimia Fisik nya.
“serius amat neng….” Tegurku, “oh… mau final ya.. “
“hmm” jawabnya singkat.
“ok deh kalo gitu, selamat belajar, aku nggak bakal ngajak ngobrol. SEMANGAT!!” Ucapku memberikan semangat, yang disambut dengan senyum misterius dari Rara.
Setelah itu kami pun sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Aku dengan segala administrasi bimbel dan Rara dengan soal-soal KIMIA fisikanya.
Jam 8 malam ku ajak Rara shalat Isya.
“duh….. Susahnya ini soal, ndak menger-menger ka’. Shalat ma’ kapang dulu di’?”
“iya, siapa tau dapat pencerahan, hehe”
Kami pun shalat berjamaah. Hanya berdua. Mungkin akhawaat yang lain udah pada shalat di kamar masing-masing.
Usai shalat, aku kembali ke depan Laptop dan Rara kembali ke dunia lain, I mean “dunia Kimiafisika”. Duh.. Jadi ingat masa-masa kuliah dulu. halah… lagaknya kayak udah lama banget ga kuliah, baru aja kemarin selesainya udah sok tua.
Next. Alhamdulillah pekerjaanku selesai sebelum jam 10. So bisa tidur lebih awal. Kemarin2 aku bobonya di atas jam 12 malam karena harus menyelesaikan persiapan Al-Insan Fullday yang dilaksanakan hari Ahad lalu. Mata ku udah kayak orang kesurupan dibuatnya. Lingkar hitamnya semakin menjadi-jadi.
“yeyeye… akhirnya bisa tidur sebelum Rara. Ra’ aku bobo duluan yah… Assalamualaykum…..” godaku.
“Wa’alaykum salam” lagi-lagi dengan senyum misteriusnya.
Sampai mata ini terpejam, Rara masih asyik dengan pulpen dan bukunya.
Pukul 4. 30
Saat ku buka mata ini, Rara sudah kembali di depan buku Kimia fisikanya.
“SERIBU!!!” Seru Rara tiba-tiba . Aku terkejut dibuatnya
“apanya yang seribu, Ra’?” Tanyaku yang masih terkantuk-kantuk. jangan-jangan Rara lagi ngigau jadi penjual di pasarsentral.
“oh!” iya tersadar, ga nyangka kalo aku udah bangun, he..he..he..kedapatan, “ini loh, banyak sekali rumusnya…. Bayangkan satu buku. Bo’. Mungkin nyampe seribu”
Hahaha… ta’ kirain apa. Rara lebai deh...
Gini nih sindrom orang-orang yang belajar pake system SKS (system kebut semalam). Besoknya ujian baru pelajari semua materi. Gimana ga puyeng tuh, apa lagi kalo rumusnya dah sampe seribu kayak yang dibilang Rara.
“eh, katanya ada loh orang yang sampe gila gara-gara cerdas banget” ujar Rara menutup bukunya.
“kok bisa?” tanyaku iseng
“pasalnya, ada soal yang ga bisa dia selesaikan, habis tanya sana-sini, ga ada yang tau dan mereka juga nggak musingin hal itu. tapi si cerdas ini, penasaran banget. tiap hari dia mikirin rumusnya, sampe-sampe berhenti kuliah karena stressnya..ckckk”
“kasian baget ya. tapi kamu nggak bakal kayak gitu khan…. paling stress nya bukan karena cerdas dan penasaran, tapi bingung rumus mana yang mau dipake untuk ngerjain soal ntar. hehehe” jawabku tega
“iya, apa lagi seribu rumus” Rara kembali mengulang istilah barunya. SERIBU RUMUS
Pukul 7.30 am,
Rara pun pergi dengan sebuah doa. semoga dari SERIBU RUMUS itu ada yang nyangkut di kepala bisa digunakan dalam pertarungan di final nanti. GOOD LUCk ya, Ukh….

***
Usai Ujian….
Rara masuk ke kamar kost dengan muka kusut.
“gimana ujiannya? sukses?”
Rara diam
“susah banget ya?”
“nggak susah, tapi waktunya sedikit sekali..” jawab Rara penuh penyesalan
“emang berapa nomor soalnya?”
“lima nomor”
“oh..Cuma lima, kok”
“tapi 1 nomor terbagi lagi a,b,c,d,e”
Ups, kalo diitung-itung, sampe 25 nomor tuh.
“Trus, berapa nomor yang berhasil diselesaikan”
“Cuma 3”
“wah, lumayan tuh, bisa dapat 80an lah” ucapku menghibur walau aku nggak yakin tiga nomor itu benar semua, xixixi
“ih… kan kita juga mau dapat A”
“InsyaAllah bisa kok dapat A, kan penilaiannya bukan Cuma dari nilai final aja”
“Masalahnya, Seribu rumus ku belum terpakai semua”
GUBRAKK!!!! SERIBU RUMUS bo’?!!!!!

We and our Dream

Males. Sudah seminggu ini aku nggak kemana-mana. Di rumah…. Aja ngerjain modul. Nggak tau napa, aktivitas ku yang sudah ku susun rapi terus-terusan batal, dan kalo udah kayak gitu aku udah males bwt cari kegiatan lain di luar. No planning B neeh. So, di rumah aja nyusun modul or puzzle, and some times baca e-book
Aku mulai terbiasa duduk berjam-jam di depan laptop untuk menyusun modul yang bakal di pakai di bimbel. Sekarangm selain ngajar di sma makassar raya, aku juga dapat job ngajar privat dan bimbelm sekaligus jadi staff di lembaga bimbingan belajar al-insan. Lumayanlah, buat nyokong kehidupanku di makassar. Secara dana dari ummi dah distop sejak bulan ini.
Ummi ngijinin aku tinggal di makassar, dengan syarat aku harus bisa nanggung biaya sendiri. Alias mandiri. Bukannya perhitungan ma anak sendiri, aku tahu ummi mau mendidik aku menjadi orang yang bisa mandiri. Selain itu, adikku, Ilham yang lagi sekolah di pelayaran juga butuh dana yang tidak sedikit. Aku sih enjoy aja. Emang sudah saatnya aku mandiri dan ga bergantung pada ummi. Aku yakin setiap orang punya reskinya masing-masing dan udah di atur ma Allah. Selama ia masih hidup rezkinya juga akan tetap mengalir sampai ia mati. Rizky allah tuh luas, dan ia datang dari arah yang ga kita sangka. Tul gak?
Oh iya, aku baru aja selesai baca bukunya dewi lestari yang lebih d kenal sebagai dee. Judulnya perahu kertas. Seru. Banyak pesan yang bisa di petik dari cerita itu. Beberapa di antaranya, kita harus realistis tanpa perlu ninggalin impian kita. Trus ada juga, kadang kita mesti berputar menjadi orang lain untuk bisa menjadi yang kita inginkan, and the other is you should be honest. Kita musti jujur dan masih banyak lagi.
Aku salut banget sama para penulis. Mereka memiliki daya imaginasi yang tinggi, kemampuan merangkai kata, dan sangat bersemangat dalam menulis cerita panjang-panjang ampe ratusan halaman. Kalo aku mah, nyerah. Nggak bisa bikin tulisan yang panjang dan utuh gitu.
Di bawah ini kutipan dari cerpen tersebut:

“jadi ... Kamu ingin menjadi sesuatu yang bukan diri kamu dulu, untuk akhirnya menjadi diri kamu yang asli, begitu?”
“yah, kalau memang harus begitu jalannya, kenapa nggak?”

Perhatikan kalimat ini:
berputar menjadi sesuatu yang bukan kita demi menjadi diri kita lagi.”
Aku merasakan adanya kebijakan di balik kalimat tsb. Ketika kita diperhadapkan dengan kenyataan bahwa impian kita susah untuk diwujudkan, entah itu karena factor orang tua, lingkungan atau yang lainnya, tidak ada salahnya untuk mengambil jalan yang berputar demi mencapai impian kita. Dengan begitu nggak ada yang yang perlu dikorbankan atau disakiti. Hanya perlu sedikit usaha dan kesabaran. Novel yang sangat inspiratif. yang lain kudu baca yah…..

Sabtu, 22 Januari 2011

Menyibak Hujan (potongan Novel yg ga jadi-jadi)

Hujan terus saja turun di luar sana. Tita dan sari terjebak di ruang kelas di kampus mereka. Apa boleh buat mereka tidak membawa payung. Ini lah akibatnya kalau tidak sedia payung sbelum hujan. Benar kata pepatah sesal kemudian tak berguna.
“ gimana nih sar, hujan gak reda juga” suara tita memecah keheningan.
“gimana, yah. Kita tunggu aja sampai jam 5. Kalau nggak reda juga, apa boleh buat kita nekat aja pulang hujan-hujan. Anggap aja kita lagi main hujan kayak waktu kecil dulu.”
Tita mengangguk setuju, “kalau gitu kenapa nggak dari tadi aja?”
“maunya sih gitu. Tapi kalau sekarang masih terang. Tengsin lah diliatin ma banyak orang. Kita mesti jaga image donk. Masa’ cewek popular kayak kita pulang basah-basahan. Nggak lagi.” Kata Sari sambil mengibaskan rambutnya.
“popular? Alah.. gaya aja lo. Yang ada kita tuh adalah dua orang cupu. yang selalu dipandang dengan tatapan mata jijik dan benci oleh anak-anak di kampus kita ini. Secara Cuma kiita berdua khan yang nggak punya kendaraan pibadi. Aku heran kenapa kita bisa terhjebak di sini ya?”
“Maksudmu terjebak hujan atau terjebak kuliah di kampus ini?”
“ya terjebak di kampus ini lah, kalo terjebak hujan itu mah gara-gara kebegoan kita yang sok-sok ga bawa payung.” Jawab tita sambil menjitak kepala sari.
“ga papa deh. Meskipun kata orang kita cupu, miskin dan bego –bego dikit, yang penting kita selalu bersama, maka everything is ok. “
“yap, setuju. Kita akan ngadapin semuanya sama-sama . nggak peduli apa kata orang. Selama kita bersama semua akan baik-baik saja”
“Ok, kayaknya udah jam 5 . sok atuh kita kemon?”
“beneran nih mo main hujan? Nggak takut?”
“Hujan?! Siapa takut.” Belum selesai ia bicara, sari bicara, tita sudah basah kuyup di bawah guyuran hujan. “woi, tungguin donk!!!” seru Sari.

Hujan, Secangkir cokelat, dan dua potong roti.

Masih seputar hujan. Brrrrrr dingin banget.
Rasa dingin emang membuat kita cepat lapar, dengan malas ku langkahkan kaki ku ke dapur untuk menanak nasi di rice cooker. Kayaknya kalo nunggu nasi matang agak lama, aku pun berinisiatif keluar untuk cari cemilan, mumpung hujan lagi reda, kalo nggak pintar ambil kesempatan kita bakal terus-terusa terkurung di kamar. So harus cerdas.
Awalnya aku mo beli roti tawar, tapi nggak ada so cuman beli dua potong roti kemasan. Ga papalah. Pas banget ketika pintu kamar ku tutup hujan pun turun lagi langsung deras.
Aku segera memanaskan air, lalu menyeduh energen dan menghidangkannya di atas meja. Aku pun duduk dengan hikmatnya di depan meja. Menikmati secangkir energen cokelat panas dan dua potong roti cokelat wijen. Emmmm sedapnya……
Rinai hujan diluar sana menambah syahdunya kesendirian ku…

Teror di Tengah Hujan

Makassar lagi diguyur hujan abis-abisan. Bukan Cuma hujan tapi disertai pula dengan angin kencang atau anging ribut, kencang atau ribut ya? ah whateverlah yang jelas anginnya tuh kencang dan juga ribut. Aku sendiri berpendapat kalo ini bukan hujan biasa, tapi badai. Tadi saja salah satu terpal tetangga yang biasa dipasang di atap, terbang ke kost Flora dan nyangkut di atas bak penampungan air. Aku menjadi saksi mata kejadian ini.
Seumur-umur tinggal di Flora, musim hujan kali ini lah yang kurasakan paling dahsyat. Derasnya hujan yang turun berhari-hari tak terperikan (hahaha, syahdu banget sih bahasanya) sampai-sampai halaman yang biasa ditempati jemur pakaian tergenang air, “masyaallah, udah kayak kolam renang nih…” ucapku ketika iseng-iseng keluar kamar saat hujan lagi turun dengan derasnya.
Agak lama aku di berdiri di luar mengawasi hujan, layaknya mbah Marijan yang menjaga gunung merapi. Aku merasa sangat cemas. Sebagai informasi, aku paling takut sama hujan deras, angin kencang dan mati lampu. Nah inilah yang terjadi siang ini. Meskipun siang, kamar ku tetap gelap, karena matahari tertutupi oleh awan mendung. Namanya juga lagi hujan. Saat hujan seperti ini sangat rawan terjadi kejahatan.
Sekedar info untuk masyarkat Malengkeri, DG Tata & sekitarnya bahwa saudara/saudari diharapkan kalau keluar sekarang kudu hati-hati, Malengkeri & Dg tata Mulai jaga-jaga (waspada) Semalam sekitar pukul 20.00 WITA di tikungan Malengkeri Dg Tata dekat kampus UNM ditemukan korban MUTILASI yang bernama Marta. Marta ditemukan dengan kondisi fisik yang sudah terpotong menjadi 8 bagian, dia menjadi korban mutilasi yang diletakkan di dalam plastic, sungguh TRAGIS…..
Saat ini polisi sudah menemukan identitas Marta secara lengkap. Dan ternyata warga setempat biasa menyapanya dengan sebutan MARTABAK yang biasa limabelas ribu yang special duapuluh ribu. Mau pilih yang mana?
Hehehe..
Ya! Demikianlah laporan tentang hujan di Makassar hari ini, saya Megasari contributor kost flora melaporkan.
Makassar, 16 Januari 2011



NB: - INGAT pesan dari bang Napi “kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat tapi juga karena ada kesempatan, jadi WASPADALAH!!!
- jangan lupa baca doa ketika turun hujan : Allahumma Shayyiban Naafia’an. (Ya Allah turunkanlah hujan yang bermanfaat (untuk manusia, tanaman dan binatang).

Shool again N Some People Leave Me

Hidup ini emang nggak bisa di tebak. Manusia hanya berencana dan Tuhan jualah yang menentukan. Awalnya aku berencana hanya tiga bulan saja mengajar di SMA Makassar Raya. Bulan januari pengen pulkam. Ninggalin anak2 yang bandel di sekolah. Tapi ternyata aku nggak lulus CPNS dan memutuskan untuk tetap tinggal di Makassar. Kontrakku pun diperpanjang karena ibu Hasmiah (guru bahasa inggris beneran) ga ada kabar sama sekali.
Hari senin tanggal 10 januari 2011 aku kembali masuk sekolah setelah libur semester selama 2 pekan. Aku terkejut karena salah seorang siswa ku yang bernama M. Jaya Saputra Paat akan pindah ke Jawa. Ia ikut tantenya. Ibunya ada di Menado, dan ayahnya entah di mana. itu yang kudengar dari bu Jo’.
Aku merasakan nyeri di dadaku. Aku…aku … merasa kehilangan. Ternyata siswa juga bisa membuatku merasa kehilangan. Siapa sih siswa itu sehingga bisa membuatku merasa nggak enak kayak gini.
M. Jaya Saputra Puat. Itu nama lengkapnya. Siswa kelas 1 SMA. Sekaligus ketua kelas. Anaknya sopan, baik, ga suka ribut, dan dia juga antusias megikuti pelajaran ku. Dia sering merasa kasihan kepadaku karena ulah temannya yang bernama Suparman yang suka berisik di kelas. Kalo Suparman lagi ribut teriak2, Jaya akan memandangku dengan tatapan yang dapat di artikan, “sabar ya bu’” dia malah pernah bilang, “kelas ini bakal tenang kalo Suparman udah ga ada”, aku tersenyum mendengarnya.
Jaya ngebet banget menyalami tangan ku, tapi tak pernah ku terima karena Jaya kan udah baligh. Udah nggak boleh lagi ku salami. Berkali2 ia curi kesempatan. Misallnya, ketika teman2 perempuannya pada menjabat tanganku, dia pun nyelipin tangannya di antara tangan anak2 perempuan. Tapu usahanya tak pernah berhasil, dia kesal sekali karena itu. Akhirnya pada suatu kesempatan sepulang sekolah aku mendudukannya di hadapanku dan menjelaskan kepadanya alasanku tak mau menjabat tangannya. Dia tidak begitu memahami penjelasanku, tapi sejak saat itu dia tidak lagi berusaha untuk menyalami ku.
Akan tetapi di hari senin, hari terakhirnya ke sekolah dia masuk ke ruang guru dengan maksud berpamitan kepada guru-guru, disalaminya Bu Jo’ kemudian dia menjulirkan tangannya kepadaku. Tapi seperti biasa aku tetap tidak menerima uluran tangannya hanya menelungkupkan kedua tanganku di dada begitu pula dengan Husni. Jaya tampak kecewa.
Maafin Ibu ya Jaya. Bukannya aku sombong dan tidak menyukaimu, hanya saja kamu bukan mahramku, aku takut dosa yang akan menimpaku maupun dirimu. Semoga suatu saat nanti kau bisa mengerti… Ya Allah berikanlah ia hidayah-Mu.
Aku sempat melihatnya pergi meninggalkan sekolah, rasanya pengen nangis, sedih…
Baik2 ya Jaya di Tanah Jawa…. SEMOGA SUKSES!





NB: Suparman si biang kerok, ternyata juga pindah sekolah. Dan dia pindahnya ke Palopo, hahaha kasian banget guru di sekolah barunya itu. Jika aku sedih dengan pindahnya Jaya, lain halnya dengan Suparman. Aku sangat bahagia! I m so happy

Sabtu, 15 Januari 2011

Ical, Si Kecil yang Penuh Kejutan

Wah …. Lama banget nih ga nulis, sebenarnya ada banyak cerita yang terjadi selama 3 pekan terakhir ini. Hanya saja seabrek kegiatan dan job akhir-akhir ini betul-betul menyita waktu, tenaga dan perhatianku. Meskipun sekolah tempatku mengajar libur selama 2 pekan, namun hal itu tidak berlaku untukku. Karena selain mengajar bahasa inggris di SMA Makassar Raya , aku juga menjadi tentor di LBB Al-Insan dan mengambil job privat mat dan bahasa inggris untuk SD.
Aku mengajar privat di rumah salah seorang guru SMA Makassar Raya. Nama beliau adalah ibu Juariah tapi lebih akrab dipanggil bu Jo’. Beliau memintaku memberikan les matematika dan bahasa inggris kepada anak-anaknya, Fajrul (kelas 6 sd) dan Fatir (kelas 4 sd). Mereka yang menjadi focus utama privat ku. Tapi setiap kali pembelajaran berlangsung, si kecil Ical seringkali ikut nimbrung di antara ke dua kakaknya. Tidak hanya nimbrung, dia juga meminta buku dan pulpen kepada ibunya.
Ical, anak kecil yang usianya baru memasuki tahun ke 5. Sekarang lagi asyik2nya sekolah di tk. Dari sorot matanya, kelihatan kalo dia termasuk anak yang cerdas. Hanya dengan melihat 1 kali, dia sudah bisa menuliskannya di kertas.
Ical, nama lengkpnya sebenarnya Fahrizal Nur Islam. Anak kecil yang lucu. Punya kepekaan social yang tinggi. Ibunya kemarin cerita: Ical tuh kalo naik motor sama ayahnya terus ngeliat kakek-kakek di pinggir jalan yang minta-minta (pengemis) pasti nyruh ayahnya singgah dan bilang, “ayah, kasiannya itu kakek singgah dulu dong, kasi dia uang ayah” trus kalo kelewatan dia bakal maksa ayahnya untuk mutar balik motornya, “ayah! Balik lagi, ayah!” Lalu ayahnya memberikannya uang, dan Icallah yang turun ke jalan memberikan uang itu secara langsung.
Ical yang lucu, sering banget godain aku kalo lagi ngajar, mulai dari ikut-ikutan ngucapin apa yang aku ucapakan, ikut nunjuk2 papan tulis, sampai mengelus-ngelus kepalaku ala ibu-ibu yang menyayangi anaknya. Aku sering tercengang-cengang dibuatnya.
Nah, hal yang paling kocak terjadi ketika aku sudah mau pamit dari rumahnya, kucari sepatu ku, yang ada cuma sebelah kiri. sebelah kanannya manya ya? Oh… ternyata ia terlempar begitu jauh di depanku, meskipun masih dalam pagar. Aku pun berjalan tanpa sepatu menuju keberadaan sepatu kananku. Ketika aku berbalik untuk memasang sepatu kiri, Ical keburu ngambil sepatu kiriku dan membawanya berlari. Kencang……sekali. Ibunya dan anak2 di kompleks itu mengejarnya. Aku tak dapat berbuat apa2 selain tertawa terpingkal2 melihat ulah anak yang satu itu. Luar biasa ….
Kata bu Jo’, Ical emang kayak gitu kalo mo ngelarang kita pulang. It’s mean that dia nggak pengen aku ninggalin rumahnya. Matanya tampak berkaca-kaca ketika menyalamiku.
Jangan nagis dong. Ical… Insyaallah hari Rabu ketemu lagi.

Rara dan Seribu Rumus

Sejak tadi malam Rara belajar habis-habisan, oh salah. Bukan hanya sejak malam tapi sejak magrib ba’da shalat dia sudah bergulat dengan buku Kimia Fisik nya.
“serius amat neng….” Tegurku, “oh… mau final ya.. “
“hmm” jawabnya singkat.
“ok deh kalo gitu, selamat belajar, aku nggak bakal ngajak ngobrol. SEMANGAT!!” Ucapku memberikan semangat, yang disambut dengan senyum misterius dari Rara.
Setelah itu kami pun sibuk dengan pekerjaan kami masing-masing. Aku dengan segala administrasi bimbel dan Rara dengan soal-soal KIMIA fisikanya.
Jam 8 malam ku ajak Rara shalat Isya.
“duh….. Susahnya ini soal, ndak menger-menger ka’. Shalat ma’ kapang dulu di’?”
“iya, siapa tau dapat pencerahan, hehe”
Kami pun shalat berjamaah. Hanya berdua. Mungkin akhawaat yang lain udah pada shalat di kamar masing-masing.
Usai shalat, aku kembali ke depan Laptop dan Rara kembali ke dunia lain, I mean “dunia Kimiafisika”. Duh.. Jadi ingat masa-masa kuliah dulu. halah… lagaknya kayak udah lama banget ga kuliah, baru aja kemarin selesainya udah sok tua.
Next. Alhamdulillah pekerjaanku selesai sebelum jam 10. So bisa tidur lebih awal. Kemarin2 aku bobonya di atas jam 12 malam karena harus menyelesaikan persiapan Al-Insan Fullday yang dilaksanakan hari Ahad lalu. Mata ku udah kayak orang kesurupan dibuatnya. Lingkar hitamnya semakin menjadi-jadi.
“yeyeye… akhirnya bisa tidur sebelum Rara. Ra’ aku bobo duluan yah… Assalamualaykum…..” godaku.
“Wa’alaykum salam” lagi-lagi dengan senyum misteriusnya.
Sampai mata ini terpejam, Rara masih asyik dengan pulpen dan bukunya.
Pukul 4. 30
Saat ku buka mata ini, Rara sudah kembali di depan buku Kimia fisikanya.
“SERIBU!!!” Seru Rara tiba-tiba . Aku terkejut dibuatnya
“apanya yang seribu, Ra’?” Tanyaku yang masih terkantuk-kantuk. jangan-jangan Rara lagi ngigau jadi penjual di pasarsentral.
“oh!” iya tersadar, ga nyangka kalo aku udah bangun, he..he..he..kedapatan, “ini loh, banyak sekali rumusnya…. Bayangkan satu buku. Bo’. Mungkin nyampe seribu”
Hahaha… ta’ kirain apa. Rara lebai deh...
Gini nih sindrom orang-orang yang belajar pake system SKS (system kebut semalam). Besoknya ujian baru pelajari semua materi. Gimana ga puyeng tuh, apa lagi kalo rumusnya dah sampe seribu kayak yang dibilang Rara.
“eh, katanya ada loh orang yang sampe gila gara-gara cerdas banget” ujar Rara menutup bukunya.
“kok bisa?” tanyaku iseng
“pasalnya, ada soal yang ga bisa dia selesaikan, habis tanya sana-sini, ga ada yang tau dan mereka juga nggak musingin hal itu. tapi si cerdas ini, penasaran banget. tiap hari dia mikirin rumusnya, sampe-sampe berhenti kuliah karena stressnya..ckckk”
“kasian baget ya. tapi kamu nggak bakal kayak gitu khan…. paling stress nya bukan karena cerdas dan penasaran, tapi bingung rumus mana yang mau dipake untuk ngerjain soal ntar. hehehe” jawabku tega
“iya, apa lagi seribu rumus” Rara kembali mengulang istilah barunya. SERIBU RUMUS
Pukul 7.30 am,
Rara pun pergi dengan sebuah doa. semoga dari SERIBU RUMUS itu ada yang nyangkut di kepala bisa digunakan dalam pertarungan di final nanti. GOOD LUCk ya, Ukh….

***
Usai Ujian….
Rara masuk ke kamar kost dengan muka kusut.
“gimana ujiannya? sukses?”
Rara diam
“susah banget ya?”
“nggak susah, tapi waktunya sedikit sekali..” jawab Rara penuh penyesalan
“emang berapa nomor soalnya?”
“lima nomor”
“oh..Cuma lima, kok”
“tapi 1 nomor terbagi lagi a,b,c,d,e”
Ups, kalo diitung-itung, sampe 25 nomor tuh.
“Trus, berapa nomor yang berhasil diselesaikan”
“Cuma 3”
“wah, lumayan tuh, bisa dapat 80an lah” ucapku menghibur walau aku nggak yakin tiga nomor itu benar semua, xixixi
“ih… kan kita juga mau dapat A”
“InsyaAllah bisa kok dapat A, kan penilaiannya bukan Cuma dari nilai final aja”
“Masalahnya, Seribu rumus ku belum terpakai semua”
GUBRAKK!!!! SERIBU RUMUS bo’?!!!!!

We and our Dream

Males. Sudah seminggu ini aku nggak kemana-mana. Di rumah…. Aja ngerjain modul. Nggak tau napa, aktivitas ku yang sudah ku susun rapi terus-terusan batal, dan kalo udah kayak gitu aku udah males bwt cari kegiatan lain di luar. No planning B neeh. So, di rumah aja nyusun modul or puzzle, and some times baca e-book
Aku mulai terbiasa duduk berjam-jam di depan laptop untuk menyusun modul yang bakal di pakai di bimbel. Sekarangm selain ngajar di sma makassar raya, aku juga dapat job ngajar privat dan bimbelm sekaligus jadi staff di lembaga bimbingan belajar al-insan. Lumayanlah, buat nyokong kehidupanku di makassar. Secara dana dari ummi dah distop sejak bulan ini.
Ummi ngijinin aku tinggal di makassar, dengan syarat aku harus bisa nanggung biaya sendiri. Alias mandiri. Bukannya perhitungan ma anak sendiri, aku tahu ummi mau mendidik aku menjadi orang yang bisa mandiri. Selain itu, adikku, Ilham yang lagi sekolah di pelayaran juga butuh dana yang tidak sedikit. Aku sih enjoy aja. Emang sudah saatnya aku mandiri dan ga bergantung pada ummi. Aku yakin setiap orang punya reskinya masing-masing dan udah di atur ma Allah. Selama ia masih hidup rezkinya juga akan tetap mengalir sampai ia mati. Rizky allah tuh luas, dan ia datang dari arah yang ga kita sangka. Tul gak?
Oh iya, aku baru aja selesai baca bukunya dewi lestari yang lebih d kenal sebagai dee. Judulnya perahu kertas. Seru. Banyak pesan yang bisa di petik dari cerita itu. Beberapa di antaranya, kita harus realistis tanpa perlu ninggalin impian kita. Trus ada juga, kadang kita mesti berputar menjadi orang lain untuk bisa menjadi yang kita inginkan, and the other is you should be honest. Kita musti jujur dan masih banyak lagi.
Aku salut banget sama para penulis. Mereka memiliki daya imaginasi yang tinggi, kemampuan merangkai kata, dan sangat bersemangat dalam menulis cerita panjang-panjang ampe ratusan halaman. Kalo aku mah, nyerah. Nggak bisa bikin tulisan yang panjang dan utuh gitu.
Di bawah ini kutipan dari cerpen tersebut:

“jadi ... Kamu ingin menjadi sesuatu yang bukan diri kamu dulu, untuk akhirnya menjadi diri kamu yang asli, begitu?”
“yah, kalau memang harus begitu jalannya, kenapa nggak?”

Perhatikan kalimat ini:
berputar menjadi sesuatu yang bukan kita demi menjadi diri kita lagi.”
Aku merasakan adanya kebijakan di balik kalimat tsb. Ketika kita diperhadapkan dengan kenyataan bahwa impian kita susah untuk diwujudkan, entah itu karena factor orang tua, lingkungan atau yang lainnya, tidak ada salahnya untuk mengambil jalan yang berputar demi mencapai impian kita. Dengan begitu nggak ada yang yang perlu dikorbankan atau disakiti. Hanya perlu sedikit usaha dan kesabaran. Novel yang sangat inspiratif. yang lain kudu baca yah…..