Kamis, 29 November 2012

Sebuah Perenungan

28 November 2012

Pada tanggal yang sama dengan hari ini, 24 tahun yang lalu , ibu saya berjuang untuk menghadirkan saya di dunia ini. ibu bilang pada hari itu awan di langit tampak begitu indah, membiaskan cahaya matahari sore yang memukau. Karena itu beliau memberikan nama Megasari kepada saya. 

Setiap kali saya merenungi sejarah pemberian nama tersebut, membuat saya tersenyum sendiri. Mengingat betapa waktu kecil saya sering sekali  bertanya, menangis, dan selalu ingin menjadi nomor 1 membuat saya berpikir, apa kah ini ada hubungannya dengan nama saya? hm... jawabnya bisa iya, bisa juga tidak.
Saya mulai berpikir, mungkin salah satu alasan mengapa ibu saya memberi nama seperti itu adalah supaya saya juga bisa selalu memberikan kebahagiaan kepada ibu, dan orang-orang di sekitar saya, menjadi orang yang tidak sombong, memilki hati yang teduh dan cita-cita yang tinggi.

Sejak masih duduk di sekolah dasar sampai SMA saya selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik.Peluang-peluang beasiswa tak pernah saya biarkan lewat begitu saja. Karenanya belajar sungguh-sungguh adalah sebuah keharusan. Bersyukur karena saya merupakan tipe pebelajar, saya sangat menyukai belajar. Matematika, bahasa inggris, Kimia, Fisika, Komputer, dll merupakan teman baikku. Tapi jangan salah, saya juga tetap punya sahabat-sahabat. Saya tidak lantas menjadi orang yang hanya asyik dengan buku dan pelajaran, saya juga sangat senang dengan pertemanan. Bisa berbagi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan pandangan dan memilki selera humor yang lumayan gokil merupakan hal yang sangat saya syukuri dalam hidup ini. 

Jika mengingat bagaimana besarnya usaha dan semangat juang, serta cita-cita yang tinggi saat masih sekolah dulu, saya merasa terheran-heran sendiri. Bagaimana saya bisa begitu bersemangatnya di tengah kesulitan hidup saat itu? di tengah himpitan ekonomi yang tidak mudah, saya dengan percaya dirinya mengatakan pada diri saya, ibu saya dan orang-orang lain di sekitar saya, bahwa saya akan kuliah di Makassar, ibu kota Provinsi Sul-Sel. Padahal tentu bagi ibu saya yang saat itu belum berstatus PNS persoalan itu bukanlah hal yang mudah. Jangankan uang kuliah, ongkos berangkat saja belum tentu punya, belum lagi biaya hidup yang harus ditanggung nantinya. Waktu itu ibu sempat membuat keputusan bahwa saya hanya akan kuliah di daerah. masuk kebidanan. hal tersebut tidak mematahkan semangat saya untuk tetap belajar keras. Akan kubuktikan bahwa saya juga bisa seperti teman-teman yang lain. Saya ingin mengejar cita-cita saya, saya ingin melompat lebih jauh dari apa yang saya bisa. Masih Ada waktu! kata saya waktu itu, dan inilah saya saat ini, berhasil lulus tepat waktu (4 tahun) di Jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, dan sempat meraih gelar lulusan terbaik.

Namun, jika saya mecoba membandingkan, semangat juang saya waktu sekolah lebih kuat dibandingkan saat kuliah dan bekerja. Saya mulai merasa bosan dengan apa yang saya jalani. Menjalani aktivitas sehari-hari tanpa ambisi, tanpa tantangan, dan begitu-begitu saja. Jelas bosan dengan ritme yang selalu sama. Saya tanyakan kembali pada diri saya, mana semangat itu? apa sampai di sini saja perjuangan itu? sudah pantaskah saya untuk merasa puas dengan apa yang sudah saya capai saat ini? 

Jujur saya merasa, saya masih bisa lebih dari diri saya saat ini. Jika orang lain bisa kenapa saya tidak? lalu kenapa saya tidak berusaha mencoba? kenapa tidak saya kembali membangun cita-cita hidup saya? kalau dulu orientasi saya hanyalah dunia, maka saat ini saya harus melandaskan cita-cita saya pada pondasi yang kokoh, yakni keimanan kepada Allah, dan keinginan untuk meraih keridhaan-Nya. 

Perlahan saya mulai memungut kembali kepingan-kepingan impian saya yang pernah saya campakkan karena mengannggapnya mustahil. Beberapa orang yang ada di sekitar saya meyakinkan ku bahwa tidak ada yang mustahil jika kita benar-benar mengingikannya -tentunya atas kehendak Allah- dan berusaha mewujudkannya. Mereka membangkitkan rasa percaya diri saya, sikap optimis yang pernah pudar kini sedikit demi sedikit kembali cerah . Thanks for supporting me. Arigato minna ^_^

Ada rasa malu ketika menyadari di usia saya saat ini belum banyak yang saya bisa lakukan untuk diri saya, orang tua saya, keluarga saya, dan ummat ini. sungguh saya sangat  ingin dengan ilmu yang saya miliki saya bisa mengambil peran dalam membangun peradaban, mengembalikan kejayaan Islam. Saya ingin membuktikan pada dunia bahwa umat islam bukanlah orang yang terbelakang, bukanlah umat yang tidak punya cita-cita, namun mereka juga bisa maju, menggebrak dan menggenggam dunia. Namun bukan dunia semata  tujuan kami, melainkan kampung akhirat lah yang dituju. 

Karena itu, saya mengazzamkan diri untuk tidak berhenti bermimipi. Untuk terus bercita-cita yang tinggi. Menyusun bata-bata impian untuk menjadi bangunan yang kokoh di atas pondasi yang kuat.  Akan kusingkirkan segala hal (rasa takut, pesimis, ragu-ragu) yang bisa mengahalangi terwujudnya impian ini dan akan kuganti dengan optimisme yang didukung dengan iman, usaha, do'a dan tawakkal kepada Allah.

Saat kutatap semburat  jingga di langit sore ini, kubisikkan semangat pada diri ku
"ini belum selesai, semua belum berakhir. akan kukejar mimpi ku. takkan saya biarkan ia berlalu begitu saja. impian ini begitu indah, seindah lukisan mega di atas sana"



Megasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 29 November 2012

Sebuah Perenungan

28 November 2012

Pada tanggal yang sama dengan hari ini, 24 tahun yang lalu , ibu saya berjuang untuk menghadirkan saya di dunia ini. ibu bilang pada hari itu awan di langit tampak begitu indah, membiaskan cahaya matahari sore yang memukau. Karena itu beliau memberikan nama Megasari kepada saya. 

Setiap kali saya merenungi sejarah pemberian nama tersebut, membuat saya tersenyum sendiri. Mengingat betapa waktu kecil saya sering sekali  bertanya, menangis, dan selalu ingin menjadi nomor 1 membuat saya berpikir, apa kah ini ada hubungannya dengan nama saya? hm... jawabnya bisa iya, bisa juga tidak.
Saya mulai berpikir, mungkin salah satu alasan mengapa ibu saya memberi nama seperti itu adalah supaya saya juga bisa selalu memberikan kebahagiaan kepada ibu, dan orang-orang di sekitar saya, menjadi orang yang tidak sombong, memilki hati yang teduh dan cita-cita yang tinggi.

Sejak masih duduk di sekolah dasar sampai SMA saya selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik.Peluang-peluang beasiswa tak pernah saya biarkan lewat begitu saja. Karenanya belajar sungguh-sungguh adalah sebuah keharusan. Bersyukur karena saya merupakan tipe pebelajar, saya sangat menyukai belajar. Matematika, bahasa inggris, Kimia, Fisika, Komputer, dll merupakan teman baikku. Tapi jangan salah, saya juga tetap punya sahabat-sahabat. Saya tidak lantas menjadi orang yang hanya asyik dengan buku dan pelajaran, saya juga sangat senang dengan pertemanan. Bisa berbagi dengan orang-orang yang memiliki kesamaan pandangan dan memilki selera humor yang lumayan gokil merupakan hal yang sangat saya syukuri dalam hidup ini. 

Jika mengingat bagaimana besarnya usaha dan semangat juang, serta cita-cita yang tinggi saat masih sekolah dulu, saya merasa terheran-heran sendiri. Bagaimana saya bisa begitu bersemangatnya di tengah kesulitan hidup saat itu? di tengah himpitan ekonomi yang tidak mudah, saya dengan percaya dirinya mengatakan pada diri saya, ibu saya dan orang-orang lain di sekitar saya, bahwa saya akan kuliah di Makassar, ibu kota Provinsi Sul-Sel. Padahal tentu bagi ibu saya yang saat itu belum berstatus PNS persoalan itu bukanlah hal yang mudah. Jangankan uang kuliah, ongkos berangkat saja belum tentu punya, belum lagi biaya hidup yang harus ditanggung nantinya. Waktu itu ibu sempat membuat keputusan bahwa saya hanya akan kuliah di daerah. masuk kebidanan. hal tersebut tidak mematahkan semangat saya untuk tetap belajar keras. Akan kubuktikan bahwa saya juga bisa seperti teman-teman yang lain. Saya ingin mengejar cita-cita saya, saya ingin melompat lebih jauh dari apa yang saya bisa. Masih Ada waktu! kata saya waktu itu, dan inilah saya saat ini, berhasil lulus tepat waktu (4 tahun) di Jurusan Matematika Universitas Negeri Makassar, dan sempat meraih gelar lulusan terbaik.

Namun, jika saya mecoba membandingkan, semangat juang saya waktu sekolah lebih kuat dibandingkan saat kuliah dan bekerja. Saya mulai merasa bosan dengan apa yang saya jalani. Menjalani aktivitas sehari-hari tanpa ambisi, tanpa tantangan, dan begitu-begitu saja. Jelas bosan dengan ritme yang selalu sama. Saya tanyakan kembali pada diri saya, mana semangat itu? apa sampai di sini saja perjuangan itu? sudah pantaskah saya untuk merasa puas dengan apa yang sudah saya capai saat ini? 

Jujur saya merasa, saya masih bisa lebih dari diri saya saat ini. Jika orang lain bisa kenapa saya tidak? lalu kenapa saya tidak berusaha mencoba? kenapa tidak saya kembali membangun cita-cita hidup saya? kalau dulu orientasi saya hanyalah dunia, maka saat ini saya harus melandaskan cita-cita saya pada pondasi yang kokoh, yakni keimanan kepada Allah, dan keinginan untuk meraih keridhaan-Nya. 

Perlahan saya mulai memungut kembali kepingan-kepingan impian saya yang pernah saya campakkan karena mengannggapnya mustahil. Beberapa orang yang ada di sekitar saya meyakinkan ku bahwa tidak ada yang mustahil jika kita benar-benar mengingikannya -tentunya atas kehendak Allah- dan berusaha mewujudkannya. Mereka membangkitkan rasa percaya diri saya, sikap optimis yang pernah pudar kini sedikit demi sedikit kembali cerah . Thanks for supporting me. Arigato minna ^_^

Ada rasa malu ketika menyadari di usia saya saat ini belum banyak yang saya bisa lakukan untuk diri saya, orang tua saya, keluarga saya, dan ummat ini. sungguh saya sangat  ingin dengan ilmu yang saya miliki saya bisa mengambil peran dalam membangun peradaban, mengembalikan kejayaan Islam. Saya ingin membuktikan pada dunia bahwa umat islam bukanlah orang yang terbelakang, bukanlah umat yang tidak punya cita-cita, namun mereka juga bisa maju, menggebrak dan menggenggam dunia. Namun bukan dunia semata  tujuan kami, melainkan kampung akhirat lah yang dituju. 

Karena itu, saya mengazzamkan diri untuk tidak berhenti bermimipi. Untuk terus bercita-cita yang tinggi. Menyusun bata-bata impian untuk menjadi bangunan yang kokoh di atas pondasi yang kuat.  Akan kusingkirkan segala hal (rasa takut, pesimis, ragu-ragu) yang bisa mengahalangi terwujudnya impian ini dan akan kuganti dengan optimisme yang didukung dengan iman, usaha, do'a dan tawakkal kepada Allah.

Saat kutatap semburat  jingga di langit sore ini, kubisikkan semangat pada diri ku
"ini belum selesai, semua belum berakhir. akan kukejar mimpi ku. takkan saya biarkan ia berlalu begitu saja. impian ini begitu indah, seindah lukisan mega di atas sana"



Megasari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar