Kamis, 20 Mei 2010

Teori Seputar Tokek


Ada cerita unik seputar tokek yang sempat nongol di Kost Flora, kosan khusus cewek, dengan penghuni yang seringkali bertingkah ‘kurang kerjaan’, walaupun sebenarnya tugas-tugas kuliahnya menumpuk.
Cerita ini dimulai saat aku baru saja pulang dari pondokan teman bersama Fira, sahabatku di kampus. Ia mengantarku pulang sekaligus mampir sebentar. Sebelum pulang, tiba-tiba terdengar bunyi yang tak asing bagi penghuni Kost Flora.
“Tokke’..Tokke’..”
“ih, tokek! Dimana?” tanya Fira antusias.
“Semangat banget.., lo suka ma tokek juga? Kirain cuma suka kucing” tanyaku heran pada pecinta kucing ini. Saking cintanya pada kucing, dia sampai dijuluki Ummu Hurairah (Ibu Kucing).
“Nggak lah, cuman katanya tokek itu maksimal berbunyi 7 kali dan paling sering 6 kali,” jawabnya serius.
“O ya?!, aku nggak tau tuh soalnya nggak pernah ngitung,”
“coba aja lo hitung,” masih dengan wajah serius.
Awalnya aku nggak begitu peduli dengan hal ini. Beberapa hari kemudian ketika lagi nyantai di kamar kos, tokek kembali berbunyi. Jadi teringat kata-kata Fira.. Bener ga’ sih teorinya?
“ngrrrkk, Tokke’..”
“satu..”
“Tokke’..”
“Dua..” aku terus menghitung sampai toke’-an ke 6.
Aku mulai terpikir kata-kata Fira, “wow, amazing. Jangan – jangan emang bener” pikirku.
Begitulah, satiap harinya aku sibuk mengamati suara tokek. Teman sekamarku, Anti awalnya menertawaiku, tapi setelah kujelaskan dengan mimik “ini penting banget, lo tau ga sih?” akhirnya ia pun mengikuti kebiasaanku untuk membuktikan teori yang nggak tau siapa yang telah mengeluarkannya.
Sampai pada suatu hari, Kak Alya, senior mantan ketua kost kami datang bertandang. Bukan untuk sidak loh. Aku dan beliau memang sedang ada bisnis. Ce ile, bisnis. Iya, kami berencana membuka lembaga privat untuk anak sekolah. Dan dia datang untuk membicarakannya. Tokek yang ramah dan nggak kenal waktu itu pun turut menemani.
“Tokek…”
Aku langsung menghitung. Kak Alya jelas heran dengan tingkahku.
“ngapain lo? Kayak nggak ada kerjaan aja” celanya.
“Ngitung bunyi tokek. Eh, kak tau nggak, bunyi tokek itu maksimal 7 kali dan paling sering 6 kali” ungkapku serius.
“Masa sih?”
“yap, aku udah sering ngitung. Dan emang benar nggak pernah lebh dari 7 kali. Subhanallah, kan?”
“masa sih? Coba itung lagi kalo bunyi’”
Dan bener aja, ketika tokek itu berbunyi aku segera menghitung. Sengaja kukeraskan suaraku.
“Tokek..”
“Satu..”
“Tokek…”
“Dua…”
Sampai pada bunyi ketujuh. Tapi… ups..
“Tokek..”
“Delapan?!! Hah yang benar aja, kok bisa gini?” aku pusing sendiri.
“Salah itung kali, coba itung lagi” hibur kak Alya.
Aku pun melakukan hal yang sama, tapi tetap saja jumlah bunyinya 8 kali.
“Yah… jadi teorinya salah donk, atau memang tokeknya lagi aneh, ya?” ucapku dengan nada yang masih nggak percaya.
“Emang teorinya beneran gitu ya? Coba Tanya ulang. Emangnya dengar dari siapa sih?” Kak Alya memberikan komentarnya.
“Dari fira.”
Malam harinya, aku putuskan untuk menghubungi Fira leawt sms. Maklum anak kost nggak punya banyak persediaan pulsa buat nelpon. Apalagi mengingat hal yang bakal dibicarakan bukanlah hal yang urgen.
“Fir, berapa kali sih maksimal bunyi Tokek? Cz di kosan ku bunyi sampe 8x?”
Tanpa ragu aku menekan tombol Send/ok. Anti cuma geleng-geleng kepala melihatku. Tak lama berselang, datang lah balasan dari Fira.
“Maksimal 7 kali, dan yang paling sering 6 kali. Coba hitung ulang, trus laporkan”
Aku tercengang menatap layar Hp. Benar-benar sulit dipercaya kalo Fira bakal menanggapi ku seserius ini. Hari sabtu kami kembali betemu dan membahas masalah tokek ini.
“emangnya itu teori siapa sih, Fir?”
“oh.. itu Nuri yang bilang. Waktu di lokasi KKN juga ada tokek di posko, dan emang nggak pernah lebih dari 7 kali bunyinya.”
“oo… Kak Nuri. Kok saya bisa dengar 8 kali ya? Mana waktu itu lagi ada kak Alya. Khan malu”
“iya, yah kok bisa 8. Aku sih paling sering dengar 6kali nggak pernah lebih.”
Kami sama-sama tak mengerti.
Setelah kejadian tokek berbunyi 8x itu, kost ku jadi rame, karena bukan hanya aku yang sibuk menghitung bunyi tokek. Penghuni kost lainnnya yang tergabung dalam partner in crime-nya Kost Flora turut menghitung. So tunggu aja, kalo Tokek sudah mulai menggeram tanda akan start berbunyi, maka kami juga bersiap siap menghitung.
“satu..dua…tiga…”
Dan selalu berakhir sampai bunyi ke 6. Begitu seterusnya. Kami seolah mendapat mainan baru. Murah dan unik, katanya. Dasar anak kost. Sampai-sampai terkadang pada bunyi kelima si Tokek sudah mau berhenti, tapi mungkin karena kami membantunya menghitung maka ia menambahkan bunyinya sekali lagi
“Tokek..” ia menutup lagunya dengan anggun
Akan tetapi kesenangan kami tidak berlangsung lama. Sejak atap kost tempat si Tokek menetap di renovasi - karena sudah rapuh-, kami tak pernah lagi mendengar suarannya. Kami merasa kehilangan… (apa coba?)
“Oh tokek, dimanakah dirimu kini?”
“Lebay deh” miss Uppa dengan istilah tetapnya menanggapiku.
Sudahlah, mungkin ini sudah takdir tokek. Mungkin dia juga sudah lelah menjadi bulan-bulanan kami. Atau jangan-jangan dia merasa privasinya diusik dan akhirnya pergi. Padahal kami tidak bermasud jahat kami hanya ingin membantunya menghitung. Mulia banget niat kami. (Alah lebay lagi deh)
Malam selasa, saat sedang konsentrasi mengikuti rapat, Hp ku berbunyi tanda masuknya pesan. Ups dari Fira.
“Fren, barusn tokek di rmhku bunyinya 13x..”
&**)$(**&

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 20 Mei 2010

Teori Seputar Tokek


Ada cerita unik seputar tokek yang sempat nongol di Kost Flora, kosan khusus cewek, dengan penghuni yang seringkali bertingkah ‘kurang kerjaan’, walaupun sebenarnya tugas-tugas kuliahnya menumpuk.
Cerita ini dimulai saat aku baru saja pulang dari pondokan teman bersama Fira, sahabatku di kampus. Ia mengantarku pulang sekaligus mampir sebentar. Sebelum pulang, tiba-tiba terdengar bunyi yang tak asing bagi penghuni Kost Flora.
“Tokke’..Tokke’..”
“ih, tokek! Dimana?” tanya Fira antusias.
“Semangat banget.., lo suka ma tokek juga? Kirain cuma suka kucing” tanyaku heran pada pecinta kucing ini. Saking cintanya pada kucing, dia sampai dijuluki Ummu Hurairah (Ibu Kucing).
“Nggak lah, cuman katanya tokek itu maksimal berbunyi 7 kali dan paling sering 6 kali,” jawabnya serius.
“O ya?!, aku nggak tau tuh soalnya nggak pernah ngitung,”
“coba aja lo hitung,” masih dengan wajah serius.
Awalnya aku nggak begitu peduli dengan hal ini. Beberapa hari kemudian ketika lagi nyantai di kamar kos, tokek kembali berbunyi. Jadi teringat kata-kata Fira.. Bener ga’ sih teorinya?
“ngrrrkk, Tokke’..”
“satu..”
“Tokke’..”
“Dua..” aku terus menghitung sampai toke’-an ke 6.
Aku mulai terpikir kata-kata Fira, “wow, amazing. Jangan – jangan emang bener” pikirku.
Begitulah, satiap harinya aku sibuk mengamati suara tokek. Teman sekamarku, Anti awalnya menertawaiku, tapi setelah kujelaskan dengan mimik “ini penting banget, lo tau ga sih?” akhirnya ia pun mengikuti kebiasaanku untuk membuktikan teori yang nggak tau siapa yang telah mengeluarkannya.
Sampai pada suatu hari, Kak Alya, senior mantan ketua kost kami datang bertandang. Bukan untuk sidak loh. Aku dan beliau memang sedang ada bisnis. Ce ile, bisnis. Iya, kami berencana membuka lembaga privat untuk anak sekolah. Dan dia datang untuk membicarakannya. Tokek yang ramah dan nggak kenal waktu itu pun turut menemani.
“Tokek…”
Aku langsung menghitung. Kak Alya jelas heran dengan tingkahku.
“ngapain lo? Kayak nggak ada kerjaan aja” celanya.
“Ngitung bunyi tokek. Eh, kak tau nggak, bunyi tokek itu maksimal 7 kali dan paling sering 6 kali” ungkapku serius.
“Masa sih?”
“yap, aku udah sering ngitung. Dan emang benar nggak pernah lebh dari 7 kali. Subhanallah, kan?”
“masa sih? Coba itung lagi kalo bunyi’”
Dan bener aja, ketika tokek itu berbunyi aku segera menghitung. Sengaja kukeraskan suaraku.
“Tokek..”
“Satu..”
“Tokek…”
“Dua…”
Sampai pada bunyi ketujuh. Tapi… ups..
“Tokek..”
“Delapan?!! Hah yang benar aja, kok bisa gini?” aku pusing sendiri.
“Salah itung kali, coba itung lagi” hibur kak Alya.
Aku pun melakukan hal yang sama, tapi tetap saja jumlah bunyinya 8 kali.
“Yah… jadi teorinya salah donk, atau memang tokeknya lagi aneh, ya?” ucapku dengan nada yang masih nggak percaya.
“Emang teorinya beneran gitu ya? Coba Tanya ulang. Emangnya dengar dari siapa sih?” Kak Alya memberikan komentarnya.
“Dari fira.”
Malam harinya, aku putuskan untuk menghubungi Fira leawt sms. Maklum anak kost nggak punya banyak persediaan pulsa buat nelpon. Apalagi mengingat hal yang bakal dibicarakan bukanlah hal yang urgen.
“Fir, berapa kali sih maksimal bunyi Tokek? Cz di kosan ku bunyi sampe 8x?”
Tanpa ragu aku menekan tombol Send/ok. Anti cuma geleng-geleng kepala melihatku. Tak lama berselang, datang lah balasan dari Fira.
“Maksimal 7 kali, dan yang paling sering 6 kali. Coba hitung ulang, trus laporkan”
Aku tercengang menatap layar Hp. Benar-benar sulit dipercaya kalo Fira bakal menanggapi ku seserius ini. Hari sabtu kami kembali betemu dan membahas masalah tokek ini.
“emangnya itu teori siapa sih, Fir?”
“oh.. itu Nuri yang bilang. Waktu di lokasi KKN juga ada tokek di posko, dan emang nggak pernah lebih dari 7 kali bunyinya.”
“oo… Kak Nuri. Kok saya bisa dengar 8 kali ya? Mana waktu itu lagi ada kak Alya. Khan malu”
“iya, yah kok bisa 8. Aku sih paling sering dengar 6kali nggak pernah lebih.”
Kami sama-sama tak mengerti.
Setelah kejadian tokek berbunyi 8x itu, kost ku jadi rame, karena bukan hanya aku yang sibuk menghitung bunyi tokek. Penghuni kost lainnnya yang tergabung dalam partner in crime-nya Kost Flora turut menghitung. So tunggu aja, kalo Tokek sudah mulai menggeram tanda akan start berbunyi, maka kami juga bersiap siap menghitung.
“satu..dua…tiga…”
Dan selalu berakhir sampai bunyi ke 6. Begitu seterusnya. Kami seolah mendapat mainan baru. Murah dan unik, katanya. Dasar anak kost. Sampai-sampai terkadang pada bunyi kelima si Tokek sudah mau berhenti, tapi mungkin karena kami membantunya menghitung maka ia menambahkan bunyinya sekali lagi
“Tokek..” ia menutup lagunya dengan anggun
Akan tetapi kesenangan kami tidak berlangsung lama. Sejak atap kost tempat si Tokek menetap di renovasi - karena sudah rapuh-, kami tak pernah lagi mendengar suarannya. Kami merasa kehilangan… (apa coba?)
“Oh tokek, dimanakah dirimu kini?”
“Lebay deh” miss Uppa dengan istilah tetapnya menanggapiku.
Sudahlah, mungkin ini sudah takdir tokek. Mungkin dia juga sudah lelah menjadi bulan-bulanan kami. Atau jangan-jangan dia merasa privasinya diusik dan akhirnya pergi. Padahal kami tidak bermasud jahat kami hanya ingin membantunya menghitung. Mulia banget niat kami. (Alah lebay lagi deh)
Malam selasa, saat sedang konsentrasi mengikuti rapat, Hp ku berbunyi tanda masuknya pesan. Ups dari Fira.
“Fren, barusn tokek di rmhku bunyinya 13x..”
&**)$(**&

Tidak ada komentar:

Posting Komentar