Kamis, 13 Oktober 2011

Setelah Setahun

Akhirnya tabir itu pun tersingkap. Aku tak pernah bermaksud untuk menyembunyikannya, hanya saja aku memang tak pernah mengatakannya secara blak-blakan, karena sejak awal aku mengira mereka semua sudah tahu. tanpa ada maksud berbohong, menipu atau merahasiakan apapun dari siapapun. Sungguh....

Tapi entah mengapa perasaan bersalah dan tidak enak itu tetap saja hadir manakala salah seorang guru di sekolah menyampaikan kepada Pak Kepsek, kalau aku sebenarnya alumni jurusan Matematika. Meskipun ibu itu menambahkan bahwa aku 'jago bahasa inggris', raut wajah kurang berkenan dari pak Kepsek tetap saja tergambar. "saya kira dari jurusan Bahasa Inggris?" Serta merta aku tak dapat berkata apa-apa dan tak mampu lagi mengangkat kepala. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam hati pak kepsek. Aku sempat memberikan penjelasan ke Pak Kepsek kenapa aku bisa mengajar bahasa Inggris. Entah dia bisa mengerti atau tidak, aku sama sekali tak tahu.  Ketidaktahuan ku itu menimbulkan berbagai macam perasaan yang berkecamuk di dada.

***

Waktu itu tanggal 7 Oktober 2010, aku menerima tawaran mengajar bahasa Inggris di SMA dari Kak Alya. Saat itu kondisi keuangan ku sangat memprihatinkan. Untuk meminta kepada mama aku sudah tak punya nyali. Aku kan sudah Sarjana, (meski baru lulus) masa masih nadahin tangan ke orang tua? ***pikir ku saat itu. Di saat yang bersamaan kak Alya menawariku pekerjaan tersebut.
"Ega, mau nggak ngajar bahasa inggris di t4 ngajar ku?"
Awalnya aku enggan, soalnya aku belum pernah menghadapi anak-anak SMA, selain itu English is not my subject. Sempat ku tanyakan hal itu kepada kak Alya, "Emang bisa?" 
Dia bilang bisa, dia aja guru biologi, ngajar TIK di sekolah. 
Alasan kenapa akhirnya aku menerima tawaran tersebut adalah ucapan kak Alya yang bilang kalau aku cuma jadi pengganti sementara dari Bu Hasmiah, soalnya beliau lagi sakit magh akut. Aku pun meng-iya kan.
hari pertama  ke sekolah aku sempat nyasar, mesti beberapa kali naik angkot. Aku disambut oleh beberapa tentara di pintu gerbang, maklum letak sekolahku berada dalam lokasi tentara. Waktu itu aku dengan PD nya menyapa pak tentara, "permisi pak, SMA MKS RY dmn ya?". " di sana" jawab pak tentara dengan  tampang bengong. Mungkin baru kali ini ada orang yang negur buat nanya alamat. hehehe...
Selanjutnya aku pun bertemu denga wakil Kepsala Sekolah, soalnya saat itu pak Kepsek lagi ke luar kota. Bu Sri mempersilahkan ku untuk mengamati kondisi sekolah dan kelas-kelas, bahkan ruang guru. Kali aja ada yang membuat ku nggak srek. Beliau  pun menjelaskan bahwa siswa-siswi di sini udah hampir sebulan nggak belajar bahasa Inggris karena nggak ada guru. Naluriku terusik, Aku merasa terpanggil. pengen jadi seperti bu Muslimah. wkwkwkwk.
Mengajar di SMA swasta dengan kondisi kelas yang padat serta kondisi siswa yang super ribut menjadi tantangan tersendiri buat ku. Di awal-awal mengajar aku sering pulang dengan leher yang sakit, serta tubuh yang penat. Belum lagi mesti korban perasaan, karena menghadapi siswa yang susah diatur. Bagaimana tidak, aku langsung memegang 3 kelas (kelas 1, 2, dan 3) dan untuk mata pelajaran bahasa Inggris, kelas IPA dan IPS digabung, kebayang ga sih gimana beratnya mengajar di situ. Tapi itulah resiko yang harus kutanggung. oh iya, aku termasuk orang yang penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, malash saking lamanya, biasanya kesempatan itu sudah pergi baru aku bisa memutuskan. Tapi ketika aku sudah memutuskan sesuatu, maka tak mudah untuk melepaskannya. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk melakukannya.
Hari bergati hari, bulan pun terus bergulir akhirnya genap 3 bulan aku mengajar. Keakraban mulai terjalin baik antara aku dengan guru-guru, maupun dengan siswa. Mengajar bahasa Inggris menjadi hal yang menyenangkan buatku. meski kadang masih ada saja hal-hal yang kurang berkenan dari siswa. Dan nilai plusnya Kemampuan Bahasa Inggris ku makin bertambah. Guru kan harus lebih tahu dari pada siswa.(pikirku) aku nggak mau malu-maluin.
Setelah 3 bulan berlalu, usai Ulangan semester, aku menanyakan kepada BU Sri mengenai kelanjutan 'kontrak' ku. Tapi salah ku aku nggak pernah bilang kalau aku bukan alumni bahasa Inggris. Aku selalu merasa mereka sudah tahu dari Bu Alya. lagi perasaan ku yang bermain.
Bu Sri mengatakan agar aku tetap melanjutkan mengajar, karena bu hasmiah masih nggak ada kabarnya. Aku pun melanjutkan mengajar, karena aku belum berniat pulang kampung, "sekalian buat alasan sama mama, kalo di sini aku punya kerjaan, biar diizinin tetap di makassar untuk nuntut ilmu agama"
Begitulah, sampai saat ini, sudah setahun aku melakoni tugas ku sebagai pengajar di SMA MKS RY, tentunya bukan itu saja pekerjaan yang kujalani. Aku juga menjadi pengajar (tentor) matematika di sebuah LBB (lembaga Bimbingan Belajar) Islami di Makassar, dan nyambi as a private teacher. Meskipun gaji di kedua job ku itu lebih besar dibandingkan di skolah, tapi ada hal lain yang membuatku bertahan, yakni pengalaman. Pengalaman menjadi guru di kelas, di sekolah, berinteraksi dengan sesama guru dan siswa. 
Selama setahun ini, banyak hal yang sudah kualami di sini. Mengajar siswa dengan tingkat IQ dan sifat2 yang beraneka ragam, bagaimana menyiapkan perangkat pembelajaran bahsa Inggris (silabus, Prota, Promes, RPP, KKM), bagaimana menyusun soal ulangan, membuat kisi Ujian Sekolah, pergi mengawas UN di sekolah lain, rapat guru, ngurus ini, buat itu dll. Guru-guru di sekolah ini pun sangat menyenangkan, ramah, dan kekeluargaan. Ada ibu Sri yang blak-blakan dan suka ngasi masukan, ada bu J yang keibuan, penyayang dan kadang nyentrik juga, Pak K yang pengetahuan agamanya lumayan, yang awalnya sangat kutakuti karena ia dijuluki 'polisi bahasa' oleh guru-guru yg lain, kudu ati-ati klo ngomong sama bapak yg satu ini, tapi lama-lama aku mulai merasakn kebaikan dari beliau. bu nana, bu ipe, bu dewi, bu alya, bu Anti, bu rahma, yang termasuk guru-guru honor seperti ku. Mereka adalah senior-senior ku di Kampus, tapi di sekolah mereka adalah rekan kerja yang baik. Bu S yang baik, Pak H, Pak Haji Hrn, Pak guru Olahraga, dan masih banyak lagi. Mereka semua nggak sombong, selalu memeberikan motivasi kepada yang lain. Saling mengoreksi dan menerima masukan. Pokoknya semangat kekeluargaan di sekolah ini terasa banget. Tentunya semua ini tak lepas dari peran pak Kepsek yang rendah hati dan bijaksana. Selalu mengingkan yang terbaik buat siswa dan guru. Saat menulis ini aku baru sadar kalau ternyata banyak hal berharga yang kudapat dari 'salah alamat' ini. 
Nah... sekarang aku jadi bimbang, gundah, resah, dan sejenisnya. Sifat perasa ku kumat lagi, merasa nggak enak tanpa tahu apa yang sebenernya dirasakan oleh pak Kepsek. Sempat terpikir juga untuk mengundurkan diri, dan mencari sekolah yang lain. Hanya saja, saat ini kami tengah dalam proses merampungkan perangkat sekolah. Apa kata pak Kepsek jika tiba-tiba aku mengundurkan diri. Tadinya aku berniat menghadap ke pak Kepsek untuk menyakan masalah penentuan KKM bahasa Inggris yang aku belom ngerti caranya, karena aku bukan anak bahasa Inggris. Sayangnya, sebelum sempat menghadap, bu S sudah keburu ngomong, jadi nggak enak deh. 
Kupikir ini memang salah ku, tak ingin merahasiakan tapi tak pernah menyampaikan. (abis nggak ditanya sih)
saya sama sekali tidak pernah berpikir akan mengajar bahasa Inggris selama ini. Ini di luar rencana ku. Meski  saya yakin ini adalah bagian dari rencana Allah. Satu hal yang dapat menghiburku adalah aku yakin kalo aku selalu melakukan yang terbaik dalam pekerjaan yang kujalani. Aku bukan guru yang malas, malah kak Alya sebel karena aku terlalu 'rajin'. 
Aku terkesan dengan perkataan Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu: "seorang Insan dinilai dari apa yang bisa dikerjakannya dengan baik"
Hal itu memacuku untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Suatu pekerjaan sekecil apapun itu, ia tetap pekerjaan, lakukanlah dengan baik dan kebaikannya juga akan mengalir pada kita dan orang-orang di sekitar kita.
Mudah-mudahan itu bisa jadi pertimbangan buat pak Kepsek dalam menilai ku. Aku nggak takut dipecat, aku hanya khawatir jika pak Kepsek marah, itu saja. Aku sama sekali tidak takut kehilangan pekerjaan, yang aku takutkan adalah kehilangan kepercayaan.

Pada akhirnya aku haya bisa berharap yang terbaik pada Allah. Wish everything is OK.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 13 Oktober 2011

Setelah Setahun

Akhirnya tabir itu pun tersingkap. Aku tak pernah bermaksud untuk menyembunyikannya, hanya saja aku memang tak pernah mengatakannya secara blak-blakan, karena sejak awal aku mengira mereka semua sudah tahu. tanpa ada maksud berbohong, menipu atau merahasiakan apapun dari siapapun. Sungguh....

Tapi entah mengapa perasaan bersalah dan tidak enak itu tetap saja hadir manakala salah seorang guru di sekolah menyampaikan kepada Pak Kepsek, kalau aku sebenarnya alumni jurusan Matematika. Meskipun ibu itu menambahkan bahwa aku 'jago bahasa inggris', raut wajah kurang berkenan dari pak Kepsek tetap saja tergambar. "saya kira dari jurusan Bahasa Inggris?" Serta merta aku tak dapat berkata apa-apa dan tak mampu lagi mengangkat kepala. Aku tidak tahu apa yang ada di dalam hati pak kepsek. Aku sempat memberikan penjelasan ke Pak Kepsek kenapa aku bisa mengajar bahasa Inggris. Entah dia bisa mengerti atau tidak, aku sama sekali tak tahu.  Ketidaktahuan ku itu menimbulkan berbagai macam perasaan yang berkecamuk di dada.

***

Waktu itu tanggal 7 Oktober 2010, aku menerima tawaran mengajar bahasa Inggris di SMA dari Kak Alya. Saat itu kondisi keuangan ku sangat memprihatinkan. Untuk meminta kepada mama aku sudah tak punya nyali. Aku kan sudah Sarjana, (meski baru lulus) masa masih nadahin tangan ke orang tua? ***pikir ku saat itu. Di saat yang bersamaan kak Alya menawariku pekerjaan tersebut.
"Ega, mau nggak ngajar bahasa inggris di t4 ngajar ku?"
Awalnya aku enggan, soalnya aku belum pernah menghadapi anak-anak SMA, selain itu English is not my subject. Sempat ku tanyakan hal itu kepada kak Alya, "Emang bisa?" 
Dia bilang bisa, dia aja guru biologi, ngajar TIK di sekolah. 
Alasan kenapa akhirnya aku menerima tawaran tersebut adalah ucapan kak Alya yang bilang kalau aku cuma jadi pengganti sementara dari Bu Hasmiah, soalnya beliau lagi sakit magh akut. Aku pun meng-iya kan.
hari pertama  ke sekolah aku sempat nyasar, mesti beberapa kali naik angkot. Aku disambut oleh beberapa tentara di pintu gerbang, maklum letak sekolahku berada dalam lokasi tentara. Waktu itu aku dengan PD nya menyapa pak tentara, "permisi pak, SMA MKS RY dmn ya?". " di sana" jawab pak tentara dengan  tampang bengong. Mungkin baru kali ini ada orang yang negur buat nanya alamat. hehehe...
Selanjutnya aku pun bertemu denga wakil Kepsala Sekolah, soalnya saat itu pak Kepsek lagi ke luar kota. Bu Sri mempersilahkan ku untuk mengamati kondisi sekolah dan kelas-kelas, bahkan ruang guru. Kali aja ada yang membuat ku nggak srek. Beliau  pun menjelaskan bahwa siswa-siswi di sini udah hampir sebulan nggak belajar bahasa Inggris karena nggak ada guru. Naluriku terusik, Aku merasa terpanggil. pengen jadi seperti bu Muslimah. wkwkwkwk.
Mengajar di SMA swasta dengan kondisi kelas yang padat serta kondisi siswa yang super ribut menjadi tantangan tersendiri buat ku. Di awal-awal mengajar aku sering pulang dengan leher yang sakit, serta tubuh yang penat. Belum lagi mesti korban perasaan, karena menghadapi siswa yang susah diatur. Bagaimana tidak, aku langsung memegang 3 kelas (kelas 1, 2, dan 3) dan untuk mata pelajaran bahasa Inggris, kelas IPA dan IPS digabung, kebayang ga sih gimana beratnya mengajar di situ. Tapi itulah resiko yang harus kutanggung. oh iya, aku termasuk orang yang penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, malash saking lamanya, biasanya kesempatan itu sudah pergi baru aku bisa memutuskan. Tapi ketika aku sudah memutuskan sesuatu, maka tak mudah untuk melepaskannya. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk melakukannya.
Hari bergati hari, bulan pun terus bergulir akhirnya genap 3 bulan aku mengajar. Keakraban mulai terjalin baik antara aku dengan guru-guru, maupun dengan siswa. Mengajar bahasa Inggris menjadi hal yang menyenangkan buatku. meski kadang masih ada saja hal-hal yang kurang berkenan dari siswa. Dan nilai plusnya Kemampuan Bahasa Inggris ku makin bertambah. Guru kan harus lebih tahu dari pada siswa.(pikirku) aku nggak mau malu-maluin.
Setelah 3 bulan berlalu, usai Ulangan semester, aku menanyakan kepada BU Sri mengenai kelanjutan 'kontrak' ku. Tapi salah ku aku nggak pernah bilang kalau aku bukan alumni bahasa Inggris. Aku selalu merasa mereka sudah tahu dari Bu Alya. lagi perasaan ku yang bermain.
Bu Sri mengatakan agar aku tetap melanjutkan mengajar, karena bu hasmiah masih nggak ada kabarnya. Aku pun melanjutkan mengajar, karena aku belum berniat pulang kampung, "sekalian buat alasan sama mama, kalo di sini aku punya kerjaan, biar diizinin tetap di makassar untuk nuntut ilmu agama"
Begitulah, sampai saat ini, sudah setahun aku melakoni tugas ku sebagai pengajar di SMA MKS RY, tentunya bukan itu saja pekerjaan yang kujalani. Aku juga menjadi pengajar (tentor) matematika di sebuah LBB (lembaga Bimbingan Belajar) Islami di Makassar, dan nyambi as a private teacher. Meskipun gaji di kedua job ku itu lebih besar dibandingkan di skolah, tapi ada hal lain yang membuatku bertahan, yakni pengalaman. Pengalaman menjadi guru di kelas, di sekolah, berinteraksi dengan sesama guru dan siswa. 
Selama setahun ini, banyak hal yang sudah kualami di sini. Mengajar siswa dengan tingkat IQ dan sifat2 yang beraneka ragam, bagaimana menyiapkan perangkat pembelajaran bahsa Inggris (silabus, Prota, Promes, RPP, KKM), bagaimana menyusun soal ulangan, membuat kisi Ujian Sekolah, pergi mengawas UN di sekolah lain, rapat guru, ngurus ini, buat itu dll. Guru-guru di sekolah ini pun sangat menyenangkan, ramah, dan kekeluargaan. Ada ibu Sri yang blak-blakan dan suka ngasi masukan, ada bu J yang keibuan, penyayang dan kadang nyentrik juga, Pak K yang pengetahuan agamanya lumayan, yang awalnya sangat kutakuti karena ia dijuluki 'polisi bahasa' oleh guru-guru yg lain, kudu ati-ati klo ngomong sama bapak yg satu ini, tapi lama-lama aku mulai merasakn kebaikan dari beliau. bu nana, bu ipe, bu dewi, bu alya, bu Anti, bu rahma, yang termasuk guru-guru honor seperti ku. Mereka adalah senior-senior ku di Kampus, tapi di sekolah mereka adalah rekan kerja yang baik. Bu S yang baik, Pak H, Pak Haji Hrn, Pak guru Olahraga, dan masih banyak lagi. Mereka semua nggak sombong, selalu memeberikan motivasi kepada yang lain. Saling mengoreksi dan menerima masukan. Pokoknya semangat kekeluargaan di sekolah ini terasa banget. Tentunya semua ini tak lepas dari peran pak Kepsek yang rendah hati dan bijaksana. Selalu mengingkan yang terbaik buat siswa dan guru. Saat menulis ini aku baru sadar kalau ternyata banyak hal berharga yang kudapat dari 'salah alamat' ini. 
Nah... sekarang aku jadi bimbang, gundah, resah, dan sejenisnya. Sifat perasa ku kumat lagi, merasa nggak enak tanpa tahu apa yang sebenernya dirasakan oleh pak Kepsek. Sempat terpikir juga untuk mengundurkan diri, dan mencari sekolah yang lain. Hanya saja, saat ini kami tengah dalam proses merampungkan perangkat sekolah. Apa kata pak Kepsek jika tiba-tiba aku mengundurkan diri. Tadinya aku berniat menghadap ke pak Kepsek untuk menyakan masalah penentuan KKM bahasa Inggris yang aku belom ngerti caranya, karena aku bukan anak bahasa Inggris. Sayangnya, sebelum sempat menghadap, bu S sudah keburu ngomong, jadi nggak enak deh. 
Kupikir ini memang salah ku, tak ingin merahasiakan tapi tak pernah menyampaikan. (abis nggak ditanya sih)
saya sama sekali tidak pernah berpikir akan mengajar bahasa Inggris selama ini. Ini di luar rencana ku. Meski  saya yakin ini adalah bagian dari rencana Allah. Satu hal yang dapat menghiburku adalah aku yakin kalo aku selalu melakukan yang terbaik dalam pekerjaan yang kujalani. Aku bukan guru yang malas, malah kak Alya sebel karena aku terlalu 'rajin'. 
Aku terkesan dengan perkataan Ali bin Abi Thalib radiyallahu 'anhu: "seorang Insan dinilai dari apa yang bisa dikerjakannya dengan baik"
Hal itu memacuku untuk senantiasa melakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan. Suatu pekerjaan sekecil apapun itu, ia tetap pekerjaan, lakukanlah dengan baik dan kebaikannya juga akan mengalir pada kita dan orang-orang di sekitar kita.
Mudah-mudahan itu bisa jadi pertimbangan buat pak Kepsek dalam menilai ku. Aku nggak takut dipecat, aku hanya khawatir jika pak Kepsek marah, itu saja. Aku sama sekali tidak takut kehilangan pekerjaan, yang aku takutkan adalah kehilangan kepercayaan.

Pada akhirnya aku haya bisa berharap yang terbaik pada Allah. Wish everything is OK.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar