Minggu, 08 Agustus 2010

Menangis Semalam

Kost flora , 4 agustus 2010
Saat kutulis kan catatan ini, air mataku tengah mengalir deras di kedua pipiku. Bagaimana tidak, sahabatku tersayang - anti - malam ini berangkat ke wotu –kampung halamannya- untuk jangka waktu yang panjang.
Sedih? Sudah pasti aku sedih. Tadi di terminal aku sama sekali nggak nangis karena ada indigo yang bikin aku ketawa-ketawa. Pun ketika di pt-pt dalam perjalanan pulang ke kost. Waktu anti sms aku yang bunyinya kayak gini:
“ukhti mungkin tak pernah ku katakana sebelumnya bahwa aku mencintaimu karena Allah, bagiku tak ada sahabat yang mampu memahamiku kecuali ukhti. Akhirnya air mataku pun menetes”
Saat itu air mataku pun hampir keluar jika tidak kutahan. Sebisanya aku menahan agar bola-bola kristal yang ada di mataku tak pecah. Aku meremas tanganku dan menggigit bibirku agar tak menangis. Dan berhasil.
Aku nggak mau cengeng. Itu tekadku.
Tapi hal sebaliknya terjadi ketika aku tiba di rumah. Baru saja kubuka pintu kamar ku, perasaan sesak mulai menyeruak didada, mendorong ku untuk menangis. Apalagi ketika kupandangi kasur, dan tempat laptop di mana anti selalu menghabiskan waktunya untuk menulis. Air mataku pun tak terbendung lagi.
Baru kusadari bahwa aku sangat…sangat sedih berpisah dengannya. Sedih karena aku tak bisa lagi melakukan hal-hal yang biasa aku lakukan dengannya. Sedih karena tak melihatnya di sini. Sedih karena masih banyak hal yang ingin kuceritakan padanya tentang hari ini yang tak sempat kuceritakan.
Aku ga berani keluar dari kamar, takut upe’ bakal ketawa ngeliat mataku yang bengkak dan sembab seperti ini.
Sedihku semakin bertambah ketika kuputuskan untuk makan. Aku sudah terbiasa makan sama anti. Di ambilin apa-apa, atau ngambilin apa-apa, mo piring, sendok, gelas, dll. Aku udah terbiasa ngeliat dia yang kalo ngambil nasi kayak gali kuburan, atau porsi makannya yang bikin takut. Air mataku semakin deras. Setiap suapan diringi dengan tangis.
Sekali lagi aku harus merasakan yang namanya di tinggal sahabat. Serasa ada sebagian dari diriku yang pergi. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi itulah yang kurasa. Aku sudah terbiasa hidup dengannya, menjalani hari bersamanya, berbagi cerita, tawa, dan duka. Sehingga aku merasa ia adalah bagian dari hidupku. So ketika dia pergi aku merasa hampa…
Kutahu insyaallah kami masih bisa bertemu kembali, tapi aku takut semua jadi tak sama. Anti bilang, “cepat atau lambat kita bakal pisah, tapi emang paling bagus kalo kita pisahnya masih lama”
Bagiku, anti itu bukan Cuma sahabat, tapi saudara, aku yang sejak dulu pengen punya kakak perempuan yang bisa kujadikan tempat curhat akhirnya ngedapetin itu dari Anti. kalo ada masalah pasti ngeluhnya ke Anti. Aku nggak pernah segan sama Anti, kalo aku mo marah ya marah. mo BT ya BT. Anti juga yang sering kuajak ngelakuin hal-hal aneh. seperti memutar tubuh sampai 360o dengan kaki tetap di tempat.
pfuhh…. akhirnya anti pulang. waktu dia ada pengen dia nggak ada. pas dia nggak ada, pengaen dia ada. kayaknya hari-hariku bakal jadi kurang seru karena anti ga ada. kalau pun seru tetap nggak seru karena nggak ada yang bakal mendengar ceritaku, kalo pulang ke rumah ntar Cuma diam sendiri. bisa-bisa aku jadi Mega yang dulu. yang selalu sibuk dengan dunia diamnya. moga-moga aja nggak.
aku bermimpi tentang hari ini
di saat kita berdua slalu bersama
dan bila nanti kau ingat kembali
masa-masa inilah yang akan kita kenang selalu
kau tak sendiri ku selalu bersamamu
temani aku dalam habisnya waktu
biarkan saja hidup tak mudah
asal kau selalu ada bersamaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 08 Agustus 2010

Menangis Semalam

Kost flora , 4 agustus 2010
Saat kutulis kan catatan ini, air mataku tengah mengalir deras di kedua pipiku. Bagaimana tidak, sahabatku tersayang - anti - malam ini berangkat ke wotu –kampung halamannya- untuk jangka waktu yang panjang.
Sedih? Sudah pasti aku sedih. Tadi di terminal aku sama sekali nggak nangis karena ada indigo yang bikin aku ketawa-ketawa. Pun ketika di pt-pt dalam perjalanan pulang ke kost. Waktu anti sms aku yang bunyinya kayak gini:
“ukhti mungkin tak pernah ku katakana sebelumnya bahwa aku mencintaimu karena Allah, bagiku tak ada sahabat yang mampu memahamiku kecuali ukhti. Akhirnya air mataku pun menetes”
Saat itu air mataku pun hampir keluar jika tidak kutahan. Sebisanya aku menahan agar bola-bola kristal yang ada di mataku tak pecah. Aku meremas tanganku dan menggigit bibirku agar tak menangis. Dan berhasil.
Aku nggak mau cengeng. Itu tekadku.
Tapi hal sebaliknya terjadi ketika aku tiba di rumah. Baru saja kubuka pintu kamar ku, perasaan sesak mulai menyeruak didada, mendorong ku untuk menangis. Apalagi ketika kupandangi kasur, dan tempat laptop di mana anti selalu menghabiskan waktunya untuk menulis. Air mataku pun tak terbendung lagi.
Baru kusadari bahwa aku sangat…sangat sedih berpisah dengannya. Sedih karena aku tak bisa lagi melakukan hal-hal yang biasa aku lakukan dengannya. Sedih karena tak melihatnya di sini. Sedih karena masih banyak hal yang ingin kuceritakan padanya tentang hari ini yang tak sempat kuceritakan.
Aku ga berani keluar dari kamar, takut upe’ bakal ketawa ngeliat mataku yang bengkak dan sembab seperti ini.
Sedihku semakin bertambah ketika kuputuskan untuk makan. Aku sudah terbiasa makan sama anti. Di ambilin apa-apa, atau ngambilin apa-apa, mo piring, sendok, gelas, dll. Aku udah terbiasa ngeliat dia yang kalo ngambil nasi kayak gali kuburan, atau porsi makannya yang bikin takut. Air mataku semakin deras. Setiap suapan diringi dengan tangis.
Sekali lagi aku harus merasakan yang namanya di tinggal sahabat. Serasa ada sebagian dari diriku yang pergi. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi itulah yang kurasa. Aku sudah terbiasa hidup dengannya, menjalani hari bersamanya, berbagi cerita, tawa, dan duka. Sehingga aku merasa ia adalah bagian dari hidupku. So ketika dia pergi aku merasa hampa…
Kutahu insyaallah kami masih bisa bertemu kembali, tapi aku takut semua jadi tak sama. Anti bilang, “cepat atau lambat kita bakal pisah, tapi emang paling bagus kalo kita pisahnya masih lama”
Bagiku, anti itu bukan Cuma sahabat, tapi saudara, aku yang sejak dulu pengen punya kakak perempuan yang bisa kujadikan tempat curhat akhirnya ngedapetin itu dari Anti. kalo ada masalah pasti ngeluhnya ke Anti. Aku nggak pernah segan sama Anti, kalo aku mo marah ya marah. mo BT ya BT. Anti juga yang sering kuajak ngelakuin hal-hal aneh. seperti memutar tubuh sampai 360o dengan kaki tetap di tempat.
pfuhh…. akhirnya anti pulang. waktu dia ada pengen dia nggak ada. pas dia nggak ada, pengaen dia ada. kayaknya hari-hariku bakal jadi kurang seru karena anti ga ada. kalau pun seru tetap nggak seru karena nggak ada yang bakal mendengar ceritaku, kalo pulang ke rumah ntar Cuma diam sendiri. bisa-bisa aku jadi Mega yang dulu. yang selalu sibuk dengan dunia diamnya. moga-moga aja nggak.
aku bermimpi tentang hari ini
di saat kita berdua slalu bersama
dan bila nanti kau ingat kembali
masa-masa inilah yang akan kita kenang selalu
kau tak sendiri ku selalu bersamamu
temani aku dalam habisnya waktu
biarkan saja hidup tak mudah
asal kau selalu ada bersamaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar