Sabtu, 22 Januari 2011

Shool again N Some People Leave Me

Hidup ini emang nggak bisa di tebak. Manusia hanya berencana dan Tuhan jualah yang menentukan. Awalnya aku berencana hanya tiga bulan saja mengajar di SMA Makassar Raya. Bulan januari pengen pulkam. Ninggalin anak2 yang bandel di sekolah. Tapi ternyata aku nggak lulus CPNS dan memutuskan untuk tetap tinggal di Makassar. Kontrakku pun diperpanjang karena ibu Hasmiah (guru bahasa inggris beneran) ga ada kabar sama sekali.
Hari senin tanggal 10 januari 2011 aku kembali masuk sekolah setelah libur semester selama 2 pekan. Aku terkejut karena salah seorang siswa ku yang bernama M. Jaya Saputra Paat akan pindah ke Jawa. Ia ikut tantenya. Ibunya ada di Menado, dan ayahnya entah di mana. itu yang kudengar dari bu Jo’.
Aku merasakan nyeri di dadaku. Aku…aku … merasa kehilangan. Ternyata siswa juga bisa membuatku merasa kehilangan. Siapa sih siswa itu sehingga bisa membuatku merasa nggak enak kayak gini.
M. Jaya Saputra Puat. Itu nama lengkapnya. Siswa kelas 1 SMA. Sekaligus ketua kelas. Anaknya sopan, baik, ga suka ribut, dan dia juga antusias megikuti pelajaran ku. Dia sering merasa kasihan kepadaku karena ulah temannya yang bernama Suparman yang suka berisik di kelas. Kalo Suparman lagi ribut teriak2, Jaya akan memandangku dengan tatapan yang dapat di artikan, “sabar ya bu’” dia malah pernah bilang, “kelas ini bakal tenang kalo Suparman udah ga ada”, aku tersenyum mendengarnya.
Jaya ngebet banget menyalami tangan ku, tapi tak pernah ku terima karena Jaya kan udah baligh. Udah nggak boleh lagi ku salami. Berkali2 ia curi kesempatan. Misallnya, ketika teman2 perempuannya pada menjabat tanganku, dia pun nyelipin tangannya di antara tangan anak2 perempuan. Tapu usahanya tak pernah berhasil, dia kesal sekali karena itu. Akhirnya pada suatu kesempatan sepulang sekolah aku mendudukannya di hadapanku dan menjelaskan kepadanya alasanku tak mau menjabat tangannya. Dia tidak begitu memahami penjelasanku, tapi sejak saat itu dia tidak lagi berusaha untuk menyalami ku.
Akan tetapi di hari senin, hari terakhirnya ke sekolah dia masuk ke ruang guru dengan maksud berpamitan kepada guru-guru, disalaminya Bu Jo’ kemudian dia menjulirkan tangannya kepadaku. Tapi seperti biasa aku tetap tidak menerima uluran tangannya hanya menelungkupkan kedua tanganku di dada begitu pula dengan Husni. Jaya tampak kecewa.
Maafin Ibu ya Jaya. Bukannya aku sombong dan tidak menyukaimu, hanya saja kamu bukan mahramku, aku takut dosa yang akan menimpaku maupun dirimu. Semoga suatu saat nanti kau bisa mengerti… Ya Allah berikanlah ia hidayah-Mu.
Aku sempat melihatnya pergi meninggalkan sekolah, rasanya pengen nangis, sedih…
Baik2 ya Jaya di Tanah Jawa…. SEMOGA SUKSES!





NB: Suparman si biang kerok, ternyata juga pindah sekolah. Dan dia pindahnya ke Palopo, hahaha kasian banget guru di sekolah barunya itu. Jika aku sedih dengan pindahnya Jaya, lain halnya dengan Suparman. Aku sangat bahagia! I m so happy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 22 Januari 2011

Shool again N Some People Leave Me

Hidup ini emang nggak bisa di tebak. Manusia hanya berencana dan Tuhan jualah yang menentukan. Awalnya aku berencana hanya tiga bulan saja mengajar di SMA Makassar Raya. Bulan januari pengen pulkam. Ninggalin anak2 yang bandel di sekolah. Tapi ternyata aku nggak lulus CPNS dan memutuskan untuk tetap tinggal di Makassar. Kontrakku pun diperpanjang karena ibu Hasmiah (guru bahasa inggris beneran) ga ada kabar sama sekali.
Hari senin tanggal 10 januari 2011 aku kembali masuk sekolah setelah libur semester selama 2 pekan. Aku terkejut karena salah seorang siswa ku yang bernama M. Jaya Saputra Paat akan pindah ke Jawa. Ia ikut tantenya. Ibunya ada di Menado, dan ayahnya entah di mana. itu yang kudengar dari bu Jo’.
Aku merasakan nyeri di dadaku. Aku…aku … merasa kehilangan. Ternyata siswa juga bisa membuatku merasa kehilangan. Siapa sih siswa itu sehingga bisa membuatku merasa nggak enak kayak gini.
M. Jaya Saputra Puat. Itu nama lengkapnya. Siswa kelas 1 SMA. Sekaligus ketua kelas. Anaknya sopan, baik, ga suka ribut, dan dia juga antusias megikuti pelajaran ku. Dia sering merasa kasihan kepadaku karena ulah temannya yang bernama Suparman yang suka berisik di kelas. Kalo Suparman lagi ribut teriak2, Jaya akan memandangku dengan tatapan yang dapat di artikan, “sabar ya bu’” dia malah pernah bilang, “kelas ini bakal tenang kalo Suparman udah ga ada”, aku tersenyum mendengarnya.
Jaya ngebet banget menyalami tangan ku, tapi tak pernah ku terima karena Jaya kan udah baligh. Udah nggak boleh lagi ku salami. Berkali2 ia curi kesempatan. Misallnya, ketika teman2 perempuannya pada menjabat tanganku, dia pun nyelipin tangannya di antara tangan anak2 perempuan. Tapu usahanya tak pernah berhasil, dia kesal sekali karena itu. Akhirnya pada suatu kesempatan sepulang sekolah aku mendudukannya di hadapanku dan menjelaskan kepadanya alasanku tak mau menjabat tangannya. Dia tidak begitu memahami penjelasanku, tapi sejak saat itu dia tidak lagi berusaha untuk menyalami ku.
Akan tetapi di hari senin, hari terakhirnya ke sekolah dia masuk ke ruang guru dengan maksud berpamitan kepada guru-guru, disalaminya Bu Jo’ kemudian dia menjulirkan tangannya kepadaku. Tapi seperti biasa aku tetap tidak menerima uluran tangannya hanya menelungkupkan kedua tanganku di dada begitu pula dengan Husni. Jaya tampak kecewa.
Maafin Ibu ya Jaya. Bukannya aku sombong dan tidak menyukaimu, hanya saja kamu bukan mahramku, aku takut dosa yang akan menimpaku maupun dirimu. Semoga suatu saat nanti kau bisa mengerti… Ya Allah berikanlah ia hidayah-Mu.
Aku sempat melihatnya pergi meninggalkan sekolah, rasanya pengen nangis, sedih…
Baik2 ya Jaya di Tanah Jawa…. SEMOGA SUKSES!





NB: Suparman si biang kerok, ternyata juga pindah sekolah. Dan dia pindahnya ke Palopo, hahaha kasian banget guru di sekolah barunya itu. Jika aku sedih dengan pindahnya Jaya, lain halnya dengan Suparman. Aku sangat bahagia! I m so happy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar