Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh para profesor di USA, ada 2 ekor monyet yang dimasukkan ke dalam satu ruangan kosong secara bersama-sama.
Kita sebut saja monyet tersebut Monyet A dan B. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah tiang, dan diatas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang sudah matang. Apa yang akan dilakukan oleh 2 monyet tersebut menurut anda?
Setelah membiasakan diri dengan keadaan lingkungan di dalam ruangan tersebut, mereka mulai mencoba meraih pisang-pisang tersebut.
Monyet A yang mula-mula mencoba mendaki tiang. Begitu monyet A berada di tengah tiang, sang profesor menyemprotkan air kepadanya, sehingga terpleset dan jatuh. Monyet A mencoba lagi, dan disemprot, jatuh lagi, demikian berkali-kali sampai akhirnya monyet A menyerah.
Giliran berikutnya monyet B yang mencoba, mengalami kejadian serupa, dan akhirnya menyerah pula. Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah,para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik.Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B.
Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami`kesialan’ seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasehat tentang bahayanya bila mencoba memanjat keatas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh para profesor adalahmengeluarkan monyet A dan B, serta memasukkan monyet D dan E. Sama seperti monyet-monyet sebelumnya, monyet D dan E juga tertarik dengan pisang diatas tiang dan mencoba memanjatnya. Monyet C secara spontan langsung mencegah keduanya agar tidak naik.
“Hai, mengapa kami tidak boleh naik ?” protes keduanya”.
Ada teman-teman yang memberitahu saya,bahwa naik ke atas itu berbahaya. Saya juga tidak tahu, ada apa di atas,tapi lebih baik cari aman saja, jangan keatas deh” jelas monyet C.
Monyet D percaya dan tidak berani naik, tapi tidak demikian dengan monyet E yang memang bandel.
“Saya ingin tahu, bahaya seperti apa sih,yang ada di atas ….. Dan kalau ada bahaya, masak iya saya tidak bisa menghindarinya ?” tegas monyet E.
Walaupun sudah dicegah oleh monyet Cdan D, monyet E nekad naik …….
Dan karena memang sudah tidak disemprot lagi, monyet E bisa meraih pisang yang dinginkannya…..
Manakah diantara karakter diatas yang menggambarkan tingkah laku anda saat ini?
Dari ilustrasi tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Karakter A dan B adalah orang yang pernah melakukan sesuatu, dan gagal. Karena itu mereka kapok, tidak akan mengulanginya lagi, dan berusaha mengajarkan ke oranglain tentang kegagalan tersebut. Mereka tidak ingin orang lain juga gagal seperti mereka.
Karakter C dan D, adalah orang yang menerima petunjuk dari orang lain, hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, dan mereka mematuhinya tanpa berani mencobanya sendiri.
Karakter E adalah type orang yang tidak mudah percaya dengan sesuatu, sebelum mereka mencobanya sendiri. Mereka juga berani menentang arus dan menanggung resiko asalkan bisa mencapai keinginan mereka.
Pisang dalam cerita diatas menggambarkan impian kita.
Setiap orang dalam hidup ini mempunyai impian yang tinggi tentang masa depannya. Namun sayangnya, banyak sekalihal-hal yang terjadi di sekitar kita, yang menyebabkan impian kita terkubur.
Orang-orang dengan karakter A,B,C,D akan mengatakan kepada kita hal-hal seperti ini”,Sudahlah, jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia seperti itu. Percuma. Saya dulu sudah pernah melakukannya berkali-kali dan gagal.
Sebagai seorang teman yang baik, saya tidak mau kamu gagal seperti saya” atau mungkin kalimat “Kamu mau gagal kayak si X… lebih baik lakukan sesuatu yang pasti-pasti saja deh”.
Bukankah hal-hal seperti itu yang sering kita dengar sehari-hari?
Rabu, 29 Desember 2010
Sehari 3 menit
Saat ku tulis kan catatan ini, aku sedang senyum-senyum sendiri membayangka kekonyolanku, sambil menatap laptop di hadapanku. ya iyalah di hadapan masa’ menatap yang di belakang, bisa kepelintir tuh…
Sehari 3 menit. Apa coba? ayo tebak, ayo,ayo…
1. Makan 3 menit, bukan aku banget. Paling cepat aku tuh makan 5 menit.
2. Minum 3 menit → lama amat.
3. Mandi 3 menit → daurah kali?!
4. Shalat 3 menit →Wah nggak tuma’ninah tuh.
5. Nulis 3 menit → Nulis apaan coba 3 menit dalam sehari.
Trus apa donk?
Sehari 3 menit. Nelpon ke Anti kenyok…hahaha… (pelit amat). Ih nggak lagi. Masih mending aku, yang nelpon 3 menit dalam sehari. Lah anti, cuman sms doang. Itu pun pake operator yang biasanya ngasih gratisan. semurah itukah aku. halah jangan lebay. aku tahu itu bukan berarti aku murah, tapi aku tak bisa dinilai dengan tariff sms. (mencoba berlapang dada, meski pahit terasa)
Fakta:
Sebenarnya 12 – 13an lah ma Anti. Aku sekarang pindah paket ke tariff Rp20/menit. Kalo dulux sms ku Rp 60 /sms, sekarang dah aku ganti dengan nelpon 3 menit. Coba aja hitung,
3 menit x Rp20/menit = Rp60,00.
Sama kan dengan tariff sms ku yang dulu. Kenapa aku nggak sms? Jawabannya adalah karena tarif sms paket ini mahal, its about Rp115/ sms.
Kalo ada yang bilang aku pelit, nggak juga tuh. bukankah kita dituntut untuk selalu mengamalkan ilmu yang sudah kita dapatkan. nah disinilah aku mengamalkan ilmu matematika yang telah ku peroleh selama 4 tahun di bangku kuli ah…. PERHITUNGAN. Dan ingat pesan mamanya Anti, “HEMAT”.
Sehari 3 menit. Lumayan buat ngobatin kangen…..
NB:
aku setuju banget ma mamanya Anti. Hemat. Aku benar-benar menyadari pentingnya berhemat, ketika aku merasakan susah dan beratnya cari duit sendiri. kerja..kerja…kerja…
Sehari 3 menit. Apa coba? ayo tebak, ayo,ayo…
1. Makan 3 menit, bukan aku banget. Paling cepat aku tuh makan 5 menit.
2. Minum 3 menit → lama amat.
3. Mandi 3 menit → daurah kali?!
4. Shalat 3 menit →Wah nggak tuma’ninah tuh.
5. Nulis 3 menit → Nulis apaan coba 3 menit dalam sehari.
Trus apa donk?
Sehari 3 menit. Nelpon ke Anti kenyok…hahaha… (pelit amat). Ih nggak lagi. Masih mending aku, yang nelpon 3 menit dalam sehari. Lah anti, cuman sms doang. Itu pun pake operator yang biasanya ngasih gratisan. semurah itukah aku. halah jangan lebay. aku tahu itu bukan berarti aku murah, tapi aku tak bisa dinilai dengan tariff sms. (mencoba berlapang dada, meski pahit terasa)
Fakta:
Sebenarnya 12 – 13an lah ma Anti. Aku sekarang pindah paket ke tariff Rp20/menit. Kalo dulux sms ku Rp 60 /sms, sekarang dah aku ganti dengan nelpon 3 menit. Coba aja hitung,
3 menit x Rp20/menit = Rp60,00.
Sama kan dengan tariff sms ku yang dulu. Kenapa aku nggak sms? Jawabannya adalah karena tarif sms paket ini mahal, its about Rp115/ sms.
Kalo ada yang bilang aku pelit, nggak juga tuh. bukankah kita dituntut untuk selalu mengamalkan ilmu yang sudah kita dapatkan. nah disinilah aku mengamalkan ilmu matematika yang telah ku peroleh selama 4 tahun di bangku kuli ah…. PERHITUNGAN. Dan ingat pesan mamanya Anti, “HEMAT”.
Sehari 3 menit. Lumayan buat ngobatin kangen…..
NB:
aku setuju banget ma mamanya Anti. Hemat. Aku benar-benar menyadari pentingnya berhemat, ketika aku merasakan susah dan beratnya cari duit sendiri. kerja..kerja…kerja…
Jumat, 24 Desember 2010
Malam tanpa bintang tanpa kalian
Malam ini langit mendung. Di luar ga ada bintang maupun bulan.
Hanya cahaya kilat yang sesekali berpendar. Membuat suasana semakin melankolis.
Ku pandangi langit. Di sana terlihat cahaya merah dan kuning berkelap-kelip. Itu adalah pesawat yang sering kami pandangi bersama selepas shalat magrib.
Rindu..rindu…. Banget ma anak2 flora. Sama anti, dedew, nunu, leli, rara, upe, uppa. Dulu aku tak pernah sendiri memandangi langit malam. Selalu ada paling sedikit satu diantara mereka yang menemaniku. Tapi malam ini. Aku sendiri…..
Aku benar2 merasa kesepian di kost flora sekarang. Meski jumlah kami semakin banyak tapi keceriaan itu seolah berkurang. Berbanding terbalik dengan jumlah personil. Mungkin karena jarak usia yang terpaut jauh. (4 tahun aja kok). Kami belum bisa menemukan chemistry itu.
Malam ini langit tanpa bintang, tanpa kalian…rinduku semakin membuncah.
Hanya cahaya kilat yang sesekali berpendar. Membuat suasana semakin melankolis.
Ku pandangi langit. Di sana terlihat cahaya merah dan kuning berkelap-kelip. Itu adalah pesawat yang sering kami pandangi bersama selepas shalat magrib.
Rindu..rindu…. Banget ma anak2 flora. Sama anti, dedew, nunu, leli, rara, upe, uppa. Dulu aku tak pernah sendiri memandangi langit malam. Selalu ada paling sedikit satu diantara mereka yang menemaniku. Tapi malam ini. Aku sendiri…..
Aku benar2 merasa kesepian di kost flora sekarang. Meski jumlah kami semakin banyak tapi keceriaan itu seolah berkurang. Berbanding terbalik dengan jumlah personil. Mungkin karena jarak usia yang terpaut jauh. (4 tahun aja kok). Kami belum bisa menemukan chemistry itu.
Malam ini langit tanpa bintang, tanpa kalian…rinduku semakin membuncah.
Setitik Maaf Buat Bapak
malam-malam aku sendiri.... di kamar, Rara pulkam mungkin besok baru balik ke Makassar. Lagi asyik2x nyantap masakanku telpon berdering. “siapa lagi sih? Ganggu aja” ku lihat layar hp, hmmm no baru. “nox anak flora kali” gumamaku,
“halo”
“ini, mega ya?” terdengar suara wanita dari seberang sana
“iya, knp?” jawabku.
“ini bapakmu mau bicara, boleh?”
Mendengar nama bapak disebut, perasaan ku jadi nggak enak.
“emangnya ini siapa?”
“saya istrinya bapakmu di kalimantan, bisakah bapak mu bicara?” what?! istri bapak? ibu tiri donk. huhh berani2x dia menelponku.
“mana coba?” Aku penasaran juga.
“assalamualaykum” suara itu begitu asing di telingaku.
“waalaykum salam”
“mega bagaimana kabarmu nak”
“baik”
“sudah selesai sekolahmu ?”
“sudah”
“bapak minta maaf sudah ninggalin kalian”
“ini bapak ku betul kah?”
“iya ini bapa, nak. Kamu ndak kenal kah suaranya bapak?”
“sudah lupa” kataku sembari menggigit bibir. Tak dapat kubendung air mata ku kini. setega itu kah aku pada bapakku. tapi itulah kenyataannya. aku sama sekali lupa dengan suaranya.
“iya, nggak papa. Bapak tau bapak yang salah. Sudah lama ninggalin kamu”
“kenapa baru telpon sekarang?”
“bapak baru dapat nomor kamu,nak. Sudah cari kemana-mana, bahkan ayu dan mamamu ndak mau ngasih, adekmu ilham juga ndak mau bicara sama bapak.”
Tentu saja mama marah, bayangkan setelah bercerai dengan mama, papa pergi begitu saja, tanpa pernah memberikan nafkah sepeser pun kepada anak-anaknya. Itu terjadi sekitar 12 tahun yang lalu, ketika itu usiaku baru menginjak 10 tahun, Ilham 6 tahun dan Ayu 2 tahun. Kami masih kecil. Mama waktu itu belum jadi guru. Beliau melakukan apa saja untuk bisa menafkahi kami. Berusaha sekuat tenaga agar anak2nya bisa makan dan sekolah. bahkan Ayu sempat dititip di saudara jauhnya mama supaya bisa hidup layak dan sekolah. Aku ingat mama pernah jadi penjual pecel di sd tempatku sekolah, juga pernah membantu orang memotong padi, bahkan pernah berdagang kelapa, pisang dan jeruk sampai ke makassar. Selain mebiayai aku dan adik mama juga membiayai adik bungsunya yang justru kini tidak memperdulikan mamaku.
Nah saat semua sudah membaik, bapak muncul lagi di kehidupan kami. Apa yang harus ku lakukan? Marah? Bahagia? Dan berkata pada dunia “dengarlah ayahku menelpon dan meminta maaf padaku? Begitukah? Ntahlah aku bingung. Aku tak pernah merindukanya, tak pernah mengharapkannya. Kadang aku malah berpikir orang tua ku hanya mama seorang. Aku tidak peduli dengan kepergiannya, toh waktu masih bersamanya aku tak pernah merasakan kasih sayang bapak. Jadi ada atau pun tiada itu sama saja,. Aku justru bahagia tanpa nya. Sungguh….
Dia bertanya tentang sekolah ku “sudah selesai kuliahmu?”
“sudah” inginnya kusambung (itu semua atas perjuangan mama dan tanpa bantuan sedikitpun darimu, pak)
Bapak meminta maaf, dia terima jika kami semua marah dan mencaci maki nya, dia terima karena ini memang kesalahannya, inginnya aku tertawa. “begitu mudahkah meminta maaf atas kesalahan sekian tahun yang kau lakukan. Menikah dan membiayai 4 orang anak tiri dan melupakan kami begitu saja. dan begitu keadaan membaik, kau kembali mengusik ketenangan kami, merasa tanggungjawabmu sudah purna. Hhhehh. Hebat!
Memakimu? untuk apa? tidak puaskah kau meninggalkan kami dan kini menyuruh kami melakukan dosa dengan memakimu. aku tak akan melakukannya, tidak. setidaknya tidak secara langsung. Mama tak pernah mengajari kami membencimu. tapi kerasnya perjuangan yang dilakukan mama untuk kami, membuat kami lupa bahwa kami punya ayah.
Mudah saja memafkannya. Bagi ku tak ada bedanya memafkan atau pun tidak. Bagaimanapun juga, sebagai anak aku masih wajib memperlakukan bapak dengan baik. Iya kan, Pak! lagi pula aku tak ingin membuatnya terus merasa bersalah. itu tak kan mendatangkan keuntungan bagiku. malah dosa yang kudapat.
Aku menunggu telpon di tutup. Ingin rasanya megakhiri sambungan ini. Aku sudah tidak tahan. air mata ku terus saja mengalir. bukan air mata haru, tapi air mata kekesalan dan kemarahan.
“ya sudah, hati-hati kamu disitu nak yah…”
“iya, bapak juga hidup baik-baik saja di situ”
“assalamu’alaykum”
“wa’alaykum salam warahmatullahi wabarakatuh”
Aneh rasanya mendengar bapak bicara baik-baik dan lembut kepadaku. Waktu kecil aku tak bahkan sangat jarang berbicara dengannya. tak pernah ku dengar sapaan, “nak” darinya Aku dan bapak seperti orang lain. Sangat aneh bagiku menyebut kata bapak kepadanya. Aneh. Kaku. Unusual. Lebih nyaman ketika menyapa Pak Nurdin dengan sapaan Bapak.
Benarkah aku sudah memaafkannya? Mungkin. Tapi aku tak ingin bertemu dengannya. Aku ingin menjalani hariku just like now, without him.
Ya Allah… mohon berikan aku hati yang bersih, hati yang senantiasa ridha dengan apa yang kau berikan, hati yang senantiasa bisa memafkan kesalahan orang lain. bantulah aku untuk bisa ikhlas memafkan bapak. mungkin hanya ini lah yang bisa membuatnya tenang. akhirnya aku sampai pada suatu keputusan…..
Bapak aku memafkanmu karena Allah….
“halo”
“ini, mega ya?” terdengar suara wanita dari seberang sana
“iya, knp?” jawabku.
“ini bapakmu mau bicara, boleh?”
Mendengar nama bapak disebut, perasaan ku jadi nggak enak.
“emangnya ini siapa?”
“saya istrinya bapakmu di kalimantan, bisakah bapak mu bicara?” what?! istri bapak? ibu tiri donk. huhh berani2x dia menelponku.
“mana coba?” Aku penasaran juga.
“assalamualaykum” suara itu begitu asing di telingaku.
“waalaykum salam”
“mega bagaimana kabarmu nak”
“baik”
“sudah selesai sekolahmu ?”
“sudah”
“bapak minta maaf sudah ninggalin kalian”
“ini bapak ku betul kah?”
“iya ini bapa, nak. Kamu ndak kenal kah suaranya bapak?”
“sudah lupa” kataku sembari menggigit bibir. Tak dapat kubendung air mata ku kini. setega itu kah aku pada bapakku. tapi itulah kenyataannya. aku sama sekali lupa dengan suaranya.
“iya, nggak papa. Bapak tau bapak yang salah. Sudah lama ninggalin kamu”
“kenapa baru telpon sekarang?”
“bapak baru dapat nomor kamu,nak. Sudah cari kemana-mana, bahkan ayu dan mamamu ndak mau ngasih, adekmu ilham juga ndak mau bicara sama bapak.”
Tentu saja mama marah, bayangkan setelah bercerai dengan mama, papa pergi begitu saja, tanpa pernah memberikan nafkah sepeser pun kepada anak-anaknya. Itu terjadi sekitar 12 tahun yang lalu, ketika itu usiaku baru menginjak 10 tahun, Ilham 6 tahun dan Ayu 2 tahun. Kami masih kecil. Mama waktu itu belum jadi guru. Beliau melakukan apa saja untuk bisa menafkahi kami. Berusaha sekuat tenaga agar anak2nya bisa makan dan sekolah. bahkan Ayu sempat dititip di saudara jauhnya mama supaya bisa hidup layak dan sekolah. Aku ingat mama pernah jadi penjual pecel di sd tempatku sekolah, juga pernah membantu orang memotong padi, bahkan pernah berdagang kelapa, pisang dan jeruk sampai ke makassar. Selain mebiayai aku dan adik mama juga membiayai adik bungsunya yang justru kini tidak memperdulikan mamaku.
Nah saat semua sudah membaik, bapak muncul lagi di kehidupan kami. Apa yang harus ku lakukan? Marah? Bahagia? Dan berkata pada dunia “dengarlah ayahku menelpon dan meminta maaf padaku? Begitukah? Ntahlah aku bingung. Aku tak pernah merindukanya, tak pernah mengharapkannya. Kadang aku malah berpikir orang tua ku hanya mama seorang. Aku tidak peduli dengan kepergiannya, toh waktu masih bersamanya aku tak pernah merasakan kasih sayang bapak. Jadi ada atau pun tiada itu sama saja,. Aku justru bahagia tanpa nya. Sungguh….
Dia bertanya tentang sekolah ku “sudah selesai kuliahmu?”
“sudah” inginnya kusambung (itu semua atas perjuangan mama dan tanpa bantuan sedikitpun darimu, pak)
Bapak meminta maaf, dia terima jika kami semua marah dan mencaci maki nya, dia terima karena ini memang kesalahannya, inginnya aku tertawa. “begitu mudahkah meminta maaf atas kesalahan sekian tahun yang kau lakukan. Menikah dan membiayai 4 orang anak tiri dan melupakan kami begitu saja. dan begitu keadaan membaik, kau kembali mengusik ketenangan kami, merasa tanggungjawabmu sudah purna. Hhhehh. Hebat!
Memakimu? untuk apa? tidak puaskah kau meninggalkan kami dan kini menyuruh kami melakukan dosa dengan memakimu. aku tak akan melakukannya, tidak. setidaknya tidak secara langsung. Mama tak pernah mengajari kami membencimu. tapi kerasnya perjuangan yang dilakukan mama untuk kami, membuat kami lupa bahwa kami punya ayah.
Mudah saja memafkannya. Bagi ku tak ada bedanya memafkan atau pun tidak. Bagaimanapun juga, sebagai anak aku masih wajib memperlakukan bapak dengan baik. Iya kan, Pak! lagi pula aku tak ingin membuatnya terus merasa bersalah. itu tak kan mendatangkan keuntungan bagiku. malah dosa yang kudapat.
Aku menunggu telpon di tutup. Ingin rasanya megakhiri sambungan ini. Aku sudah tidak tahan. air mata ku terus saja mengalir. bukan air mata haru, tapi air mata kekesalan dan kemarahan.
“ya sudah, hati-hati kamu disitu nak yah…”
“iya, bapak juga hidup baik-baik saja di situ”
“assalamu’alaykum”
“wa’alaykum salam warahmatullahi wabarakatuh”
Aneh rasanya mendengar bapak bicara baik-baik dan lembut kepadaku. Waktu kecil aku tak bahkan sangat jarang berbicara dengannya. tak pernah ku dengar sapaan, “nak” darinya Aku dan bapak seperti orang lain. Sangat aneh bagiku menyebut kata bapak kepadanya. Aneh. Kaku. Unusual. Lebih nyaman ketika menyapa Pak Nurdin dengan sapaan Bapak.
Benarkah aku sudah memaafkannya? Mungkin. Tapi aku tak ingin bertemu dengannya. Aku ingin menjalani hariku just like now, without him.
Ya Allah… mohon berikan aku hati yang bersih, hati yang senantiasa ridha dengan apa yang kau berikan, hati yang senantiasa bisa memafkan kesalahan orang lain. bantulah aku untuk bisa ikhlas memafkan bapak. mungkin hanya ini lah yang bisa membuatnya tenang. akhirnya aku sampai pada suatu keputusan…..
Bapak aku memafkanmu karena Allah….
Minggu, 12 Desember 2010
rindu berat
Pagi ini aku tiba dengan selamat di Makassar. Kota yang ku tinggali selama 4 tahun lebih ini, tampak sepi. Ketika ku pijakkan kaki masuk di kost flora, lagi2 ku temui hal berbeda dengan 7 bulan yang lalu. Saat itu masih ada Dewi, Nunu, Anti, Rara, Upe Uppa dll. Tapi pagi ini aku tidak menemukan itu. Bahkan tak ada yang menjawab salam ku. Entahlah.. mungkin pada nggak dengar. Yenyum adek indah yang menyapaku cukup mengobati kekecewaanku, meski itu masih kurang.
Kangen.... berat... sama "flora girl", yang always ceria dan rame. Rindu pada sorak sorai mereka. Pada kegokilan mereka.
Saat lagi istirahat siang kubuka kembali vidio kenangan ku dan Anti. hiks... pengen nangis... kangen... skrg aku ga bisa kayak dulu lagi. Cuma dia yang bisa ku ajak ngelakuin hal-hal gokil bin narsis kayak gitu. Cuma dia! nggak yang lain.. dia adalah sahabat yang tak kan terganti. Always forever...
Miss you my best friend
Kangen.... berat... sama "flora girl", yang always ceria dan rame. Rindu pada sorak sorai mereka. Pada kegokilan mereka.
Saat lagi istirahat siang kubuka kembali vidio kenangan ku dan Anti. hiks... pengen nangis... kangen... skrg aku ga bisa kayak dulu lagi. Cuma dia yang bisa ku ajak ngelakuin hal-hal gokil bin narsis kayak gitu. Cuma dia! nggak yang lain.. dia adalah sahabat yang tak kan terganti. Always forever...
Miss you my best friend
Langganan:
Postingan (Atom)
Rabu, 29 Desember 2010
Belajar dari monyet
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh para profesor di USA, ada 2 ekor monyet yang dimasukkan ke dalam satu ruangan kosong secara bersama-sama.
Kita sebut saja monyet tersebut Monyet A dan B. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah tiang, dan diatas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang sudah matang. Apa yang akan dilakukan oleh 2 monyet tersebut menurut anda?
Setelah membiasakan diri dengan keadaan lingkungan di dalam ruangan tersebut, mereka mulai mencoba meraih pisang-pisang tersebut.
Monyet A yang mula-mula mencoba mendaki tiang. Begitu monyet A berada di tengah tiang, sang profesor menyemprotkan air kepadanya, sehingga terpleset dan jatuh. Monyet A mencoba lagi, dan disemprot, jatuh lagi, demikian berkali-kali sampai akhirnya monyet A menyerah.
Giliran berikutnya monyet B yang mencoba, mengalami kejadian serupa, dan akhirnya menyerah pula. Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah,para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik.Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B.
Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami`kesialan’ seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasehat tentang bahayanya bila mencoba memanjat keatas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh para profesor adalahmengeluarkan monyet A dan B, serta memasukkan monyet D dan E. Sama seperti monyet-monyet sebelumnya, monyet D dan E juga tertarik dengan pisang diatas tiang dan mencoba memanjatnya. Monyet C secara spontan langsung mencegah keduanya agar tidak naik.
“Hai, mengapa kami tidak boleh naik ?” protes keduanya”.
Ada teman-teman yang memberitahu saya,bahwa naik ke atas itu berbahaya. Saya juga tidak tahu, ada apa di atas,tapi lebih baik cari aman saja, jangan keatas deh” jelas monyet C.
Monyet D percaya dan tidak berani naik, tapi tidak demikian dengan monyet E yang memang bandel.
“Saya ingin tahu, bahaya seperti apa sih,yang ada di atas ….. Dan kalau ada bahaya, masak iya saya tidak bisa menghindarinya ?” tegas monyet E.
Walaupun sudah dicegah oleh monyet Cdan D, monyet E nekad naik …….
Dan karena memang sudah tidak disemprot lagi, monyet E bisa meraih pisang yang dinginkannya…..
Manakah diantara karakter diatas yang menggambarkan tingkah laku anda saat ini?
Dari ilustrasi tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Karakter A dan B adalah orang yang pernah melakukan sesuatu, dan gagal. Karena itu mereka kapok, tidak akan mengulanginya lagi, dan berusaha mengajarkan ke oranglain tentang kegagalan tersebut. Mereka tidak ingin orang lain juga gagal seperti mereka.
Karakter C dan D, adalah orang yang menerima petunjuk dari orang lain, hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, dan mereka mematuhinya tanpa berani mencobanya sendiri.
Karakter E adalah type orang yang tidak mudah percaya dengan sesuatu, sebelum mereka mencobanya sendiri. Mereka juga berani menentang arus dan menanggung resiko asalkan bisa mencapai keinginan mereka.
Pisang dalam cerita diatas menggambarkan impian kita.
Setiap orang dalam hidup ini mempunyai impian yang tinggi tentang masa depannya. Namun sayangnya, banyak sekalihal-hal yang terjadi di sekitar kita, yang menyebabkan impian kita terkubur.
Orang-orang dengan karakter A,B,C,D akan mengatakan kepada kita hal-hal seperti ini”,Sudahlah, jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia seperti itu. Percuma. Saya dulu sudah pernah melakukannya berkali-kali dan gagal.
Sebagai seorang teman yang baik, saya tidak mau kamu gagal seperti saya” atau mungkin kalimat “Kamu mau gagal kayak si X… lebih baik lakukan sesuatu yang pasti-pasti saja deh”.
Bukankah hal-hal seperti itu yang sering kita dengar sehari-hari?
Kita sebut saja monyet tersebut Monyet A dan B. Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah tiang, dan diatas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang sudah matang. Apa yang akan dilakukan oleh 2 monyet tersebut menurut anda?
Setelah membiasakan diri dengan keadaan lingkungan di dalam ruangan tersebut, mereka mulai mencoba meraih pisang-pisang tersebut.
Monyet A yang mula-mula mencoba mendaki tiang. Begitu monyet A berada di tengah tiang, sang profesor menyemprotkan air kepadanya, sehingga terpleset dan jatuh. Monyet A mencoba lagi, dan disemprot, jatuh lagi, demikian berkali-kali sampai akhirnya monyet A menyerah.
Giliran berikutnya monyet B yang mencoba, mengalami kejadian serupa, dan akhirnya menyerah pula. Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah,para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik.Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B.
Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami`kesialan’ seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasehat tentang bahayanya bila mencoba memanjat keatas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh para profesor adalahmengeluarkan monyet A dan B, serta memasukkan monyet D dan E. Sama seperti monyet-monyet sebelumnya, monyet D dan E juga tertarik dengan pisang diatas tiang dan mencoba memanjatnya. Monyet C secara spontan langsung mencegah keduanya agar tidak naik.
“Hai, mengapa kami tidak boleh naik ?” protes keduanya”.
Ada teman-teman yang memberitahu saya,bahwa naik ke atas itu berbahaya. Saya juga tidak tahu, ada apa di atas,tapi lebih baik cari aman saja, jangan keatas deh” jelas monyet C.
Monyet D percaya dan tidak berani naik, tapi tidak demikian dengan monyet E yang memang bandel.
“Saya ingin tahu, bahaya seperti apa sih,yang ada di atas ….. Dan kalau ada bahaya, masak iya saya tidak bisa menghindarinya ?” tegas monyet E.
Walaupun sudah dicegah oleh monyet Cdan D, monyet E nekad naik …….
Dan karena memang sudah tidak disemprot lagi, monyet E bisa meraih pisang yang dinginkannya…..
Manakah diantara karakter diatas yang menggambarkan tingkah laku anda saat ini?
Dari ilustrasi tersebut diatas dapat dikatakan bahwa Karakter A dan B adalah orang yang pernah melakukan sesuatu, dan gagal. Karena itu mereka kapok, tidak akan mengulanginya lagi, dan berusaha mengajarkan ke oranglain tentang kegagalan tersebut. Mereka tidak ingin orang lain juga gagal seperti mereka.
Karakter C dan D, adalah orang yang menerima petunjuk dari orang lain, hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, dan mereka mematuhinya tanpa berani mencobanya sendiri.
Karakter E adalah type orang yang tidak mudah percaya dengan sesuatu, sebelum mereka mencobanya sendiri. Mereka juga berani menentang arus dan menanggung resiko asalkan bisa mencapai keinginan mereka.
Pisang dalam cerita diatas menggambarkan impian kita.
Setiap orang dalam hidup ini mempunyai impian yang tinggi tentang masa depannya. Namun sayangnya, banyak sekalihal-hal yang terjadi di sekitar kita, yang menyebabkan impian kita terkubur.
Orang-orang dengan karakter A,B,C,D akan mengatakan kepada kita hal-hal seperti ini”,Sudahlah, jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia seperti itu. Percuma. Saya dulu sudah pernah melakukannya berkali-kali dan gagal.
Sebagai seorang teman yang baik, saya tidak mau kamu gagal seperti saya” atau mungkin kalimat “Kamu mau gagal kayak si X… lebih baik lakukan sesuatu yang pasti-pasti saja deh”.
Bukankah hal-hal seperti itu yang sering kita dengar sehari-hari?
Sehari 3 menit
Saat ku tulis kan catatan ini, aku sedang senyum-senyum sendiri membayangka kekonyolanku, sambil menatap laptop di hadapanku. ya iyalah di hadapan masa’ menatap yang di belakang, bisa kepelintir tuh…
Sehari 3 menit. Apa coba? ayo tebak, ayo,ayo…
1. Makan 3 menit, bukan aku banget. Paling cepat aku tuh makan 5 menit.
2. Minum 3 menit → lama amat.
3. Mandi 3 menit → daurah kali?!
4. Shalat 3 menit →Wah nggak tuma’ninah tuh.
5. Nulis 3 menit → Nulis apaan coba 3 menit dalam sehari.
Trus apa donk?
Sehari 3 menit. Nelpon ke Anti kenyok…hahaha… (pelit amat). Ih nggak lagi. Masih mending aku, yang nelpon 3 menit dalam sehari. Lah anti, cuman sms doang. Itu pun pake operator yang biasanya ngasih gratisan. semurah itukah aku. halah jangan lebay. aku tahu itu bukan berarti aku murah, tapi aku tak bisa dinilai dengan tariff sms. (mencoba berlapang dada, meski pahit terasa)
Fakta:
Sebenarnya 12 – 13an lah ma Anti. Aku sekarang pindah paket ke tariff Rp20/menit. Kalo dulux sms ku Rp 60 /sms, sekarang dah aku ganti dengan nelpon 3 menit. Coba aja hitung,
3 menit x Rp20/menit = Rp60,00.
Sama kan dengan tariff sms ku yang dulu. Kenapa aku nggak sms? Jawabannya adalah karena tarif sms paket ini mahal, its about Rp115/ sms.
Kalo ada yang bilang aku pelit, nggak juga tuh. bukankah kita dituntut untuk selalu mengamalkan ilmu yang sudah kita dapatkan. nah disinilah aku mengamalkan ilmu matematika yang telah ku peroleh selama 4 tahun di bangku kuli ah…. PERHITUNGAN. Dan ingat pesan mamanya Anti, “HEMAT”.
Sehari 3 menit. Lumayan buat ngobatin kangen…..
NB:
aku setuju banget ma mamanya Anti. Hemat. Aku benar-benar menyadari pentingnya berhemat, ketika aku merasakan susah dan beratnya cari duit sendiri. kerja..kerja…kerja…
Sehari 3 menit. Apa coba? ayo tebak, ayo,ayo…
1. Makan 3 menit, bukan aku banget. Paling cepat aku tuh makan 5 menit.
2. Minum 3 menit → lama amat.
3. Mandi 3 menit → daurah kali?!
4. Shalat 3 menit →Wah nggak tuma’ninah tuh.
5. Nulis 3 menit → Nulis apaan coba 3 menit dalam sehari.
Trus apa donk?
Sehari 3 menit. Nelpon ke Anti kenyok…hahaha… (pelit amat). Ih nggak lagi. Masih mending aku, yang nelpon 3 menit dalam sehari. Lah anti, cuman sms doang. Itu pun pake operator yang biasanya ngasih gratisan. semurah itukah aku. halah jangan lebay. aku tahu itu bukan berarti aku murah, tapi aku tak bisa dinilai dengan tariff sms. (mencoba berlapang dada, meski pahit terasa)
Fakta:
Sebenarnya 12 – 13an lah ma Anti. Aku sekarang pindah paket ke tariff Rp20/menit. Kalo dulux sms ku Rp 60 /sms, sekarang dah aku ganti dengan nelpon 3 menit. Coba aja hitung,
3 menit x Rp20/menit = Rp60,00.
Sama kan dengan tariff sms ku yang dulu. Kenapa aku nggak sms? Jawabannya adalah karena tarif sms paket ini mahal, its about Rp115/ sms.
Kalo ada yang bilang aku pelit, nggak juga tuh. bukankah kita dituntut untuk selalu mengamalkan ilmu yang sudah kita dapatkan. nah disinilah aku mengamalkan ilmu matematika yang telah ku peroleh selama 4 tahun di bangku kuli ah…. PERHITUNGAN. Dan ingat pesan mamanya Anti, “HEMAT”.
Sehari 3 menit. Lumayan buat ngobatin kangen…..
NB:
aku setuju banget ma mamanya Anti. Hemat. Aku benar-benar menyadari pentingnya berhemat, ketika aku merasakan susah dan beratnya cari duit sendiri. kerja..kerja…kerja…
Jumat, 24 Desember 2010
Malam tanpa bintang tanpa kalian
Malam ini langit mendung. Di luar ga ada bintang maupun bulan.
Hanya cahaya kilat yang sesekali berpendar. Membuat suasana semakin melankolis.
Ku pandangi langit. Di sana terlihat cahaya merah dan kuning berkelap-kelip. Itu adalah pesawat yang sering kami pandangi bersama selepas shalat magrib.
Rindu..rindu…. Banget ma anak2 flora. Sama anti, dedew, nunu, leli, rara, upe, uppa. Dulu aku tak pernah sendiri memandangi langit malam. Selalu ada paling sedikit satu diantara mereka yang menemaniku. Tapi malam ini. Aku sendiri…..
Aku benar2 merasa kesepian di kost flora sekarang. Meski jumlah kami semakin banyak tapi keceriaan itu seolah berkurang. Berbanding terbalik dengan jumlah personil. Mungkin karena jarak usia yang terpaut jauh. (4 tahun aja kok). Kami belum bisa menemukan chemistry itu.
Malam ini langit tanpa bintang, tanpa kalian…rinduku semakin membuncah.
Hanya cahaya kilat yang sesekali berpendar. Membuat suasana semakin melankolis.
Ku pandangi langit. Di sana terlihat cahaya merah dan kuning berkelap-kelip. Itu adalah pesawat yang sering kami pandangi bersama selepas shalat magrib.
Rindu..rindu…. Banget ma anak2 flora. Sama anti, dedew, nunu, leli, rara, upe, uppa. Dulu aku tak pernah sendiri memandangi langit malam. Selalu ada paling sedikit satu diantara mereka yang menemaniku. Tapi malam ini. Aku sendiri…..
Aku benar2 merasa kesepian di kost flora sekarang. Meski jumlah kami semakin banyak tapi keceriaan itu seolah berkurang. Berbanding terbalik dengan jumlah personil. Mungkin karena jarak usia yang terpaut jauh. (4 tahun aja kok). Kami belum bisa menemukan chemistry itu.
Malam ini langit tanpa bintang, tanpa kalian…rinduku semakin membuncah.
Setitik Maaf Buat Bapak
malam-malam aku sendiri.... di kamar, Rara pulkam mungkin besok baru balik ke Makassar. Lagi asyik2x nyantap masakanku telpon berdering. “siapa lagi sih? Ganggu aja” ku lihat layar hp, hmmm no baru. “nox anak flora kali” gumamaku,
“halo”
“ini, mega ya?” terdengar suara wanita dari seberang sana
“iya, knp?” jawabku.
“ini bapakmu mau bicara, boleh?”
Mendengar nama bapak disebut, perasaan ku jadi nggak enak.
“emangnya ini siapa?”
“saya istrinya bapakmu di kalimantan, bisakah bapak mu bicara?” what?! istri bapak? ibu tiri donk. huhh berani2x dia menelponku.
“mana coba?” Aku penasaran juga.
“assalamualaykum” suara itu begitu asing di telingaku.
“waalaykum salam”
“mega bagaimana kabarmu nak”
“baik”
“sudah selesai sekolahmu ?”
“sudah”
“bapak minta maaf sudah ninggalin kalian”
“ini bapak ku betul kah?”
“iya ini bapa, nak. Kamu ndak kenal kah suaranya bapak?”
“sudah lupa” kataku sembari menggigit bibir. Tak dapat kubendung air mata ku kini. setega itu kah aku pada bapakku. tapi itulah kenyataannya. aku sama sekali lupa dengan suaranya.
“iya, nggak papa. Bapak tau bapak yang salah. Sudah lama ninggalin kamu”
“kenapa baru telpon sekarang?”
“bapak baru dapat nomor kamu,nak. Sudah cari kemana-mana, bahkan ayu dan mamamu ndak mau ngasih, adekmu ilham juga ndak mau bicara sama bapak.”
Tentu saja mama marah, bayangkan setelah bercerai dengan mama, papa pergi begitu saja, tanpa pernah memberikan nafkah sepeser pun kepada anak-anaknya. Itu terjadi sekitar 12 tahun yang lalu, ketika itu usiaku baru menginjak 10 tahun, Ilham 6 tahun dan Ayu 2 tahun. Kami masih kecil. Mama waktu itu belum jadi guru. Beliau melakukan apa saja untuk bisa menafkahi kami. Berusaha sekuat tenaga agar anak2nya bisa makan dan sekolah. bahkan Ayu sempat dititip di saudara jauhnya mama supaya bisa hidup layak dan sekolah. Aku ingat mama pernah jadi penjual pecel di sd tempatku sekolah, juga pernah membantu orang memotong padi, bahkan pernah berdagang kelapa, pisang dan jeruk sampai ke makassar. Selain mebiayai aku dan adik mama juga membiayai adik bungsunya yang justru kini tidak memperdulikan mamaku.
Nah saat semua sudah membaik, bapak muncul lagi di kehidupan kami. Apa yang harus ku lakukan? Marah? Bahagia? Dan berkata pada dunia “dengarlah ayahku menelpon dan meminta maaf padaku? Begitukah? Ntahlah aku bingung. Aku tak pernah merindukanya, tak pernah mengharapkannya. Kadang aku malah berpikir orang tua ku hanya mama seorang. Aku tidak peduli dengan kepergiannya, toh waktu masih bersamanya aku tak pernah merasakan kasih sayang bapak. Jadi ada atau pun tiada itu sama saja,. Aku justru bahagia tanpa nya. Sungguh….
Dia bertanya tentang sekolah ku “sudah selesai kuliahmu?”
“sudah” inginnya kusambung (itu semua atas perjuangan mama dan tanpa bantuan sedikitpun darimu, pak)
Bapak meminta maaf, dia terima jika kami semua marah dan mencaci maki nya, dia terima karena ini memang kesalahannya, inginnya aku tertawa. “begitu mudahkah meminta maaf atas kesalahan sekian tahun yang kau lakukan. Menikah dan membiayai 4 orang anak tiri dan melupakan kami begitu saja. dan begitu keadaan membaik, kau kembali mengusik ketenangan kami, merasa tanggungjawabmu sudah purna. Hhhehh. Hebat!
Memakimu? untuk apa? tidak puaskah kau meninggalkan kami dan kini menyuruh kami melakukan dosa dengan memakimu. aku tak akan melakukannya, tidak. setidaknya tidak secara langsung. Mama tak pernah mengajari kami membencimu. tapi kerasnya perjuangan yang dilakukan mama untuk kami, membuat kami lupa bahwa kami punya ayah.
Mudah saja memafkannya. Bagi ku tak ada bedanya memafkan atau pun tidak. Bagaimanapun juga, sebagai anak aku masih wajib memperlakukan bapak dengan baik. Iya kan, Pak! lagi pula aku tak ingin membuatnya terus merasa bersalah. itu tak kan mendatangkan keuntungan bagiku. malah dosa yang kudapat.
Aku menunggu telpon di tutup. Ingin rasanya megakhiri sambungan ini. Aku sudah tidak tahan. air mata ku terus saja mengalir. bukan air mata haru, tapi air mata kekesalan dan kemarahan.
“ya sudah, hati-hati kamu disitu nak yah…”
“iya, bapak juga hidup baik-baik saja di situ”
“assalamu’alaykum”
“wa’alaykum salam warahmatullahi wabarakatuh”
Aneh rasanya mendengar bapak bicara baik-baik dan lembut kepadaku. Waktu kecil aku tak bahkan sangat jarang berbicara dengannya. tak pernah ku dengar sapaan, “nak” darinya Aku dan bapak seperti orang lain. Sangat aneh bagiku menyebut kata bapak kepadanya. Aneh. Kaku. Unusual. Lebih nyaman ketika menyapa Pak Nurdin dengan sapaan Bapak.
Benarkah aku sudah memaafkannya? Mungkin. Tapi aku tak ingin bertemu dengannya. Aku ingin menjalani hariku just like now, without him.
Ya Allah… mohon berikan aku hati yang bersih, hati yang senantiasa ridha dengan apa yang kau berikan, hati yang senantiasa bisa memafkan kesalahan orang lain. bantulah aku untuk bisa ikhlas memafkan bapak. mungkin hanya ini lah yang bisa membuatnya tenang. akhirnya aku sampai pada suatu keputusan…..
Bapak aku memafkanmu karena Allah….
“halo”
“ini, mega ya?” terdengar suara wanita dari seberang sana
“iya, knp?” jawabku.
“ini bapakmu mau bicara, boleh?”
Mendengar nama bapak disebut, perasaan ku jadi nggak enak.
“emangnya ini siapa?”
“saya istrinya bapakmu di kalimantan, bisakah bapak mu bicara?” what?! istri bapak? ibu tiri donk. huhh berani2x dia menelponku.
“mana coba?” Aku penasaran juga.
“assalamualaykum” suara itu begitu asing di telingaku.
“waalaykum salam”
“mega bagaimana kabarmu nak”
“baik”
“sudah selesai sekolahmu ?”
“sudah”
“bapak minta maaf sudah ninggalin kalian”
“ini bapak ku betul kah?”
“iya ini bapa, nak. Kamu ndak kenal kah suaranya bapak?”
“sudah lupa” kataku sembari menggigit bibir. Tak dapat kubendung air mata ku kini. setega itu kah aku pada bapakku. tapi itulah kenyataannya. aku sama sekali lupa dengan suaranya.
“iya, nggak papa. Bapak tau bapak yang salah. Sudah lama ninggalin kamu”
“kenapa baru telpon sekarang?”
“bapak baru dapat nomor kamu,nak. Sudah cari kemana-mana, bahkan ayu dan mamamu ndak mau ngasih, adekmu ilham juga ndak mau bicara sama bapak.”
Tentu saja mama marah, bayangkan setelah bercerai dengan mama, papa pergi begitu saja, tanpa pernah memberikan nafkah sepeser pun kepada anak-anaknya. Itu terjadi sekitar 12 tahun yang lalu, ketika itu usiaku baru menginjak 10 tahun, Ilham 6 tahun dan Ayu 2 tahun. Kami masih kecil. Mama waktu itu belum jadi guru. Beliau melakukan apa saja untuk bisa menafkahi kami. Berusaha sekuat tenaga agar anak2nya bisa makan dan sekolah. bahkan Ayu sempat dititip di saudara jauhnya mama supaya bisa hidup layak dan sekolah. Aku ingat mama pernah jadi penjual pecel di sd tempatku sekolah, juga pernah membantu orang memotong padi, bahkan pernah berdagang kelapa, pisang dan jeruk sampai ke makassar. Selain mebiayai aku dan adik mama juga membiayai adik bungsunya yang justru kini tidak memperdulikan mamaku.
Nah saat semua sudah membaik, bapak muncul lagi di kehidupan kami. Apa yang harus ku lakukan? Marah? Bahagia? Dan berkata pada dunia “dengarlah ayahku menelpon dan meminta maaf padaku? Begitukah? Ntahlah aku bingung. Aku tak pernah merindukanya, tak pernah mengharapkannya. Kadang aku malah berpikir orang tua ku hanya mama seorang. Aku tidak peduli dengan kepergiannya, toh waktu masih bersamanya aku tak pernah merasakan kasih sayang bapak. Jadi ada atau pun tiada itu sama saja,. Aku justru bahagia tanpa nya. Sungguh….
Dia bertanya tentang sekolah ku “sudah selesai kuliahmu?”
“sudah” inginnya kusambung (itu semua atas perjuangan mama dan tanpa bantuan sedikitpun darimu, pak)
Bapak meminta maaf, dia terima jika kami semua marah dan mencaci maki nya, dia terima karena ini memang kesalahannya, inginnya aku tertawa. “begitu mudahkah meminta maaf atas kesalahan sekian tahun yang kau lakukan. Menikah dan membiayai 4 orang anak tiri dan melupakan kami begitu saja. dan begitu keadaan membaik, kau kembali mengusik ketenangan kami, merasa tanggungjawabmu sudah purna. Hhhehh. Hebat!
Memakimu? untuk apa? tidak puaskah kau meninggalkan kami dan kini menyuruh kami melakukan dosa dengan memakimu. aku tak akan melakukannya, tidak. setidaknya tidak secara langsung. Mama tak pernah mengajari kami membencimu. tapi kerasnya perjuangan yang dilakukan mama untuk kami, membuat kami lupa bahwa kami punya ayah.
Mudah saja memafkannya. Bagi ku tak ada bedanya memafkan atau pun tidak. Bagaimanapun juga, sebagai anak aku masih wajib memperlakukan bapak dengan baik. Iya kan, Pak! lagi pula aku tak ingin membuatnya terus merasa bersalah. itu tak kan mendatangkan keuntungan bagiku. malah dosa yang kudapat.
Aku menunggu telpon di tutup. Ingin rasanya megakhiri sambungan ini. Aku sudah tidak tahan. air mata ku terus saja mengalir. bukan air mata haru, tapi air mata kekesalan dan kemarahan.
“ya sudah, hati-hati kamu disitu nak yah…”
“iya, bapak juga hidup baik-baik saja di situ”
“assalamu’alaykum”
“wa’alaykum salam warahmatullahi wabarakatuh”
Aneh rasanya mendengar bapak bicara baik-baik dan lembut kepadaku. Waktu kecil aku tak bahkan sangat jarang berbicara dengannya. tak pernah ku dengar sapaan, “nak” darinya Aku dan bapak seperti orang lain. Sangat aneh bagiku menyebut kata bapak kepadanya. Aneh. Kaku. Unusual. Lebih nyaman ketika menyapa Pak Nurdin dengan sapaan Bapak.
Benarkah aku sudah memaafkannya? Mungkin. Tapi aku tak ingin bertemu dengannya. Aku ingin menjalani hariku just like now, without him.
Ya Allah… mohon berikan aku hati yang bersih, hati yang senantiasa ridha dengan apa yang kau berikan, hati yang senantiasa bisa memafkan kesalahan orang lain. bantulah aku untuk bisa ikhlas memafkan bapak. mungkin hanya ini lah yang bisa membuatnya tenang. akhirnya aku sampai pada suatu keputusan…..
Bapak aku memafkanmu karena Allah….
Minggu, 12 Desember 2010
rindu berat
Pagi ini aku tiba dengan selamat di Makassar. Kota yang ku tinggali selama 4 tahun lebih ini, tampak sepi. Ketika ku pijakkan kaki masuk di kost flora, lagi2 ku temui hal berbeda dengan 7 bulan yang lalu. Saat itu masih ada Dewi, Nunu, Anti, Rara, Upe Uppa dll. Tapi pagi ini aku tidak menemukan itu. Bahkan tak ada yang menjawab salam ku. Entahlah.. mungkin pada nggak dengar. Yenyum adek indah yang menyapaku cukup mengobati kekecewaanku, meski itu masih kurang.
Kangen.... berat... sama "flora girl", yang always ceria dan rame. Rindu pada sorak sorai mereka. Pada kegokilan mereka.
Saat lagi istirahat siang kubuka kembali vidio kenangan ku dan Anti. hiks... pengen nangis... kangen... skrg aku ga bisa kayak dulu lagi. Cuma dia yang bisa ku ajak ngelakuin hal-hal gokil bin narsis kayak gitu. Cuma dia! nggak yang lain.. dia adalah sahabat yang tak kan terganti. Always forever...
Miss you my best friend
Kangen.... berat... sama "flora girl", yang always ceria dan rame. Rindu pada sorak sorai mereka. Pada kegokilan mereka.
Saat lagi istirahat siang kubuka kembali vidio kenangan ku dan Anti. hiks... pengen nangis... kangen... skrg aku ga bisa kayak dulu lagi. Cuma dia yang bisa ku ajak ngelakuin hal-hal gokil bin narsis kayak gitu. Cuma dia! nggak yang lain.. dia adalah sahabat yang tak kan terganti. Always forever...
Miss you my best friend
Langganan:
Postingan (Atom)