Minggu, 27 Juni 2010

Get Merid?

“what!!!” aku terkejut mendengar kabar yang nggak ku duga ini. ini nggak boleh terjadi, pokoknya aku harus bicara sama mama. pikirku.
Aku melangkah dengan cepat menuju ke sebuah ruangan. Aku tau mama pasti di situ. Aku nggak boleh tinggal diam. Pokoknya aku harus bicara. Harus!
“MAMA!” Ucapku seraya memasuki ruangan yang mirip ruang periksa di puskesmas. Dengan penuh kemarahan ku tatap mama yang tengah duduk dengan seorang laki-laki yang nggak begitu asing bagiku bahkan bagi kebanyakan cewek2 di indonesia.
“aku dengar Mama mau nikah sama dia. Apa benar?” tudingku.
Mama hanya mengangguk. Aku menarik nafas dengan berat. “hhh…tapi kenapa ma? Kenapa harus sama dia?” Tanya ku dengann emosi yang sudah di ubun-ubun. Rasa tak percaya masih bergelayut di benakku. Hatiku terasa sesak. Oh god what is happening now?
Sementara itu, mama tak menjawab apapun.
“kenapa diam!? Kalo kalian emang mo nikah, kalian harus ngasih aku alasan. Dan alasan itu nggak boleh cuman satu. Aku butuh penjelasan? Sekarang gua tanya lo Vid, kenapa lo mo merid ma mama gua?” Tanyaku kini kepada sosok yang sejak tadi duduk tenang di samping mama.
“aku nggak tau ya, aku nggak punya alasan. Aku pengen merid sama mama lo karena gua pengen merid. I think love doesn’t need a reason” jawab pria itu.
“NON SENSE!!. GUA NGGAK TERIMA ALASAN ITU. BAGI GUA, SEGALA SESUATUNYA ITU BUTUH PERTIMBANGAN. SEBELUM LO NGELAKUIN SESUATU, LO HARUS MEMPERTIMBANGKAN SEMASAK-MASAKNYA. LO MESTI MEMPERTIMBANGKAN MANFAAT MAUPUN RISKNYA. LO NGERTI?” aku benar-benar marah, “sekarang lo ngomong yang sejujurnya, KENAPA LO MILIH MAMA GUA BUAT JADI ISTRI LO?”
“ok. Jujur, gua ini tipe cowok yang cukup manja. Dan gua rasa nyokap lo bisa memberikan gua kasih sayang yang gua butuhin. That’s all”
“hhh…hh. Terus kenapa mama milih dia?” Kini pertanyaanku beralih ke mama.
“mama butuh kehadiran seseorang yang bisa nemenin mama dalam kehidupan ini. Kamu udah gede dan mungkin bentar lagi bakal ninggalin mama. So mama pikir apa salahnya kalo mama nikah lagi?” Jawab mama.
“emang nggak salah ma!” ucapku dengan geram. “Tapi masalahnya, adalah mama mo merid sama orang ini. Mama nggak pantas. Mama mo tau alasanku nggak nerima semua ini?”
“sebelumnya gua mo nanya sama lo, Vid. Umur lo berapa?”
“22”
“mama dengar, 22 tahun. Itu hampir sama dengan umur aku. Dia tuh pantasnya jadi anak mama. Alasan pertama aku nggak suka adalah karena aku nggak sanggup dengar omongan orang tentang mama. Aku malu, ma!” Ucapku dengan bafas terenga-engah.
“trus yang kedua. Aku takut jika mama jadi merid dengan dia. Aku nggak bisa menyanyagi dia sebagai ayah. Aku takut jika rasa sayang ku itu bukan rasa sayang anak kepada orang tuanya, tap malah rasa sayang perempuan kepada laki-laki karena umurnya itu sebaya dengan aku. Aku nggak bisa ma. aku nggak bisa nganggap dia sebagai papa aku. itu nggak mungkin!” aku mulai menangis. Tak sanggup menahan rasa sesak di dada yang kian membuncah.
“gua mo nanya lagi sama lo, Vid. Agama lo apa?”
“gua nggak punya agama” jawabnya santai. Gua benar-benar geram ngeliatnya.
Aku tersenyum kecut. “ma, dia nggak punya agama. Ma, maafin aku, aku bener-bener kasihan sama mama. Coba mama ingat-ingat, dari ketiga pernikahan mama yang kemarin semua suami mama, adalah orang orang yang beragama namun nggak mengamalkan agamanya. Hasilnya apa? Mama bisa liat sendiri. Perkawinan mama hancur. Dan sekarang mama mo merid dengan orang yang nggak punya agama? Mama sadar donk!”
“Ma, sekali lagi maafin aku, aku bukannya mau lancang. Aku sayang sama mama… sayang banget malah. Kalaupun mama mau nikah lagi aku rela. Tapi bukan sama orang yang usianya muda dan nggak punya agama kayak dia. Aku mau aja kalo mama nikah lagi dengan seseorang yang bisa membawa keluarga kita kepada ketaatan kepada allah. Aku pengen mama bahagia. Bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Itu nggak akan bisa mama dapat dengan menikah dengan dia!” Ucapku sambil menunjuk calon suami mama.
Mama terdiam. Sementara aku sudah tak sanggup berbicara. Aku sedih, marah, kecewa, takut, malu dan sebagainya. Tak sanggup rasanya untuk berdiri menghadapi kejadian ini. Hiks..hiks.. Ya Allah… cobaan apa lagi yang Engkau berikan pada ku…
“kak…” sayup sayup kudengar suara adikku yang masuk ke dalam kamar. Matahari sore menerpa wajahku. Kepalaku terasa pening.
“oh… mimpi. Alamdulillah”
Ternyata aku bermimpi buruk dalam tidur siangku. Kuingat kembali apa yang terjadi dalam mimpiku, aku pun tersenyum . He…ya nggak mungkin lah mama mo merid sama Vidi Aldiano. Kenal aja nggak. maaf ya Vidi, aku dah ngomelin kamu dalam mimpi. Sorry banget..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 27 Juni 2010

Get Merid?

“what!!!” aku terkejut mendengar kabar yang nggak ku duga ini. ini nggak boleh terjadi, pokoknya aku harus bicara sama mama. pikirku.
Aku melangkah dengan cepat menuju ke sebuah ruangan. Aku tau mama pasti di situ. Aku nggak boleh tinggal diam. Pokoknya aku harus bicara. Harus!
“MAMA!” Ucapku seraya memasuki ruangan yang mirip ruang periksa di puskesmas. Dengan penuh kemarahan ku tatap mama yang tengah duduk dengan seorang laki-laki yang nggak begitu asing bagiku bahkan bagi kebanyakan cewek2 di indonesia.
“aku dengar Mama mau nikah sama dia. Apa benar?” tudingku.
Mama hanya mengangguk. Aku menarik nafas dengan berat. “hhh…tapi kenapa ma? Kenapa harus sama dia?” Tanya ku dengann emosi yang sudah di ubun-ubun. Rasa tak percaya masih bergelayut di benakku. Hatiku terasa sesak. Oh god what is happening now?
Sementara itu, mama tak menjawab apapun.
“kenapa diam!? Kalo kalian emang mo nikah, kalian harus ngasih aku alasan. Dan alasan itu nggak boleh cuman satu. Aku butuh penjelasan? Sekarang gua tanya lo Vid, kenapa lo mo merid ma mama gua?” Tanyaku kini kepada sosok yang sejak tadi duduk tenang di samping mama.
“aku nggak tau ya, aku nggak punya alasan. Aku pengen merid sama mama lo karena gua pengen merid. I think love doesn’t need a reason” jawab pria itu.
“NON SENSE!!. GUA NGGAK TERIMA ALASAN ITU. BAGI GUA, SEGALA SESUATUNYA ITU BUTUH PERTIMBANGAN. SEBELUM LO NGELAKUIN SESUATU, LO HARUS MEMPERTIMBANGKAN SEMASAK-MASAKNYA. LO MESTI MEMPERTIMBANGKAN MANFAAT MAUPUN RISKNYA. LO NGERTI?” aku benar-benar marah, “sekarang lo ngomong yang sejujurnya, KENAPA LO MILIH MAMA GUA BUAT JADI ISTRI LO?”
“ok. Jujur, gua ini tipe cowok yang cukup manja. Dan gua rasa nyokap lo bisa memberikan gua kasih sayang yang gua butuhin. That’s all”
“hhh…hh. Terus kenapa mama milih dia?” Kini pertanyaanku beralih ke mama.
“mama butuh kehadiran seseorang yang bisa nemenin mama dalam kehidupan ini. Kamu udah gede dan mungkin bentar lagi bakal ninggalin mama. So mama pikir apa salahnya kalo mama nikah lagi?” Jawab mama.
“emang nggak salah ma!” ucapku dengan geram. “Tapi masalahnya, adalah mama mo merid sama orang ini. Mama nggak pantas. Mama mo tau alasanku nggak nerima semua ini?”
“sebelumnya gua mo nanya sama lo, Vid. Umur lo berapa?”
“22”
“mama dengar, 22 tahun. Itu hampir sama dengan umur aku. Dia tuh pantasnya jadi anak mama. Alasan pertama aku nggak suka adalah karena aku nggak sanggup dengar omongan orang tentang mama. Aku malu, ma!” Ucapku dengan bafas terenga-engah.
“trus yang kedua. Aku takut jika mama jadi merid dengan dia. Aku nggak bisa menyanyagi dia sebagai ayah. Aku takut jika rasa sayang ku itu bukan rasa sayang anak kepada orang tuanya, tap malah rasa sayang perempuan kepada laki-laki karena umurnya itu sebaya dengan aku. Aku nggak bisa ma. aku nggak bisa nganggap dia sebagai papa aku. itu nggak mungkin!” aku mulai menangis. Tak sanggup menahan rasa sesak di dada yang kian membuncah.
“gua mo nanya lagi sama lo, Vid. Agama lo apa?”
“gua nggak punya agama” jawabnya santai. Gua benar-benar geram ngeliatnya.
Aku tersenyum kecut. “ma, dia nggak punya agama. Ma, maafin aku, aku bener-bener kasihan sama mama. Coba mama ingat-ingat, dari ketiga pernikahan mama yang kemarin semua suami mama, adalah orang orang yang beragama namun nggak mengamalkan agamanya. Hasilnya apa? Mama bisa liat sendiri. Perkawinan mama hancur. Dan sekarang mama mo merid dengan orang yang nggak punya agama? Mama sadar donk!”
“Ma, sekali lagi maafin aku, aku bukannya mau lancang. Aku sayang sama mama… sayang banget malah. Kalaupun mama mau nikah lagi aku rela. Tapi bukan sama orang yang usianya muda dan nggak punya agama kayak dia. Aku mau aja kalo mama nikah lagi dengan seseorang yang bisa membawa keluarga kita kepada ketaatan kepada allah. Aku pengen mama bahagia. Bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Itu nggak akan bisa mama dapat dengan menikah dengan dia!” Ucapku sambil menunjuk calon suami mama.
Mama terdiam. Sementara aku sudah tak sanggup berbicara. Aku sedih, marah, kecewa, takut, malu dan sebagainya. Tak sanggup rasanya untuk berdiri menghadapi kejadian ini. Hiks..hiks.. Ya Allah… cobaan apa lagi yang Engkau berikan pada ku…
“kak…” sayup sayup kudengar suara adikku yang masuk ke dalam kamar. Matahari sore menerpa wajahku. Kepalaku terasa pening.
“oh… mimpi. Alamdulillah”
Ternyata aku bermimpi buruk dalam tidur siangku. Kuingat kembali apa yang terjadi dalam mimpiku, aku pun tersenyum . He…ya nggak mungkin lah mama mo merid sama Vidi Aldiano. Kenal aja nggak. maaf ya Vidi, aku dah ngomelin kamu dalam mimpi. Sorry banget..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar