Sabtu, 22 Januari 2011

Menyibak Hujan (potongan Novel yg ga jadi-jadi)

Hujan terus saja turun di luar sana. Tita dan sari terjebak di ruang kelas di kampus mereka. Apa boleh buat mereka tidak membawa payung. Ini lah akibatnya kalau tidak sedia payung sbelum hujan. Benar kata pepatah sesal kemudian tak berguna.
“ gimana nih sar, hujan gak reda juga” suara tita memecah keheningan.
“gimana, yah. Kita tunggu aja sampai jam 5. Kalau nggak reda juga, apa boleh buat kita nekat aja pulang hujan-hujan. Anggap aja kita lagi main hujan kayak waktu kecil dulu.”
Tita mengangguk setuju, “kalau gitu kenapa nggak dari tadi aja?”
“maunya sih gitu. Tapi kalau sekarang masih terang. Tengsin lah diliatin ma banyak orang. Kita mesti jaga image donk. Masa’ cewek popular kayak kita pulang basah-basahan. Nggak lagi.” Kata Sari sambil mengibaskan rambutnya.
“popular? Alah.. gaya aja lo. Yang ada kita tuh adalah dua orang cupu. yang selalu dipandang dengan tatapan mata jijik dan benci oleh anak-anak di kampus kita ini. Secara Cuma kiita berdua khan yang nggak punya kendaraan pibadi. Aku heran kenapa kita bisa terhjebak di sini ya?”
“Maksudmu terjebak hujan atau terjebak kuliah di kampus ini?”
“ya terjebak di kampus ini lah, kalo terjebak hujan itu mah gara-gara kebegoan kita yang sok-sok ga bawa payung.” Jawab tita sambil menjitak kepala sari.
“ga papa deh. Meskipun kata orang kita cupu, miskin dan bego –bego dikit, yang penting kita selalu bersama, maka everything is ok. “
“yap, setuju. Kita akan ngadapin semuanya sama-sama . nggak peduli apa kata orang. Selama kita bersama semua akan baik-baik saja”
“Ok, kayaknya udah jam 5 . sok atuh kita kemon?”
“beneran nih mo main hujan? Nggak takut?”
“Hujan?! Siapa takut.” Belum selesai ia bicara, sari bicara, tita sudah basah kuyup di bawah guyuran hujan. “woi, tungguin donk!!!” seru Sari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sabtu, 22 Januari 2011

Menyibak Hujan (potongan Novel yg ga jadi-jadi)

Hujan terus saja turun di luar sana. Tita dan sari terjebak di ruang kelas di kampus mereka. Apa boleh buat mereka tidak membawa payung. Ini lah akibatnya kalau tidak sedia payung sbelum hujan. Benar kata pepatah sesal kemudian tak berguna.
“ gimana nih sar, hujan gak reda juga” suara tita memecah keheningan.
“gimana, yah. Kita tunggu aja sampai jam 5. Kalau nggak reda juga, apa boleh buat kita nekat aja pulang hujan-hujan. Anggap aja kita lagi main hujan kayak waktu kecil dulu.”
Tita mengangguk setuju, “kalau gitu kenapa nggak dari tadi aja?”
“maunya sih gitu. Tapi kalau sekarang masih terang. Tengsin lah diliatin ma banyak orang. Kita mesti jaga image donk. Masa’ cewek popular kayak kita pulang basah-basahan. Nggak lagi.” Kata Sari sambil mengibaskan rambutnya.
“popular? Alah.. gaya aja lo. Yang ada kita tuh adalah dua orang cupu. yang selalu dipandang dengan tatapan mata jijik dan benci oleh anak-anak di kampus kita ini. Secara Cuma kiita berdua khan yang nggak punya kendaraan pibadi. Aku heran kenapa kita bisa terhjebak di sini ya?”
“Maksudmu terjebak hujan atau terjebak kuliah di kampus ini?”
“ya terjebak di kampus ini lah, kalo terjebak hujan itu mah gara-gara kebegoan kita yang sok-sok ga bawa payung.” Jawab tita sambil menjitak kepala sari.
“ga papa deh. Meskipun kata orang kita cupu, miskin dan bego –bego dikit, yang penting kita selalu bersama, maka everything is ok. “
“yap, setuju. Kita akan ngadapin semuanya sama-sama . nggak peduli apa kata orang. Selama kita bersama semua akan baik-baik saja”
“Ok, kayaknya udah jam 5 . sok atuh kita kemon?”
“beneran nih mo main hujan? Nggak takut?”
“Hujan?! Siapa takut.” Belum selesai ia bicara, sari bicara, tita sudah basah kuyup di bawah guyuran hujan. “woi, tungguin donk!!!” seru Sari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar